PM, Banda Aceh – Sejumlah seniman lokal yang terlibat dalam lokakarya Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS), mengaku kecewa dengan kinerja Dinas Pendidikan Aceh.
Pasalnya, dinas dimaksud dinilai lamban dalam memproses honor mereka sebagai tenaga pengajar dalam program dari Kementerian Pendidikan itu.
Salah seorang seniman, Teuku Andie kepada Pikiran Merdeka, Senin (11/11) menjelaskan, GSMS adalah program yang para seniman lokal untuk mengajar di sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar sampai menengah atas.
Programnya antara lain seni musik, tari, sastra, rupa dan media baru. Program ini, sambungnya, dilaksanakan selama 48 jam tatap muka, di mana setiap pertemuan dilakukan selama 2 jam.
“Setiap seniman berkesempatan mengajar di beberapa sekolah, minimal di 2 sekolah dan maksimal 4 sekolah. Honorarium untuk para seniman pengajar ini langsung dari Kemendikbud dan dikelola oleh Disdik provinsi,” tambahnya.
Ia menuturkan, dalam 48 jam mengajar, honor akan diberikan dalam 3 tahap.
“Setiap selesai 16 jam proses pengajaran, seniman yang bersangkutan boleh melakukan penarikan honor dengan melampirkan berkas laporan absensi siswa dan pengajar, dan dokumentasi proses belajar mengajarnya,” terang vokalis Seuramoe Reggae ini.
Namun, yang membuat Andie dan para seniman pengajar lainnya kecewa, saat para seniman yang sudah sampai kuota 16 jam mencoba melakukan penarikan honor, pihak Disdik Aceh mengatakan tidak bisa dicairkan secara perorangan.
“Alasan mereka, honor baru dapat dilakukan setelah ada beberapa berkas laporan. Kemudian baru bisa diamprah dan ditunggu seminggu setelahnya baru akan cair,” bebernya.
“Padahal, jadwal setiap seniman ini berbeda di setiap sekolahnya. Terkadang juga harus mengikuti jadwal ekskul internal sekolah yang berbeda dengan jadwal yang dikeluarkan oleh Disdik Provinsi,” ujar seniman kelahiran Bireuen ini dengan nada kecewa.
Lebih lanjut dikatakan, beberapa seniman yang mencoba melakukan pencairan honor mengaku kecewa dengan lambannya kinerja staf Disdik provinsi.
“Dengan alasan prosedural yang kurang masuk akal, mereka mengatakan harus nenunggu beberapa berkas agar mudah pencairannya. Padahal, kemungkinan mereka malas bolak balik melakukan hal yang sama, sehingga berdalih dengan alasan tersebut,” keluhnya.
Tidak Profesional
Parahnya lagi, sambung Teuku Andie, pada awal pertemuan pihak seniman dengan Disdik Provinsi yang dihadiri hampir 100 orang seniman, telah dibicarakan juga penyerahan laporan dalam bentuk email ke laman Disdik. Lucunya, staf yang bertugas menerima laporan untuk diamprah malah tidak mengetahui adanya email dan tidak mengerti alamat email yang mereka buat sendiri.
“Sungguh disayangkan dan sangat tidak profesional dengan kinerjanya. Salah seorang yang berpengaruh di bagian keuangan ketika dikonfirmasi mengatakan, akan memproses secepatnya dalam minggu ini agar program tetap akan berjalan lancar,” pungkasnya.()
semua orang berharap kesenian semakin baik ke depannya, tp perlakuan terhadap pelaku seni semakin buruk saja. semoga disdik bisa profesional
Tu lah saudara.. klo sdh masuk ke media begini baru sibuk2 kebakaran jenggot..