Irigasi Dibangun, Sawah Kekeringan

Irigasi Dibangun, Sawah Kekeringan
Irigasi Dibangun, Sawah Kekeringan

Pembangunan irigasi yang menelan biaya hampir Rp1,4 miliar tak bisa digunakan warga. Akibatnya, 10 hektar sawah di Pidie Jaya terbengkalai. 

Saluran irigasi yang dibangun di Gampong Seunong, Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya, selesai dikeraakan setahun lalu. Namun, keberadaan irigasi tersebut sama sekali tidak bisa difungsikan warga setempat.

Irigasi itu dibuat dengan satu pintu air, tiga pintu pembuang dan salurannya dipasangi pipa HDPE berdiameter 12 inci atau 30 centi meter. Di dekat irigasi bermasalah tersebut terdapat sebuah bendungan, tetapi tidak ada saluran jaringan ke sawah. Kedalaman saluran yang lebing tinggi dibanding bendungan menyebabkan air tidak bisa melewati saluran untuk mengaliri persawahan warga.

Proyek bernomor kontrak 600/016/SPK-APBK-PG/PA/2016 senilai Rp1.380.628.000 ini dikerjakan rekanan CV Dunia Konstruksi yang beralamat di Jalan Reuleut, Gampong Meunasah Reuleut, Kecamatan Kota Juang, Bireuen. Proyek di bawah pengelolaan Dinas Pekerjaan Umum ini bersumber APBK Pidie Jaya tahun 2016.

Pembangunan irigasi yang asal jadi itu menyebabkan belasan hektar sawah di Gampong Seunong kekeringan. Bahkan, 10 hektare sawah di antaranya tidak bisa lagi digarap dan ditanami padi. Padahal, sebelum jaringan irigasi tersebut dibangun, para petani secara swadaya telah membuat sebuah saluran pengairan ke areal persawahan.

Mawardi (50), petani di Gampong Seunong, Kecamatan Meurah Dua, mengatakan, seharusnya saluran pipa yang dipasang lebih besar, sehingga air yang keluar juga akan lebih banyak. “Ini Cuma dipasangi pipa kecil, sehingga kebutuhan air untuk sawah tidak mencukupi. Banyak lahan sawah warga saat ini tidak bisa diolah karena kekurangan air. Kalaupun dipaksakan, ditakutkan akan terjadi gagal panen,” kata Mawardi, Jumat, 3 Oktober 2017.

Pria paruh baya ini menuturkan, sebelumnya untuk mengairi persawahan warga setempat membuat saluran secara manual agar air bisa mengalir tanaman padi. Tetapi irigasi manual itu sekarang juga tidak lagi berfungsi setelah ditanami pipa irigasi.

Menurutnya, permasalahan yang melanda petani di Blang Leubok sudah pernah disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya. Kala itu, kepada masyarakat, Dinas Pekerjaan Umum berjanji akan memperbaiki saluran irigasi tersebut.

Kepala Bidang (Kabid) Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten PIdie Jaya, Nazaruddin mengatakan saluran irigasi di Blang Leubok sempat berfungsi dengan baik. Namun, paska gempa yang melanda Pidie Jaya akhir tahun 2016, airnya tidak lagi mengalir.

Untuk saluran irigasi, kata dia, dipasangi pipa yang berfungsi mengaliri air sepanjang 360 meter. “Pengerjaan proyek tersebut selesai dikerjakan sebulan sebelum gempa. Namun seusai gempa terjadi penyumbatan, di mulut pipa irigasi terdapat banyak bebatuan dan tanah yang menutupi saluran tersebut. Akibatnya, irigasi itu selama beberapa bulan tidak berfungsi, karena belum dibersihkan,” paparnya.

Dia menegaskan, saat ini pihaknya sedang dilakukan pemeliharanan terhadap irigasi tersebut. “Kita telah mengerahkan alat berat untuk membersihkan saluran irigasi tersebut, sehingga  air untuk kebutuhan petani bisa lancar kembali,” sambungnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Pidie Jaya Said Mulyadi mengatakan, permasalahan irigasi yang tidak bisa mengairi air ke sawah di Gampong Seunong harus segera diselesaikan. Dia menegaskan, selayaknya setiap pembangunan harus dapat dirasakan manfaat oleh masyarakat. “Kita akan membicarakan persoalan irigasi bermasalah tersebut dengan pihak terkait. Hal itu tidak boleh dibiarkan, harus segera ditanggulangi, sehingga salurannya dapat berfungsi sebagaimana mestinya,” sebut Said Mulyadi.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Hargai Kekhususan Aceh! (Editorial)
Peserta saat melakukan aksi di depan mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.(pikiranmerdeka.co/Ali)

Hargai Kekhususan Aceh! (Editorial)