Ilustrasi kebun sawit

PM, Jakarta – Industri minyak sawit Indonesia tengah lesu, dihadapi anjloknya harga dan rendahnya permintaan dari pasar ekspor.

Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan pada Januari-September 2018 volume ekspor minyak sawit (crude palm oil, palm kernel oil, dan turunannya) melemah 1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, atau dari 23,19 juta ton menjadi 22,95 juta ton. 

Sementara itu, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada September 2018 bergerak di kisaran US$ 517,50 – US$ 570 per metrik ton, dengan harga rata-rata US$ 546.90. Malangnya, ini merupakan harga terendah sejak Januari 2016. lg.php.gifAdapun berdasarkan data Bursa Derivatif Malaysia pada Rabu (21/11/2018) pukul 11.30 WIB, harga CPO kontrak Februari 2019 turun 1,31% ke MYR 1.960/ton, juga terendah dalam 3 tahun terakhir.

Alasan harga CPO anjlok dan rendahnya permintaan disebabkan harga minyak nabati lain yang juga sedang murah terutama kedelai, rapeseed dan biji bungan matahari. Harga kedelai sendiri jatuh sejak tahun 2007. 

“Eskalasi perang dagang antara China dan AS mempunyai andil yang cukup besar dalam mempengaruhi harga kedelai,” dikutip dari keterangan tertulis Gapki pada 8 November 2018. 

Lebih lanjut, Gapki menjelaskan bahwa Argentina mengambil kebijakan dengan mengurangi pajak ekspor kedelai guna menarik konsumen. Akibatnya, minyak sawit kurang dilirik namun produksi di RI dan Malaysia meningkat sehingga memperburuk situasi karena stok menumpuk di kedua negara penghasil terbesar minyak sawit itu. 

Adapun produksi sepanjang September 2018 diperkirakan sebanyak 4,41 juta ton atau naik 8,5% dibandingkan dengan Agustus 2018. Kenaikan produksi memang karena pada September merupakan siklus tinggi musim panen tahunan sawit. 

Naiknya produksi dan stagnannya ekspor membuat stok minyak sawit di RI naik mencapai 4,6 juta ton. 

Akhirnya, akumulasi dari murahnya minyak nabati lain dan stok minyak sawit yang cukup banyak di dalam negeri mengakibatkan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) tertekan. 

Simber : CNBC Indonesia 

Komentar