[dropcap style=”inverted”]G[/dropcap]egap gempita kampanye menuju pesta demokrasi telah berakhir. Para kandidat telah menyampaikan visi-misi dan program kerjanya. Namun Sadikin sopir angkutan umum labi-labi di Banda Aceh ini masih belum menentukan pilihannya.
“Belum, Bang. Gak ada yang betol, semua nyusahin masyarakat. Gak ada yang peduli nasib orang kayak kami,” ucap Sadikin saat ditanya apakah dia sudah menentukan pilihannya.
Sadikin hanya berharap pemimpin Aceh kali ini adalah pemimpin yang peduli nasib masyarakat kecil.
Lain halnya dengan Nek Teh. Ia pedagang sayuran di Peunayong. Juga bingung menentukan pilihannya. Sebab ia mengaku tak kenal satupun calon kandidat gubernur yang maju pada pemilukada kali ini.
“Hana kutusoe pegah soe, hana yang kuturi. Man poto jih na kukalon-kalon bak kertah yang ditempe-tempe nyan (tidak tau mau pilih siapa, tidak ada yang saya kenal. Cuma lihat fotonya saja yang di tempel-tempel itu),” kata Nek Teh.
Nek Teh tak sempat mengikuti kampanye dan mencari tahu siapa para kandidat yang akan memimpin Aceh ke depan, karena dirinya sibuk berjualan dan mengurus ternaknya.
“Tidak mengerti Nenek masalah itu. Soalnya pagi jualan. Sepulangnya harus ke kebun memetik sayur dan kasih makan bebek,” ujar Nek Teh dalam bahasa Aceh kental.
Nek Teh hanya berharap Aceh tetap dalam suasana damai hingga dirinya bisa dengan leluasa mencari nafkah.
“Yang penteng hana karu-karu le, jeut mangat bak tamita raseki. Adak jeuet pemimpin yang dipeutimang agama (Yang penting jangan ribut-ribut lagi, biar mudah mencari nafkah. Kalau bisa, pemimpim yang peduli agama),” harapnya.
Namun walaupun masih bingung terhadap kandidat mana yang akan dipilih, Nek Teh akan tetap memberikan hak suaranya pada 9 April 2012.
Harapan Nek Teh tak jauh beda dengan harapan Azhar. Pedagang minuman dan jajanan ini berharap, siapa pun pimpinanya kelak dapat mempertahankan perdamaian di bumi Serambi Mekah.
“Kalau kita mengharap yang sempurna itu mustahil. Semua manusia punya nafsu, kalau kita pun jadi pemimpin pasti akan korupsi dan berbuat salah, sudah kodratnya manusia. Yang penting aman saja lah, setidaknya masyarakat bisa berjuang sendiri mencari uang,” harap Azhar.
Azhar mengaku telah mengetahui kelima kandidat Gubernur dan Wakil gubernur Aceh, dan sedikit tahu janji-janji para kandidat.
“Ya tau sedik sedikit, dan itu biasa. Mereka kampanye biar masyarakat tau, yang nentuin kita sendiri, nantilah pas coblos kita liat. Biasa disitu yang nentuin, walaupun sekarang kita udah milih salah satu, nanti pas kita liat kertas itu, pasti bingung lagi mau colok yang mana,” katanya.
Namun lain halnya bagi Al Zahri. Mahasiswa Unsyiah ini rela pulang ke kampung halamannya demi memberikan hak suaranya pada 9 April 2012. Al Zahri merasa terpanggil untuk memberikan hak suaranya, agar dia dapat memilih kandidat yang dia anggap pantas untuk memimpin Aceh.
“Kita harus memberikan hak suara kita, agar demokrasi benar-benar berjalan, dan suara kita bisa terwakili dengan memilih,” ujar Al Zahri.
Menurut Al Zahri masyarakat Aceh harus berpikir cerdas dalam menentukan pilihan, jangan sampai tertipu dengan janji-janji para kandidat.
“Aceh saat ini dalam masa pemabangunan dan rekonsilasi. Bukan hanya perdamaian yang dibutuhkan masyarakat, tapi juga pembangunan dan peningkatan perekonomian masyarat,” harap Al Zahri.
Al Zahri juga berharap pemilukada kali ini dapat melahirkan pemimpin yang menerapkan amanah rakyat dan dapat memilih sesuai hati nurani masyarakat.[windy phagta]
Belum ada komentar