Sukses PENAS, Pembuktian Abu Doto di Penghujung Jabatan

Sukses PENAS, Pembuktian Abu Doto di Penghujung Jabatan
Sukses PENAS, Pembuktian Abu Doto di Penghujung Jabatan

Keberhasilan Pekan Nasional Petani-Nelayan XV 2017 menjadi pembuktian Abu Doto di penghujung jabatannya. Perhelatan kegiatan berskala nasional, Penas Petani-Nelayan XV sudah dilangsungkan di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, 6 sampai 11 Mei 2017. Kegiatan yang diikuti tidak kurang dari 35 ribu peserta dari seluruh Indonesia. Selain dari dalam negeri, juga diikuti peserta dari negara-negara Asean dan Jepang. Kegiatan tiga tahunan ini dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo.

Ditunjuknya Aceh sebagai tuan rumah Penas XV 2017, tidak terlepas dari peran Gubernur Aceh Zaini Abdullah. Keberhasilan sosok yang akrab dipanggil Abu Doto dan perangkat pemerintahannya yang membawa Aceh sebagai tuan rumah bagi perhelatan akbar tersebut.

Dalam berbagai rapat persiapan pelaksanaan Penas KTNA, Zaini Abdullah kerap meminta dukungan dan partisipasi masyarakat, khususnya warga Banda Aceh dan Aceh Besar.

Masyarakat diminta terlibat aktif menyukseskan acara tersebut. Sebab, menurut Zaini Abdullah, dukungan rakyat dan pemangku kebijakan menjadi kunci penting suksesnya acara ini.

Persiapan Penas KTNA, sambung Zaini, sudah dilakukan sejak dua tahun terakhir. Proses persiapan di antaranya melakukan renovasi Stadion Harapan Bangsa yang menjadikan pusat kegiatan.

Kemudian, infrastruktur pendukung, seperti akses jalan, jembatan, lokasi gelar teknologi. Begitu juga sarana seperti hotel, transportasi, gedung pertemuan, telah disiapkan untuk kesuksesan acara ini.

Tidak hanya instansi pemerintahan, Gubernur Aceh juga melibatkan para pemangku kepentingan dari berbagai unsur, seperti pelaku usaha, perbankan, universitas dan semua komponen lainnya dilibatkan demi suksesnya acara ini.

Untuk itu, Zaini Abdullah mengajak seluruh masyarakat memberikan hal terbaik bagi tamu kita, menjadi tuan rumah yang ramah, dan memuliakan tamu adalah falsafah masyarakat Aceh.

“Saya ucapkan selamat datang kepada seluruh tamu undangan serta peserta Penas KTNA XV 2017 di Kota Banda Aceh,” kata Zaini Abdullah yang akan mengakhir masa jabatannya beberapa bulan ke depan.

Sekretaris Panitia Penas KTNAXV 2017 Masnun yang juga Kepala Dinas Pangan Aceh menerangkan, seluruh agenda telah berjalan sesuai rencana pada kegiatan tersebut.

Termasuk berbagai prasaran dan sarana pendukungnya, seperti gelar teknologi dan juga lomba ternak hingga rangkaian kegiatan lainnya.

“Komoditi unggulan yang nantinya akan menjadi andalan Aceh di antaranya kakao dan kopi, dan pala, serta produk turunan, dari berbagai komoditas pertanian, perkebunan, serta sektor kelautan,” kata dia.

Sebenarnya, kata Masnun, dampak penting Aceh menjadi tuan rumah kegiatan nasional tersebut adalah untuk membuka cakrawala investor dan juga seluruh masyarakat Indonesia, bahwa Aceh adalah provinsi yang aman dan nyaman untuk investasi.

Banyak potensi investasi menjanjikan di Aceh, seperti di sektor perikanan, pertanian, dan perkebunan. Selain itu juga, perhelatan kegiatan akbar ini secara langsung akan mendongkrak perekonomian sektor riil, yakni dengan akan banyaknya tamu dan peserta undangan yang dipastikan akan terjadi transaksi dan perdagangan.

Sederhananya, sambung Masnun, jika seorang peserta, tamu, maupun pengunjung Penas KTNA berbelanja dengan nilai Rp5 juta, maka akan menggerakkan sektor riil dengan transaksi ekonomi mencapai Rp20 miliar.

“Itu belum termasuk transaksi besar lainnya, seperti pembelian alat pertanian, benih dan bibit unggul. Di Penas KTNA ini tentu akan banyak transaksi,” papar dia.

3.000 Kelompok Tani

Ketua Kelompok Tani dan Nelayan (KTNA) Aceh Zakaria mengatakan 3.000 kelompok tani dari 23 kabupaten dan kota di Aceh akan terlibat aktif menyukseskan Penas KTNA XV 2017.

“KTNA seluruh Aceh terlibat aktif dalam kegiatan ini,” kata Zakaria yang juga menjabat sebagai Ketua Harian Pelaksana Penas KTNA XV 2017.

Berbagai komoditi pertanian serta teknologi yang dihasilkan oleh kelompok binaan pemerintah kabupaten/kota tersebut menjadi perhatian yang serius di ajang Penas KTNA.

Selain dari Aceh maupun dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, kata Zakaria, dirinya juga mendapatkan dukungan dan sambutan luar biasa dari kelompok tani negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja.

“Jepang juga ikut hadir dalam even ini. Dan ini tentu saling menguntungkan. Kita bisa saling berbagi pengetahuan dan teknologi,” kata Zakaria. ***

Ketua DPRA : Nama Aceh semakin Baik

Suksesnya penyelenggaraan kegiatan skala nasional seperti Penas KTNA XV 2017 tidak terlepas dari peran dan dukungan semua pihak yang telah berkoordinasi dengan baik. Sehingga tidak ada satupun kekurangan yang bisa menyebabkan tercorengnya nama baik Aceh.
Selain Aceh, suksesnya penyelenggaraan Penas KTNA ini juga mampu menyelematkan wajah gubernur dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).

“Saya mengapresiasi bahwa Penas KTNA terlaksana maksimal. Tidak ada celah yang bisa dikritik, sehingga nama Aceh semakin baik dimata provinsi lain yang menjadi peserta PenasKTNA XV 2017. Karenanya, marwah Aceh di ajang Penas KTNA ini tetap terjaga dan semakin baik,” kata Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Muharuddin.

Muharuddin juga menyampaikan terima kasih atas keramah tamahan masyarakat Aceh kepada para tamu selama berlangsungnya pelaksanaan Penas KTNA XV 2017. Sehingga para tamu yang hadir pada even bertaraf nasional itu merasa aman dan nyaman.
Menurut Muharuddin, pelaksanaan Penas KTNA XV 2017 di Aceh akan mendongkrak segala sektor ekonomi, mulai pariwisata yang di antaranya kuliner, perhotelan, maupun transportasi, hingga perdagangan.

“Keberhasilan Aceh menyelenggara event nasional akan menjadi catatan tersendiri Pemerintah Pusat. Dengan keberhasilan ini, Aceh berpeluang menyelenggarakan event nasional lainnya,” kata dia.

Terkait anggaran, Ketua DPRA Muharuddin mengatakan dana yang dialokasikan untuk Penas KTNA XV 2017 relatif cukup besar. Dana tersebut bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA).

“Sejak awal saya mengingatkan panitia, agar menggunakan anggaran secara baik dan benar. Gunakan anggaran dengan ketentuan yang berlaku. Jangan diakal-akali dan meninggalkan kesan asal jadi,” tegas Muharuddin.

Ketua DPRA Muharuddin juga mengingatkan panitia penyelenggara jangan sampai penyimpangan penggunaan anggaran, sehingga terjadi kekurangan dana yang sudah dialokasikan.

“Anggaran yang dialokasikan sangat memadai sehingga tidak heran Aceh mampu menjadi tuan rumah yang baik dalam kegiatan berskala nasional ini,” ujar politisi Partai Aceh tersebut.

Selain itu, Muharuddin juga menilai Penas KTNA menjadi ajang edukasi dan spirit bagi Aceh menatap masa depan lebih baik lagi. Apalagi Aceh memiliki sumber daya alam yang kaya.

“Dengan suksesnya Penas KTNA ini mari kita wujudkan Aceh menjadi lumbung pangan nasional. Aceh memiliki segalanya, termasuk sumber daya perikanan maupun pertanian,” kata Muharuddin. ***

Dampak Bagi Ekonomi Rakyat

Penas Petani-Nelayan XV 2017 yang sudah berlangsung selama sepekan di Banda Aceh tidak hanya berdampak bagi kelompok petani dan nelayan, tetapi juga ikut menggeliatkan perekonomian rakyat.

Hal ini bahkan terlihat dari hiruk-pikuk menjelang kegiatan tersebut dibuka Presiden RI Joko Widodo. Arena Penas KTNA yang dipusatkan di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, disesaki para pedagang kecil dan menengah.

“Kegiatan ini kesempatan bagi kami pedagang kecil ambil bagian. Sebab, akan banyak transaksi atau jual beli di ajang Penas tersebut,” kata Muhammad, pedagang kecil yang membuka lapak di sekitar Stadion Harapan Bangsa.

Senada juga diungkapkan, Syahrul, pedagang souvenir Aceh. Ia membuka di arena Penas KTNA untuk memudahkan tamu dari luar Aceh mencari souvenir yang akan mereka bawa pulang ke daerah masing-masing.

“Bukan hanya sisi ekonominya saja. Tapi, bagaimana memudahkan tamu-tamu masyarakat Aceh ini mendapatkan oleh-oleh khas dari Bumi Serambi Mekkah ini,” ungkap Syahrul.

Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Aceh Muzakir mengatakan, Penas KTNA XV merupakan peluang ekonomi bagi masyarakat Aceh.

“Penas KTNA merupakan kegiatan bertaraf nasional. Kegiatan seperti ini jarang digelar di Aceh. Namun, kegiatan ini memberi dampak besar bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat,” kata dia.

Yang paling banyak bertransaksi di ajang tersebut adalah pelaku ekonomi kecil dan menengah. Seperti pedagang kaki lima di arena Penas maupun pedagang-pedagang di pasar tradisional yang dekat dari lokasi kegiatan tersebut.

” Penas KTNA ini telah memberikan manfaat yang besar untuk membangkitkan perekonomian pelaku usaha kecil dan menengah. Kami juga berharap Pemerintah Aceh mampu menghadirkan event berskala nasional ke Aceh setiap tahunnya,” kata dia.

Di sektor pariwisata, penyelenggaraan Penas KTNA XV 2017 juga memberi dampak positif bagi Aceh. Dampaknya, bukan hanya dikunjungi puluhan ribu peserta dari seluruh Indonesia, tetapi juga mempromosikan Aceh.

“Aceh selama ini masih dianggap tidak aman untuk dikunjungi. Dengan hadirnya puluhan ribu peserta Penas, mereka melihat dan merasakan sendiri kondisi Aceh. Aceh itu aman untuk dikunjungi,” kata Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Aceh Deddy.

Selama ini, kata dia, sulit sekali menghilangkan citra Aceh sebagai tidak aman. Dan diharapkan, puluhan ribu peserta Penas tersebut bisa menceritakan pengalamannya selama di Aceh kepada kerabat mereka di daerah masing-masing.

“Penas KTNA ini momentum mempromosikan pariwisata Aceh. Kami berharap peserta Penas akan mendapat kesan positif selama berada di Aceh,” kata Deddy.

Deddy mengatakan, sektor pariwisata ini seperti efek domino, di mana satu sama lainnya saling terkait. Dan ini sangat baik untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat.

“Misalnya, ada peserta Penas berada di Aceh selama sepekan. Mereka menginap di hotel, mereka makan di warung, dan mereka butuh transportasi, seperti becak, hingga membeli suvenir sebagai oleh-oleh. Dari situ saja, yang untuk tidak hanya hotel, warung, dan penjual suvenir, tetapi juga abang becak,” kata Deddy.

Selain itu, peserta Penas yang diinapkan di rumah penduduk. Dan ini kesempatan baik bagi masyarakat Aceh saling kenal mengenal. Dan ini juga menjadi kesempatan masyarakat belajar mengembangkan “homestay” yang sedang digalakkan Kementerian Pariwisata RI.

“Banyak keuntungan yang didapat dari penyelenggaraan kegiatan-kegiatan berskala nasional di Aceh. Karena itu, kami berharap pemerintah daerah mampu menghadirkan kegiatan serupa di masa mendatang,” kata Deddy. ***

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait