Three Faces Karya Anak Aceh Masuk Nominasi Piala Citra, Seperti Apa Jalan Ceritanya?

WhatsApp Image 2021 10 11 at 15 19 17
Three Faces Karya Anak Aceh Masuk Nominasi Piala Citra, Seperti Apa Jalan Ceritanya?

PM, Banda AcehThree Faces in the Land of Sharia karya sutradara Davi Abdullah, seorang jurnalis di Aceh, masuk nominasi untuk kategori film dokumenter pendek Piala Citra FFI 2021. Seperti judulnya, film tersebut berkaitan dengan penerapan implementasi hukum syariah di Aceh dari pandangan kalangan minoritas.

“Fokus cerita tentang remaja di Aceh di tengah ketatnya penerapan syariat Islam,” ungkap Davi Abdullah menjawab pikiranmerdeka.co, Senin 11 Oktober 2021 siang.

Menurut penuturan Davi, film dokumenter Three Faces in the Land of Sharia lebih menitikberatkan pada kritikan kalangan minoritas terhadap implementasi hukum syariat di Aceh. Film ini juga menyorot tentang pendapat minoritas terkait hukum cambuk dan hukum rajam bagi pelanggar Qanun Jinayah di Aceh.

“Aktivitas (para remaja) ini terancam dengan penerapan hukum syariah Islam karena mereka dianggap menyalahi aturan,” ujar Davi lagi.

Film Three Faces in the Land of Sharia merupakan karya Davi Abdullah yang bisa disebut fenomenal. Diproduseri oleh Masridho Rambey, film ini bersanding dengan empat judul dokumenter pendek lain di nominasi Piala Citra FFI 2021. Empat nominasi lain yang masuk di ajang Piala Citra adalah “Different Touch in Batik” yang disutradai oleh I Made Suniartika. Selanjutnya “Love Birth Life” yang disutradarai Mahatma Putra, “Noken Rahim Kedua” garapan Adi Sumunar, dan “Scene from the Unseen (Merupa)” karya Ary Aristo. [Baca juga: Film Dokumenter Karya Anak Aceh Masuk Nominasi Piala Citra FFI 2021]

Namun sayangnya film dokumenter tersebut tidak untuk ditayangkan secara luas atau dapat diakses secara bebas oleh publik di Aceh. Selain hanya dipersiapkan untuk ikut dalam Piala Citra, Davi juga beralasan film tersebut sengaja tidak disebarluaskan karena dianggap tabu bagi mayoritas masyarakat Aceh.

“Intinya bercerita tentang kalangan minoritas, yang keberadaan kelompok ini ada di Aceh, walaupun tidak mendapat pengakuan,” pungkas Davi. Penasaran?[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait