Jemaah Aceh Bergerak ke Madinah, Diimbau Jaga Kondisi dan Sesuaikan Aktivitas

1000633397
Jemaah Haji di kawasan Masjid Nabawi, Madinah. [Foto: Istimewa]

PM, Madinah – Mulai hari ini, Senin (1/7/2024), secara bertahap, jemaah haji Embarkasi Aceh (BTJ) tinggalkan Mekah.

Dimulai oleh kloter 1, pagi hari waktu setempat atau Waktu Arab Saudi (WAS), Senin 25 Dzulhijah 1445 H, jemaah berangkat ke Madinah.

Jemaah Aceh akan ziarah dan ibadah di Madinah, usai puncak haji, bersama jemaah tanah air lainnya yang masuk gelombang II (tiba melalui Jeddah, pulang via Madinah).

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi/Debarkasi Aceh yang juga Kakanwil Kemenag Aceh Azhari mengatakan, secara bertahap, dari Mekah jemaah menuju Madinah.

“Kloter 1 mulai bergerak dari penginapan di Loulouat Al-Mashaer Hotel Wilayah Misfalah, dengan 10 bus syirkah an-naqlah (asosiasi transportasi) Abu Sarhad, ke Madinah Senin, 1 Juli 2024, pagi hari Waktu Arab Saudi (WAS),” jelas Azhari, dengan keterangan tambahan bahwa hingga kini sudah 12 jemaah BTJ yang meninggal dunia di Mekah.

“Begitu seterusnya, hingga kloter 12, yang bergerak dengan 10 bus syirkah an-naqlah Durrat, ke Medinah, siang WAS Sabtu, 13 Juli 2024,” jelas Azhari

Seluruh bus yang membawa jemaah, Azhari menjelaskan, tentu bus yang memiliki spesifikasi yang sudah tertera dalam perjanjian dengan pihak penyedia. Di antaranya bus tersebut harus memiliki sistem pendingin (AC) yang baik, memiliki tolitet, dan ada kulkas kecil. Kondisi mesin bus juga harus prima untuk menempuh perjalanan Mekah-Medinah yang membutuhkan kisaran waktu 6-7 jam.

“Proses pergerakan jemaah haji Indonesia gelombang II dari Mekkah menuju Medinah sudah berlangsung empat hari. Bus termasuk jemaah Aceh harus melakukan pemeriksaan dokumen terlebih dahulu di Terminal Hijrah sebelum memasuki Kota Nabi,” ujarnya.

Setiba di Kota Nabi, sekitar 8 hari di Madinah nanti, jemaah Aceh menetap di wilayah Markaziah Syamaliah, Gharbiyah, dan Junubiyah (sisi utara, barat, atau selatan mesjid), sekitar 50-150 meter dari/ke Masjid Nabawi.

Sekitar delapan hari ke depan, tepatnya pada Rabu (10/7), lanjut Azhari, kloter 1 mulai tiba ke Bandara SIM Aceh Besar, diikuti kloter berikutnya hingga kloter 12 yang tiba pagi Senin (22/7).

Jaga Kondisi dan Sesuaikan Aktivitas

Saat jemaah Aceh tiba ke Madinah, diingatkan Ketua PPIH, umat Islam peringati Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1446 Hijriah, Ahad (7/7).
Suasana Madinah yang lebih tenang, dekat dengan Nabawi, akan menyamankan ibadah dan ziarah Tamu Allah di Kota Nabi, juga jemaah Aceh.

Hal tersebut disampaikan dr Karmijono Pontjo Widianto MPH, Kepala Seksi Kesehatan PPIH Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Medinah, beberapa hari lalu, di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Medinah.

Menurut Karmijono, secara berurutan, jemaah haji sudah menjalani prosesi wukuf di Arafah, menginap (mabit) di Muzdalifah, serta mabit di Mina. Kini saatnya jemaah bersenang-senang menikmati ibadah di Kota Medinah.

“Jemaah haji semua sudah dalam kondisi kelelahan, capek. Petugas yang mendampingi dan mengawal jemaah juga dalam kondisi kelalahan, sehingga baiknya begitu sampai ke Medinah upayakan untuk istirahat sampai bugar. Karena ibadahnya Bapak-Ibu sudah selesai di Mekah,” kata Karmijono.

“Jemaah saat berada di Medinah ini harusnya santai, memulihkan kekuatan supaya nanti kembali ke tanah air dengan wajah yang lebih bugar. Kalau bersenang-senang ternyata sakit itu berarti salah senang-senangnya,” Karmijono melanjutkan.

Artinya, kata Karmijono, jemaah haji jangan memaksakan diri untuk mengejar hal-hal atau menjalani ibadah sunah, tetapi malah mengabaikan kondisi kesehatan.

Karmijono menyampaikan, faktor kelelahan memicu jemaah jatuh sakit. Karenanya, Ia mengimbau jemaah untuk menyesuaikan aktivitasnya selama di Medinah.

“Ini masih lanjutan jemaah yang mengalami kelelahan pasca-Armuzna. Kuncinya adalah kita harus menjaga jemaah agar jangan terlalu kelelahan. Aktivitasnya harus disesuaikan dengan kemampuan fisik masing-masing jemaah,” ujar Karmijono.

Menurutnya, biasanya jemaah tidak mengaku dirinya merasa sakit. “Biasanya jika ditanya, jawabnya selalu tidak merasa apa-apa, padahal kondisinya tidak kepengen makan, tidak kepengen minum. Kondisi demikian membuat tubuh semakin rentan dan harus segera dikonsultasikan ke petugas kesehatan. Andaikan diperlukan untuk dirujuk ke rumah sakit Saudi, tentu akan kita rujuk,” pungkasnya sepekan sebelum Tahun Baru Islam 1446 H.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Syukri, yang Tak Tunduk pada Nasib
Syukri, Pemuda lajang asal Desa Pulo keutoe Kecamatan Merah Mulia, Aceh Utara sedang memperbaiki sepeda motor warga. Minggu (6/5). (Pikiran Merdeka | Saifullah)

Syukri, yang Tak Tunduk pada Nasib