^Tiyong Jabat Ketua Harian

Partai Nanggore Aceh akan segera didaftarkan ke Kanwil Kemenkumham Aceh. Dengan nama, lambang dan struktur baru, PNA diharap mampu terbang tinggi di Pemilu Legislatif 2019.

Satu bulan berlalu sejak Kongres I Partai Nasional Aceh (PNA) digelar di Banda Aceh, 1-2 Mei lalu. Selain membahas pergantian nama dan lambang partai, kongres tersebut menetapkan Irwandi Yusuf sebagai Ketua Umum PNA periode 2017-2022 dan memilih Irwansyah sebagai Ketua Majelis tinggi Partai (MTP). Dalam AD/ART lama, posisi yang kini ditempati Irwansyah disebut Majelis Pertimbangan Partai (MPP). Bisa dibilang, Irwandi dan Irwansyah hanya berganti posisi. Sementara posisi lainnya masih dibiarkan lowong dan disusun belakangan oleh tim formatur yang dipilih dalam kongres.

Bekerja selama sebulan, tim formatur segera menyelesaikan tugas-tugasnya. Pada Senin, 5 Juni 2017, pengurus PNA akan mendaftarkan secara resmi nama, lambang dan struktur partai ke Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Aceh. “Prosesnya sudah hampir rampung. Akte perubahan (partai) sudah ditandatangani oleh 13 orang tim formatur yagn ditunjuk saat kongres. Kini tinggal mendaftar ke Kemenkumham. Kami akan mendaftar Senin (5 Juni) besok,” jelas Miswar, Sabtu pekan lalu.

Miswar merinci, total ada 60 orang pengurus DPP PNA periode 2017-2022. Selain diisi figur pengurus lama, juga diisi dari figur professional. “Posisi Ketua Harian akan dijabat Samsul Bahri alias Tiyong. Yang lainnya bisa dilihat langsung di struktur PNA terbaru,” jelas Miswar yang tetap dipercaya menjadi Sekjend PNA.

Miswar Fuadi menuturkan, saat pendaftaran Irwandi tak ikut serta dan hanya diwakili Samsul Bahri alias Tiyong dan sejumlah pengurus lain. “Pak Irwandi juga tidak ikut saat mendaftar ke Kemenkumham,” katanya.

PNA yang sebelumnya merupakan singkatan dari Partai Nasional Aceh, kini bermetamorfosis menjadi Partai Nanggroe Aceh. Begitupun lambang partai, akhirnya memakai bintang bulan. Misfar yakin, tidak ada lagi masalah dengan nama dan lambang partai. Pasalnya, mereka sebelumnya sudah pernah berkonsultasi secara lisan dengan pihak Kanwil Kemenkumham. “Insya Allah, tidak ada masalah lagi dengan nama dan lambang partai,” yakinnya.

Dalam sebulan terakhir, sempat terjadi pembahasan yang menyedot perhatian banyak orang. Yakni rivalitas Tiyong dan Sofyan Dawood untuk posisi ketua harian. Kabarnya, Irwandi sempat mempertimbangkan Sofyan untuk jabatan tersebut karena permintaan Sofyan sendiri. Namun, hampir semua tim formatur menolaknya dan kompak mengajukan nama Samsul Bahri bin Amiren kepada Irwandi. Akhirnya, posisi Ketua Harian resmi dijabat Samsul Bahri alias Tiyong.

Posisi ini muncul setelah peserta kongres memilih Irwandi secara aklamasi sebagai Ketua Umum PNA. Karena bakal disibukkan dengan jabatannya sebagai Gubernur Aceh dalam lima tahun mendatang, maka kongres mengamanahkan dimunculkan jabatan ketua harian dalam struktur PNA terbaru.Tiyong, menurut mereka punya andil besar dalam bekerja memenangkan Irwandi-Nova pada Pilkada 2017. Ia adalah Ketua Tim Sekretariat Bersama Pemenangan Irwandi-Nova pada Pilkada lalu. Ia juga tercatat sebagai anggota DPR Aceh dari PNA.

Selain Tiyong, posisi pengurus teras nyaris tak berubah. Jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjend) dan Bendahara masing-masing tetap dijabat oleh Miswar Fuadi dan Lukman Age.
Tiyong juga akan dibantu oleh 10 Ketua DPP. Nama-nama seperti Nur Djuli, Darwati A Gani, Fahlevi Kirani dan Tarmizi dipercaya di posisi tersebut.

Posisi penting juga dipercayakan Kepada Sayuti Abubakar. Pria yang ditunjuk Irwandi sebagai pengacaranya di Mahkamah Konstitusi (MK) ini menjabat Ketua Mahkamah Partai dan Sekretaris MTP PNA. T Setia Budi yang berlatar belakang professional juga masuk dalam struktur. Ia menjadi anggota dewan penasehat bersama Tgk Tajuddin atau dikenal dengan Abi Lampisang.

Sementara Mantan Pangdam Mayjend (Purn) Soenarko dipercaya menjadi Ketua Pengawas Partai dan juga angota MTP. Begitupun anggota DPD RI Ghazali Abbas Adan yang jadi jurkam Irwandi saat masa kampanye lalu juga resmi masuk ke PNA. Ia dipercaya sebagai salah satu anggota mahkamah partai. Beberapa aktivis juga masuk ke dalam struktur PNA terbaru, seperti Cut Meutia dan salah seorang komisioner KKR Aceh, Muhammad MTA.

Irwansyah selain menjabat ketua MTP, juga menjabat Ketua Dewan Penasehat Partai. Sementara Sofyan Dawood yang sebelumnya menjabat Sekretaris MPP dan juga digadang-gadang jadi Ketua Harian, kali ini “hanya” mendapat posisi Sekretaris Dewan Penasihat. Begitupun Izil Azhar alias Ayah Merin, hanya menjabat Ketua Departemen atau setingkat Ketua Divisi. Kedua nama yang disebut terakhir ini sempat berbeda pandangan politik dengan Irwandi di Pilkada 2017, sebelum akhirnya kembali ke PNA jelang pencoblosan, 15 Februari lalu.

Pergantian nama dan lambang PNA ini adalah buntut dari sedikitnya suara PNA pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2014. PNA hanya mengirimkan 3 wakilnya ke Parlemen Aceh, sehingga tidak mampu mencapai ambang batas parlemen atau parliamentary threshold (PT) sebesar 3,5 persen kursi DPR Aceh.

Meski begitu, partai ini tetap mempertahankan nama PNA dengan kepanjangan yang baru, Partai Nanggroe Aceh. Lambangnya juga berubah. Bila sebelumnya bintang putih besar yang dilingkari dua untaian padi di sisi kiri dan kanan, serta masing-masing untaian padi terdiri dari 17 butir, kini lambang bintang bulan dengan latar belakang orange menjadi lambang baru PNA.

Dipilihnya Irwandi menjadi Ketua Umum diyakini adalah cara partai ini menyiapkan diri menghadapi Pileg 2019. Ditengah belum adanya kepastian berhak atau tidak mengikuti Pileg nantinya, PNA berharap pamor Irwandi bisa mendongkrak perolehan kursi di parlemen nantinya.[]

Komentar