PM, Jakarta – Ribuan warga Jepang turun ke jalan pada Kamis (1/5/2025) untuk memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day. Aksi damai ini berlangsung di berbagai wilayah, mulai dari Hokkaido di utara hingga Amami di selatan, termasuk kota-kota besar seperti Tokyo, Kyoto, dan Hiroshima.
Mengutip The Economic Times, massa berkumpul di taman-taman kota dan menggelar pawai sambil menabuh drum tradisional serta meneriakkan seruan “Banzai”. Mereka membawa berbagai spanduk dan poster, menyuarakan tuntutan terkait hak-hak buruh dan isu-isu global lainnya.
Tuntutan yang diusung beragam, mulai dari kenaikan upah, kesetaraan gender di tempat kerja, hingga perbaikan layanan kesehatan. Para demonstran juga menolak peningkatan anggaran militer Jepang dan mendesak pemerintah agar lebih fokus pada penanganan bencana, khususnya bagi korban gempa.
Aksi ini turut membawa pesan solidaritas internasional. Seruan untuk gencatan senjata di Gaza dan penghentian invasi Rusia ke Ukraina menggema di tengah massa. Yel-yel “Buruh Bersatu! May Day!” menjadi simbol semangat perjuangan kolektif para pekerja di seluruh dunia.
Menariknya, kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump turut menjadi sorotan dalam aksi tersebut. Tadashi Ito, seorang buruh konstruksi, menyatakan keprihatinannya atas kebijakan ekonomi global yang menurutnya menambah kesenjangan dan memperburuk persaingan kerja.
“Semua orang berebut pekerjaan, dan kontrak kerja cenderung jatuh ke tempat dengan upah paling murah. Kami percaya bahwa perdamaian adalah yang utama. Dan kami berharap Trump akan menghapus konflik dan ketimpangan,” ujar Ito.
Belum ada komentar