Kader Senior PKS Aceh Kritik Pedas Kepemimpinan Ketua DPW, Desak Makhyaruddin Dipecat

PKS Aceh
Foto: Ketua DPW PKS Aceh Makhyaruddin (kiri) dan Nourman Hidayat (kanan)

PM, Banda Aceh – Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aceh, Nourman Hidayat, mendesak agar Makhyaruddin Yusuf dicopot dari jabatannya sebagai Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS Aceh.

Nourman, yang juga seorang advokat senior, menilai bahwa kepemimpinan Makhyaruddin telah membawa PKS Aceh ke dalam kondisi keterpurukan. Ia menyoroti tidak adanya perubahan prinsipil dalam pengelolaan partai serta mandeknya proses kaderisasi.

“Selama lima tahun kita abai terhadap kaderisasi, pembinaan wilayah, kehumasan, dan pendidikan politik,” ujar Nourman kepada media, Senin (5/5/2025).

Ia menyebutkan bahwa lemahnya kepemimpinan Makhyaruddin bahkan telah merusak soliditas kader, yang berdampak pada kegagalan PKS memenuhi target di Pemilu 2024.

“Kepemimpinan Makhyar bukan hanya lemah, tapi juga telah merusak soliditas kader yang berujung pada kegagalan PKS mencapai target Pemilu,” tegasnya.

Menurut Nourman, pergantian Ketua DPW tidak perlu menunggu hasil pemilihan anggota Majelis Syura. Ia menilai pencopotan bisa dilakukan segera karena situasi yang mendesak.

“Langkah ini penting dan mendesak dilakukan karena tantangan politik ke depan semakin berat. PKS harus memiliki peran yang kuat dalam menghadapi itu semua,” kata dia.

Lebih lanjut, Nourman mengungkapkan bahwa pada Pemilu 2024 lalu, perolehan suara PKS mengalami penurunan drastis, sehingga mengakibatkan kehilangan sejumlah kursi, khususnya di DPR Aceh (DPRA). Ia menilai hal ini akan mempengaruhi kinerja partai, baik di dalam maupun di luar parlemen.

“Kondisi ini berpangkal pada ketidakmampuan Makhyaruddin dalam memimpin dan mengelola PKS Aceh,” jelasnya.

Menurutnya, keadaan ini bertentangan dengan visi dan misi PKS sebagai partai kader.

“Makhyar tidak mampu menjaga soliditas, bahkan cenderung merusaknya. Padahal kaderisasi adalah mesin utama partai,” ujarnya.

Nourman juga menyayangkan kondisi PKS Aceh saat ini, yang menurutnya berbeda dari semangat kaderisasi militan yang selama ini menjadi kekuatan partai.

“Ada perubahan yang sangat mengganggu. Lemahnya soliditas kader dan kepemimpinan menjadi faktor utamanya,” katanya.

Ia menambahkan bahwa dalam jangka panjang, kader PKS akan menghadapi tantangan yang semakin berat.

“Membangun partai bukan soal satu atau dua tahun. Seharusnya kita menjadi pemimpin di tahun 2024,” tandasnya.

Melalui mekanisme internal partai yang akan bergulir dalam waktu dekat, ia berharap Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS mendengarkan suara kader dan mengambil kebijakan strategis untuk menyelamatkan masa depan PKS Aceh.

“Masa depan PKS Aceh ditentukan oleh kepemimpinan yang cerdas, baik, dan energik. Bagi Makhyar, sudah cukup,” pungkasnya.

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait