Biden Putin
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu di Jenewa, Swiss, Rabu (16/6/2021) waktu setempat. | Foto: AP/CNBC

PM, Jakarta – Sebanyak 24 diplomat Rusia di Amerika Serikat (AS) diminta untuk meninggalkan Negeri Paman Sam. Ini berlaku sebelum 3 September mendatang setelah visa mereka berakhir.

Mengutip Reuters, dalam sebuah wawancara dengan majalah National Interest yang diterbitkan Minggu, (1/8/2021), Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov mengatakan Washington tiba-tiba memperketat prosedur penerbitan visa. Rusia mengaku tak tahu dorongan lain yang melatarbelakangi keputusan itu.

“Hampir semua akan pergi tanpa pengganti karena Washington tiba-tiba memperketat prosedur penerbitan visa,” ujarnya dikutip Selasa, 3 Agustus 2021.

Ia pun khawatir ini akan mengganggu hubungan kedua negara. Ia berharap AS masih bisa menerapkan “akal sehat” agar hubungan kedua belah pihak “normal”.

“Kami berharap bahwa akal sehat akan menang dan kami akan dapat menormalkan kehidupan diplomat Rusia dan Amerika di AS dan Rusia dengan prinsip timbal balik,” tegasnya lagi.

Sementara itu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan bahwa AS tidak menggunakan visa diplomat Rusia untuk melakukan sesuatu terhadap Moskow. Hanya saja, karakteristik para diplomat tersebut tidak sesuai persyaratan AS.

“Karakterisasi duta besar itu tidak akurat,” tegasnya dalam konferensi pers Senin, 2 Agustus 2021.

Price tidak membantah fakta bahwa diplomat Rusia harus meninggalkan AS. Lagi pula, ia mengatakan “bukan hal baru” bahwa orang Rusia harus mengajukan perpanjangan visa mereka setelah tiga tahun.

“Aplikasi-aplikasi tersebut ditinjau berdasarkan kasus per kasus,” katanya.

Meski begitu, Price juga menyebut bahwa Rusia mulai bulan ini melarang kedutaan AS di Moskow untuk mempertahankan, mempekerjakan, dan mengontrak staf Rusia atau negara ketiga, kecuali penjaga. Hal ini membuat misi diplomatik itu melepaskan 182 karyawan dan puluhan kontraktor.

“Kami berhak untuk mengambil langkah-langkah tanggapan yang tepat untuk tindakan Rusia,” tambah Price.

Moskow dan Washington telah lama berbeda pendapat dalam berbagai masalah. Hubungan semakin merosot setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan dia yakin Presiden Rusia Vladimir Putin adalah seorang pembunuh.

Bahkan, Washington sempat memberlakukan sanksi terhadap Rusia pada bulan Maret dan April karena ikut campur dalam pemilihan AS tahun lalu. Termasuk peretasan dunia maya, menggertak Ukraina, dan dugaan tindakan memfitnah lainnya.

Ketegangan keduanya sendiri diketahui agak mereda setelah Biden bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sebuah pembicaraan pada 16 Juni di Swiss. Hal ini membuat kembalinya sejumlah uang investor asing ke dalam obligasi pemerintah Rusia.[] Sumber: CNBC Indonesia

Komentar