Muhammad Arief Billah, bocah asal Bireuen, harus berjuang melawan penyakit kanker hati yang menderanya. Sebuah kondisi yang sangat jarang diderita anak seusianya. 

Hepatoblastoma, demikian nama penyakit yang satu ini. Menurut kamus kedokteran, penyakit ini merupakan neoplasma ganas yang ditemukan di hati dan merupakan kanker hati yang paling sering pada anak, walaupun relatif jarang terjadi jika dibandingkan dengan tumor padat lain yang ditemukan pada anak-anak.

Penyakit langka ini pula dialami Muhammad Arief Billah, bocah berusia lima tahun, warga Gampong Lhaksamana, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen. Anak satu-satunya dari pasangan Ahmadallah (35) dan Sakdiah (30) ini sudah setahun lebih divonis dokter menderita kanker hati.

Menurut Sakdiah, putranya diketahui menderita kelainan hati saat bulan puasa tahun lalu. Kala itu, dia dan suaminya langsung membawa Arief ke Rumah Sakit Umum Fauziah Bireuen. “Tapi langsung dirujuk ke rumah sakit di Banda Aceh,” ujar Sakdiah kepada Pikiran Merdeka, Kamis pekan lalu.

Tak tunggu lama, Sakdiah dan Amadallah pun membawa putra tunggalnya ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh. “Dokter bilang anak saya kena tumor yang lengket di hati,” kisah Sakdiah.

Menurut dia, kala itu Arief Billah sempat dirawat inap selama dua bulan setengah di RSUZA. Belakangan juga sering dibawa berobat ke sana karena kondisinya tak kunjung membaik. “Perutnya terus membesar, kakinya bengkak hingga tidak bisa jalan lagi, mata tambah kuning, dan rambutnya sudah rontok,” ungkap Sakdiah dengan nada pilu.

Bahkan, lanjut dia, sejak beberapa hari lalu hidung anaknya sering keluar darah. “Kondisinya membuat kami semakin khawatir,” rintihnya.
Dikatakannya, sebulan lalu Muhammad Arief sempat menjalani kemoterapi di RSUZA Banda Aceh. Namun, kondisi kesehatannya semakin memprihatinkan. Dokter justru menyarankan pihak keluarga untuk membawa Arief ke rumah sakit di Jakarta. Namun, hal itu mustahil bisa diwujudkan karena untuk berobat ke sana membutuhkan biaya besar.

“Berdasarkan hasil perhitungan dokter di RSUZA Banda Aceh, untuk mengobati penyakit kanker hati, dibutuhkan biaya mencapai Rp1 miliar lebih,” sebut Sakdiah.
Dengan kondisi ekonomi terbatas, usai dua bulan setengah dirawat di RSUZA Banda Aceh, Muhammad Arief dibawa pulang ke Bireuen dan tidak lagi dilanjutkan perawatan. “Kami sudah tidak ada dana lagi untuk berobat ke Banda Aceh,” ungkapnya.

Ahmadallah yang sehari-hari bekerja sebagai tukang buat perahu hanya berpenghasilan pas-pasan. Dana yang terkumpul selama ini telah terkuras habis untuk biaya hidup salama Arief menjalani perawatan di Banda Aceh. “Sebelumnya, kami juga tidak mendapat batuan dana dari pihak manapun untuk biaya berobat Muhammad Arief,” aku Sakdiah.

Namun, belakangan ini mulai ada uluran tangan dari masyarakat, membantu biaya pengobatan bocah tersebut. Hal itu terjadi setelah pihak kantor camat dan Puskesmas setempat memposting kondisi Muhammad Arief ke facebook. “Sejak itu, mulai masuk bantuan ada dari Dinas Sosial dari Ibu Koramil, serta warga lainnya. Hasil bantuan itu, kami bisa membawanya berobat ke Medan,” ujarnya.

Saat dihubungi Pikiran Merdeka, Sakdiah mengaku sudah berada tiga hari di sebuah rumah sakit di Medan. Namun, selama itu pula belum ada penjelasan dari dokter terkait dengan kondisi anaknya sekarang. “Kondisi anak saya masih sangat memprihatinkan, belum ada perkembangan apa-apa,” tutupnya.[]

Komentar