“Menikah, Harus Siap Jadi Orangtua”

“Menikah, Harus Siap Jadi Orangtua”
“Menikah, Harus Siap Jadi Orangtua”

Menikah bukan hal yang sulit. Namun, untuk menjadi orangtua, ternyata tidak selalu mudah. Buktinya, banyak pasangan gagal menjadi orangtua yang baik. Tidak mengherankan sekarang banyak seminar tentang keorangtuaan (parenting) yang membahas bagaimana menjadi orangtua yang baik.

Demikian dikatakan Ketua Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Wilayah Aisyiyah Bali, Hj. Umi Salamah. Lebih jauh pendidik di Bali ini menyatakan bahwa pembekalan bagi pasangan yang akan melangsungkan perkawinan terutama menyangkut bagaimana menjadi orangtua dalam mendidik anak-anaknya sekarang ini perlu dikembangkan di masyarakat.

“Jika melihat kecenderungan dan perkembangan sekarang, tampaknya pendidikan pranikah yang membekali calon pasangan yang akan menikah perlu dikembangkan,” ujarnya.

Umi Salamah menilai, saat ini banyak orang yang siap untuk menikah, namun ternyata tidak siap menjadi orangtua. Akibatnya, banyak pasangan yang menunda sampai sekian lama untuk memiliki anak.

Meskipun zaman dulu banyak pasangan yang menikah karena kemauan orangtua, justru mereka lebih siap menjadi orangtua dibanding umumnya pasangan sekarang.

“Mungkin mereka dulu terus dalam bimbingan orangtuanya atau mencontoh bagaimana orangtuanya mendidik anak-anaknya. Dari sanalah mereka belajar dan menjadi matang menjadi orangtua meskipun kadang mereka menikah dalam usia yang relatif muda,” papar Umi Salamah.

Banyak pasangan suami istri zaman sekarang, justru melihat yang sebaliknya. Mereka mengaca dari orangtuanya yang sangat sibuk dan tidak sempat mengurus anaknya dengan baik. Sehingga, mereka memandang betapa sulitnya jika memiliki anak, sambung Umi.

Penyebab yang paling mendasar, lanjut Umi Salamah, bekal untuk mengarungi biduk rumah tangga sangat kurang.

“Jangankan keterampilan untuk menjadi orangtua dalam mendidik anak, pemahaman dasar mengenai lembaga perkawinan saja seperti makna dan tujuan perkawinan jangan-jangan banyak tidak tahu. Mereka memandang perkawinan sekadar perubahan status sosial semata,” paparnya.

Untuk itu kata Umi Salamah, pemahaman dasar ini semestinya sudah harus didapatkan para remaja yang sudah cukup usianya untuk menikah sedini mungkin.

Sebenarnya, lanjut dia, dalam pelajaran agama Islam di bangku kelas 3 SMA secara umum bab pernikahan hal itu sudah disinggung.

“Kalau gurunya kreatif, sebenarnya bisa saja dikembangkan ke arah pengenalan lebih praktis bagaimana menjadi orangtua yang baik dalam mendidik anak-anak. Toh pada akhirnya mereka juga akan menjadi orangtua,” kata Umi Salamah.

Ia menyatakan, pemerintah atau organisasi masyarakat bisa saja membuat format pelatihan atau kursus pranikah bagi pasangan yang akan melangsungkan perkawinan sehingga lebih siap untuk menjadi orangtua.

“Seminar-seminar parenting atau keorangtuaan cukup membantu memberikan tambahan pengetahuan bagi pasangan yang akan menikah maupun yang sudah menikah,” ujarnya.

Sementara itu, melalui program Nikah Mubarok Pondok Pesantren Hidayatullah di Bali, sebagaimana disampaikan Humas PP Hidayatullah Bali Ustaz Amrozi, memiliki agenda pembekalan bagi calon mempelai yang akan menikah melalui program Nikah Mubarok Hidayatullah.

Dalam pembekalan ini, kata Amrozi, calon mempelai lebih banyak mendapat pembekalan dalam hal akidah dan tauhid yang sangat dibutuhkan dalam mengarungi mahligai rumah tangga.[hidayatullah.com]

1 Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. (Privacy Policy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Dikerjakan Asal Jadi, Bangunan Sipon Krueng Manggeng Hancur
Lantai pengaman Sipon di dasar sungai (krueng) Manggeng, Aceh Barat Daya hancur diterjang arus. Akibat kejadian itu sejumlah tebing yang merupakan tanah milik warga sekitar ikut longsor ke dalam sungai. Foto direkam, Jumat (25/4). [pikiranmerdeka.com | Syahrizal]

Dikerjakan Asal Jadi, Bangunan Sipon Krueng Manggeng Hancur

Sengketa Hak Tanah
Sengketa Hak Tanah

Sengketa Hak Tanah