Oleh: Hendra Saputra

Pesta olahraga 4 tahunan sekali di benua Asia yang dikenal dengan Asian games, kurang lebih 80 hari lagi akan dilasanakan mulai tanggal 18 Agustus sampai 2 September 2018. Kali ini, Indonesia kembali mendapatkan kesempatan dan kepercayaan yang kedua untuk menjadi tuan rumah perhelatan pesta olahraga yang terbesar kedua di dunia itu. Sebelumnya, 56 tahun lalu pada Asian Games ke IV di tahun 1962 juga diselenggarakan di Jakarta.

Untuk penyelenggaraan Asian Games XVIII 2018 yang diselengarakan di Jakarta dan Palembang, jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan sebanyak 40 cabang dari total 462 medali emas yang diperebutkan. Maka sangatlah menarik untuk mengkaji posisi dan peluang Indonesia dalam perolehan medali emas pada Asian Games XVIII.

Pada keikutsertaan Indonesia dalam Asian Games XVII tahun 2014 di Incheon  Korea Selatan, Indonesia hanya mampu berada pada posisi 17 dengan catatan perolehan medali 4 emas, 5 perak dan 11 perunggu. 4 medali emas pada Asian games 2014 lalu diraih dari cabor bulutangkis yang menyumbang 2 medali emas, serta dari cabang atletik dan wushu yang hanya bisa menyumbang satu medali emas.

Untuk Asian Games Tahun 2018 ini, sebagai tuan rumah pemerintah memasang target Indonesia harus mampu berada pada posisi 10 besar. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi pada acara “Ngobrol Tempo Road to Asian Games 2018”, Rabu (2/5) di Le Meredian Hotel, Sudirman, Jakarta Pusat.

Target 10 besar ini menurut Menpora  sangat wajar, karena bermain di rumah sendiri tentunya pasti mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat sehingga dapat meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri atlet. Selain itu  menurut Menpora ada juga penerapan pendekatan sport science yang berkerja sama dengan psikolog untuk melihat sisi psikologi para atlet yang akan bertanding.

Untuk masuk 10 besar pada Asian Games  bukanlah perkara yang mudah,  apalagi dianggap gampang bagi kontingen Indonesia. Karenanya sangat diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak. Terus terang, kalau kita mau berkaca dari hasil prestasi Indonesia pada saat pelaksanaan Sea Games Kuala Lumpur 2017, tentu sangatlah mengecewakan. Maka hasil pencapaian Sea Games itu hendaknnya dapat menjadi pemetaan buat prestasi Asian Games.

Walaupun Indonesia mengalami kegagalan pada Sea Games 2017, bukanlah tidak mungkin target 10 besar Asia tidak bisa dicapai oleh kontingen merah putih. Dengan adanya kesempatan sebagai tuan rumah penyelengaraan Asian Games, setidaknya sangat berpengaruh pada semangat juang para atlet apalagi pelaksaanan Asian Games dimulai pada tanggal 18 Agustus, tepat dimana satu hari setelah indonesia merayakan kemerdekaan yang ke-73 tahun.

Maka, dalam rangka untuk mendukung Pemerintah dalam pelaksanaan Asian Games 2018, mahasiswa program Doktor Pendidikan Jasmani Universitas Negeri Jakarta Mengadakan Seminar Nasional dengan tema “Spirit Energy For Asian Games” yang diselengarankan pada tanggal 9 Mei 2018 di Gedung Dewi Sartika UNJ. Acara tersebut dihadiri kurang lebih 100 Peserta dari berbagi unsur olahraga, baik dari kalangan akademisi, mahasiswa, media, praktisi serta unsur lainya. Dalam kesempatan itu, Profesor Mulyana selaku Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora RI mengatakan, pemerintah sangat mendukung penuh segala upaya baik itu dalam bentuk regulasi maupun dana dalam persiapan setiap cabang olahraga. Bahkan pemerintah telah menyiapkan bonus sebesar Rp 1,5 milyar untuk peraih medali emas dalam rangka  meningkatkan motivasi dan semangat juang atlet dalam bertanding.

Dalam seminar itu juga, Prof. Dr. dr. James Tangkudung, Sportmed., M.Pd  selaku akademisi dari UNJ dan juga mantan Deputi Pembudayaan Olahraga Kemenpora RI menyatakan, peranan akademisi sangat penting dalam penerapan sport science untuk mencapai  target. Malahan menurut kajian dan analisa yang dipaparkan, Indonesia tidak hanya mampu berada di posisi 10 besar tapi bisa berada pada posisi 8 besar.

Angka magis tanggal pelaksanaan menjadi pemacu. Indonesia bisa meraih 18 medali emas sehingga bisa menempati posisi 8. Menurutnya, posisi 8 besar dapat diraih dengan catatan beberapa cabor unggulan berpotensi emas yang termasuk di dalamnya adalah bulutangkis, pencak silat, wushu, dayung, angkat besi, jet sky, panjat tebing, bridge, taekwondo, panahan, dan paralayang dengan jumlah perolehan 16-18 medali emas.

Itu sangat mungkin dicapai jika melihat hasil Asian Games 2014 di Korea Selatan. Saat itu, Qatar menempati urutan 10 dengan perolehan 10 medali emas dan Indonesia berada di urutan 17 dengan perolehan 4 medali emas.

Meskipun Indonesia sebagai tuan rumah penyelengaraan Asian Games 2018 sangat berat untuk mencapai target 10 besar, pemerintah melalui Kemenpora serta semua induk organisasi olahraga harus sangat memperhatikan dan mengawasi kesiapaan dari para atlet, khususnya yang berkaitan dengan faktor psikologis dalam meningkatkan mental bertanding. Apalagi pelaksanaan Asian Games 2018  hanya tinggal menghitung hari saja.

Faktor mental ini tidak dibentuk dengan slogan atau ceramah, melainkan dengan membangun pendekatan emosional yang mengarah pada pembentukan sikap sebagai seorang olahragawan sejati, semangat juang yang tinggi, pantang menyerah dan rasa nasionalisme. Oleh karenanya semua pihak yang terlibat harus mampu bekerjasama dengan baik untuk meningkatan kesiapan atlet sebelum pelaksanaan Asian Games dimulai. Karena pada prinsipnya tidak pernah ada prestasi maksimal tanpa adanya kesiapan yang matang serta kerjasama dengan berbagai pihak.

Tahun 1962 menjadi bukti sejarah dari kejayaan olahraga Indonesia, dimana saat itu sebagai tuan rumah yang selain sukses menyelengarakan Asian Games, Indonesia juga sukses dalam meraih prestasi dengan berada diperingkat 2 dan menempatkan diri sebagai negara terkuat setelah Jepang. Prestasi Ini sungguh sangat luar biasa dan sebanding dengan biaya besar yang dikeluarkan pemerintah pada saat itu di bawah kepemimpinan Bung Karno. Semoga pada Asian games XVIII tahun 2018 ini sejarah kejayaan olahraga indonesia bisa kembali terulang.

*Hendra Saputra, Dosen Tetap S1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Unigha Sigli dan Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Jasmani  Universitas Negeri Jakarta. Email [email protected]

Komentar