Bekali Saksi di Pidie dan Pidie Jaya, Bustami: Aceh Butuh Energi Baru

Calon Guber Aceh Bustami Hamzah menghadiri pembekalan saksi di Hotel Safira, Sigli, Senin (21/10/2024).
Calon Guber Aceh Bustami Hamzah menghadiri pembekalan saksi di Hotel Safira, Sigli, Senin (21/10/2024).

PM, Sigli – Menjelang pemungutan suara pada 27 November mendatang, calon gubernur Aceh Bustami Hamzah terus menyiapkan para saksi yang akan bertugas mengawal pemungutan dan penghitungan suara di TPS-TPS.

Hari ini, Senin, 21 Oktober 2024, Bustami menghadiri pembekalan saksi yang bertajuk ”
Konsolidasi dan TOT Saksi Kabupaten dan Kecamatan yang diselenggarakan di Hotel Safira, Sigli. Total 150 saksi hadir di sana.

Dalam sambutannya, Bustami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya karena kepada para saksi yang hadir, meninggalkan pekerjaannya masing-masing.

Bustami mengingatkan kepada para saksi bahwa dirinya tidak ingin mengalahkan pihak lain, melainkan mencari cara untuk menang dengan tidak mencaci maki pihak lain.

Baca: Bustami Hamzah Hadiri Maulid dan Haul Dayah, Abiya Anwar: Tak Lepas dari Dukungan dan Doa Abu Kuta Krueng

“Menyoe na niet caci maki, goet bek (Kalau ada niat mencaci maki, lebih baik tidak). Islam itu mengajarkan perdamaian dan kekeluargaan dalam segala hal,” kata Bustami

Bustami mengatakan, Aceh hari ini membutuhkan energi baru yang dapat mengeluarkan Aceh dari kemiskinan dan bersiap menjelang berakhirnya Dana Otonomi Khusus pada 2027 yang telah diterima sejak 2008.

“Aceh hari ini membutuhkan energi baru, harapan baru, untuk masa depan yang lebih baik dan sejahtera,” kata Bustami.

Bustami juga mengingatkan, dulu Gubernur Ibrahim Hasan mampu membebaskan pantai barat – selatan Aceh dari rakit dengan anggaran hanya 1,9 triliun.

“Tapi sekarang kita dapat puluhan triliun setelah damai, namun Aceh belum terbebas dari kemiskinan,” kata Bustami.

Pemerintah, kata Bustami, harus berdiri di atas semua golongan untuk semua rakyat, bukan hanya untuk kepentingan kelompoknya.

Bustami menegaskan, dirinya merasa gundah melihat Aceh tak kunjung maju di tengah banyaknya kucuran dana otonomi khusus. Selama ini, Bustami bekerja sebagai birokrat melayani apa yang diputuskan oleh para gubernur terdahulu.

“Ada kegundahan melihat Aceh. Ini adalah panggilan hati untuk berbuat sesuatu bagi kemajuan Aceh. Kalau saya berpikir untuk diri, saya tidak akan mundur dari jabatan saya. Juga tidak mundur dari PNS, apalagi saya sudah eselon 1 sebagai Sekda Aceh. Bagi saya hidup adalah pilihan,” kata Bustami.

“Saya ini mualaf politik. Saya orang birokrat. Saya jadi orang politik baru mulai, 23 Agustus lalu, walaupun sebelumnya sepanjang karir saya berada di lingkungan orang politik,” tambah Bustami.

Jika kelak terpilih sebagai gubernur, Bustami mengatakan akan memenuhi hak-hak dasar masyarakat terlebih dahulu.

“Harus kita penuhi hak-hak dasar dulu. Menyoe pruet hana troe, hana mungken na kesejahteraan (Jika perut tidak kenyang, tidak mungkin ada kesejahteraan),” kata Bustami.

Sebelumnya, pada hari yang sama, Bustami juga memberi motivasi kepada para saksi tingkat kabupaten dan kecamatan se-Pidie Jaya yang diselenggarakan di Hotel Ananda, Meureudu.

Para Saksi Bertekad Kawal Suara

Sementara itu, sejumlah saksi yang ditanyai usai acara menegaskan kesiapannya mengawal tahapan pemungutan dan penghitungan suara.

Muhammad Rizal dari Kecamatan Tiro, misalnya, mengatakan dirinya siap bekerja apapun hambatan yang mungkin nanti dihadapinya.

Pria yang sebelumnya pernah menjadi PPK pada pemilu legislatif lalu di Kecamatan Tiro itu mengatakan dirinya bersedia pasang badan untuk Bustami lantaran kagum kepada sosok Bustami yang dinilainya cocok memimpin Aceh.

“Aceh butuh perubahan. Pak Bustami mampu orangnya. Saya pribadi sudah siap apapun hambatannya saya siap memenangkan Om Bus, insyaallah menang,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Murtada dari Kecamatan Mutiara Timur. Sebagai saksi dari partai Golkar, Murtada mengatakan dirinya bersedia menjadi saksi untuk calon gubernur Bustami Hamzah lantaran ingin adanya perubahan untuk Aceh lebih baik.

Murtada mengaku sebelumnya pernah bekerja untuk pasangan calon satu lagi. Namun, ternyata tidak ada perubahan untuk Aceh.

Murtada mengaku sudah 10 tahun menjadi saksi di tingkat kecamatan setiap Pilkada tiba. Bahkan, dia mengaku pernah mendapat intimidasi berupa ancaman dari pihak lawan. Namun, itu tak menyurutkan nyalinya untuk mengawal suara Bustami pada Pilkada 27 November mendatang.

“Insyaallah saya siap dan bisa melewati rintangan yang ada untuk memenangkan
Om Bus untuk gubernur Aceh, insya allah menang untuk harapan baru Aceh,” pungkas Murtada.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait