Miniatur Kapal Abdul Hakim
Abdul Hakim bersama miniatur kapal Disney Cruise buatannya. FOTO: Iskandar Ishak/Pikiran Merdeka

Modal penelusuran dari internet, pemuda ini mampu merancang miniatur kapal pesiar kelas dunia.

Oleh Iskandar Ishak

Miniatur itu terlihat sangat nyata layaknya kapal pesiar asli yang berkelas dunia. Tidak hanya bentuk, struktur bagian-bagiannya juga cukup proporsional. Tersusun rapi, begitu detail mengikuti model aslinya.

Di sisi kapal miniatur itu, Abdul Hakim (35) warga Desa Blang Gelumpang, Kuala Idi, Kecamatan Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur ini, duduk di lobi Sekretariat Kantor Bupati Aceh Timur sambil mengisap rokok dengan asap mengepul tinggi.

Saat Pikiran Merdeka menghampiri, Senin 1 Frebuari 2016 sekira pukul 11:30 WIB itu, dia sekilas memandang ke arah kapal pesiar miniatur yang terbuat dari barang bekas.

“Apa dijual?”

“Yang ini tidak  dijual, saya mau memberikan kepada Bapak Bupati (H Hasballah bin M Thaib) sebagai cenderamata,” ujarnya sambil tersenyum.

Kapal pesiar itu diberi nama Disney Cruise, merujuk nama salah satu kapal pesiar termegah di dunia. Di dinding kapal tertulis “The Peaceful Indonesia GAM Ship. This ship left Helsinky Port to Idi Port and presented to Eart  Bupati H Hasballah bin M Thaib”, yang artinya Kapal Perdamaian Indonesia-GAM. Kapal ini meninggalkan Pelabuhan Helsinky menuju Pelabuhan Idi dan dipersembahkan untuk Bupati  H Hasballah bin M Thaib.

Sang bupati langsung menerima miniatur Disney Cruise itu dari tangan Abdul Hakim yang didampingi orangtuanya Abi Nurdin S, dengan sumringah.

Bukan hari itu saja. Sebelumnya, 2012, dia juga menyerahkan miniatur kapal pesiar karya pertamanya sebagai cenderamata kepada Gubernur Aceh Zaini Abdullah, disusul karya kedua kepada Ridwan Abubakar (Nek Tu) anggota DPRA.

Pemberian cenderamata kepada tokoh-tokoh itu dilakukan Abdul Hakim dengan harapan dapat dukungan dan bantuan modal untuk melengkapi alat kerjanya. Terlebih ia mengakui bisa membuat miniatur kapal dengan menggunakan remote control, namun terkendala modal. Kecuali itu, ia juga bisa membuat miniatur bus seperti Kurnia, Pusaka, Pelangi, dan Simpati Star.

BELAJAR DARI INTERNET

Miniatur Kapal Pesiar Abdul Hakim
Bupati Aceh Timur H Hasballah bin HM Thaib pose bersama Abdul Hakim saat serah-terima miniatur Disney Cruise. FOTO: Iskandar Ishak/Pikiran Merdeka

Abdul Hakim mengisahkan, awal 2012, ia menemukan cara menyulap barang bekas menjadi miniatur kapal pesiar, dari penelusuran di internet.

Pemuda yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bongkar muat ikan di Pelabuhan Perikanan Kuala Idi itu lantas coba mempraktikkannya.

Dia menggunakan bahan baku di antaranya pelepah rumbia, plastik, triplek, paku, lem, gabus (busa), korek kuping, bambu dan kawat bekas. Kemudian dirancangnya semirip mungkin.

“Membuat kapal miniatur yang persis mirip dengan kapal aslinya itu selesai saya kerjakan dalam waktu 50 hari dengan panjang kapal sekitar 1,10 meter dan lebar sekitar 10 centimeter,” ungkap Abdul Hakim.

Dia menyebutkan, merancang satu kapal dengan ukuran tersebut menyerap modal sekitar Rp400 ribu – Rp600 ribu rupiah, dengan harga jual per unit berkisar Rp3 juta – Rp5 juta, tergantung ukuran.

Menurutnya, hasil keterampilan tangannya itu mengandung nilai seni tinggi. Jika pemerintah mau menyokongnya dalam bekarya, tidak tertutup kemungkinan mampu menembus pasar nasional dan internasional.

“Apalagi karya saya ini pernah saya ikutkan pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke 6,” tutur anak keempat dari delapan bersaudara itu.

Abdul Hakim juga berencana membuat miniatur kapal khusus dari bahan kayu. Namun ia butuh alat seperti mesin ketam, gergaji ukir, bor dan gergaji listrik.

Pria yang baru melepas masa lajangnya itu berharap dapat dukungan dan suntikan modal dari pemerintah, sehingga bisa memproduksi lebih banyak lagi miniatur.[]

Diterbitkan di Rubrik BISNIS Tabloid Pikiran Merdeka edisi 111 (15-21 Februari 2016).

Komentar