Perampok Asal Medan. Foto Hendrik Meukek
Perampok Asal Medan. Foto Hendrik Meukek

Motif kelima pelaku komplotan pencurian di jalan lintas Tapaktuan-Banda Aceh itu baru terungkap setelah lima hari diperiksa oleh Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Abdya secara maraton.

Kasat Reskrim Polres Abdya, AKP Misyanto SE yang dikonfirmasi Pikiran Merdeka, Kamis (05/05/16) mengatakan, komplotan pencuri tersebut melakukan aksinya dengan modus ingin jalan-jalan.

Ia menyebutkan, para pelaku masuk ke Aceh melalui jalur lintas timur mulai dari Kabupaten Aceh Tamiang, Langsa, Aceh Timur, Aceh Utara, Lhokseumawe, Biureun, Pidie, Banda Aceh, Aceh Jaya, Aceh Barat sampai Abdya. Hal ini sempat menyulitkan polisi mendeteksi pergerakan mereka dari awal.

Sejak awal, polisi belum memiliki cukup bukti yang mengarahkan mereka merupakan komplotan pencuri, karena cukup banyak warga baik dari Aceh maupun Sumatera Utara yang lalu-lalang melintas perbatasan kedua provinsi.

Namun fakta berrdasarkan hasil pemeriksaan maraton oleh Polres Abdya, sejak Minggu hingga Kamis, sebutnya, pelaku memang  sejak awal sudah merancang atau merencanakan aksi pencurian di Aceh.

“Hasil interogasi petugas, sebenarnya mereka bukan melakukan perampokan melainkan melancarkan aksi pencurian. Sebab tidak ditemukan bukti atau fakta tindakan mereka tersebut menjurus aksi perampokan,” tegas AKP Misyanto.

Menurutnya, aksi pencurian di toko sembako dan kelontong di Kuala Batee, Abdya, masih menggunakan modus lama: berpura-pura membeli sesuatu kemudian ketika pemilik toko sedang sibuk melayani salah seorang dari mereka seorang komplotan pencuri lainnya melancarkan aksi.

“Total uang yang diambil dalam laci toko di Kecamatan Kuala Batee tersebut mencapai Rp3 juta,” sebutnya.

Beraksi di Bireuen dan Meulaboh

Polres Pidie juga sempat dibuat kaget dengan pengakuan pelaku. Sebut Misyanto, komplotan pencuri itu mengakui sebelum melancarkan aksi di Kuala Batee, Abdya, mereka berhasil beraksi di satu toko saat melintas di Kabupaten Biureun dan berhasil menggondol uang sebesar Rp2 juta lebih.

“Sebenarnya, saat melintas di Kota Meulaboh, Aceh Barat, komplotan pencuri tersebut juga sempat masuk ke sebuah supermarket hendak mencuri sesuatu. Namun karena ketahuan penjaga toko, kemudian mereka terpaksa membayar barang-barang yang telah diambil tersebut,” terang Misyanto.

Namun petugas berwenang terus berupaya mengorek informasi dari komplotan tersebut. Sebab petugas masih curiga mendapati hasil penggeledahan tas tersangka dan mobil, cukup banyak ditemukan alat kosmetik dan barang lainnya. Dinilai sangat janggal karena pelaku sengaja membawa barang-barang itu dari rumah mereka di Sumatera Utara saat hendak masuk ke Aceh.

“Pemeriksaan terus kami lanjutkan sampai mereka benar-benar buka mulut mengungkap seluruh aksi kejahatan mereka, termasuk kemungkinan ada jaringan mafia lain yang turut bersama merekamelancarkan misi kejahatan di Aceh selama ini,” bebernya.

Polres Abdya akan menggali informasi dari pelaku terkait kasus pencurian yang marak terjadi di beberapa kabupaten/kota di Aceh selama ini, berikut jaringan-jaringannya baik dari dalam maupun luar Provinsi Aceh.

Pihaknya guna mengungkap aksi kejahatan yang diduga dikendalikan oleh jaringan yang terorganisir itu, akan menyebarkan atau mengirimkan foto beserta keterangan yang telah didapat dari para tersangka, untuk kepentingan pengusutan lebih lanjut serta pengembangan kasus.

“Yang telah pasti, foto dan keterangan dari para tersangka segera kami kirim ke Polres Biureun sebab di wilayah hukum Polres Biureun sudah diakui telah dilancarkan aksi pencurian disebuah toko,” sebut Kasat Reskrim Polres Abdya.

Jika kelak terungkap aksi serupa para tersangka, termasuk kemungkinan dilakukan di Sumatera Utara, foto dan identitas serta keterangan yang telah didapat dari para tersangka juga akan dikirim ke seluruh jajaran kepolisian yang membutuhkannya.

Sejauh ini, Polres Abdya, menyimpulkan, komplotan pencuri itu bukan satu keluarga, kecuali bocah Put adalah keponakan dari perempuan berinisial RF.

“Namun yang pasti seluruh tersangka ini berasal dari satu kampung yakni dari sebuah desa di Kecamatan Medan Denai, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara,” sebut AKP Misyanto.

Dia juga memastikan, terkait keterlibatan dua anak dibawah umur dalam komplotan itu, dari hasil interogasi petugas, pelaku mengaku tidak mengiming-imingi sesuatu kepada anak-anak tersebut sebab mereka memang bagian dari komplotan.

“Dan sejak sebelum berangkat dari Medan, anak-anak itu memang telah merencanakan tujuan datang ke wilayah Aceh ingin melancarkan aksi pencurian,” pungkasnya.[]

Komentar