Zaini Cecar Soal Implementasi MoU, Irwandi Serang Balik Soal Teror

Debat Kandidat Calon Gubernur Aceh
Zaini Cecar Soal Implementasi MoU, Irwandi Serang Balik Soal Teror

Debat Kandidat Calon Gubernur Aceh

Kandidat Gubernur dari Independden Irwandi Yusuf mengangkat tangan Kandidat Gubernur dari Partai Aceh Zaini Abdullah disaksikan pasangan kandidat gubernur lainnya usai debat kandidat yang berlangsung di Banda Aceh, Kamis (5/4) malam.(Foto Pikiran Merdeka/Andi Ibnu GP)

Banda Aceh—Pasangan Zaini Abdullah–Muzakir Manaf menjadi lawan debat pasangan Irwandi Yusuf-Yuhyan Yunan dalam debat kandidat gubernur Aceh, Kamis (5/4) malam. Zaini mencecar Irwandi soal implementasi MoU Helsiki, sementara Irwandi serang balik Cagub PA itu soal aksi teror di Aceh selama ini.

Di sesi tanya-jawab antar kandidat, Zaini mempertanyakan tentang pelaksanaan Instruksi Presiden No.15/2005 tentang pelaksanaan butir-butir MoU Helsinki, termasuk persoalan perbatasan Aceh, bendera Aceh, hymne, simbol, dan lembaga Wali Nangroe yang tidak dijalankan oleh Irwandi saat menjabat gubernur yang berpasangan dengan Muhammad Nazar.

“Waktu saudara jadi gubernur dulu yang perlu dipertanyakan adalah mengenai Instruksi Presiden nomor 15 tahun 2005, tentang pelaksanaan MoU dan butir-butirnya. Presiden telah mengeluarkan instruksi untuk dijalankan oleh gubernur, tapi mengapa tidak dijalankan sampai habis masa jabatan anda? Bukankah ini perintah presiden, bagaimana anda bisa mengabaikan perjuangan kami yang telah melahirkan MoU Helsinki demi kesejahteraan masyarakat,” tanya Zaini Abdullah.

Irwandi spontan menjawab bahwa hal tersebut merupakan tugas dari DPR Aceh yang di lantik pada 2009. “Tentang pelaksanaan MoU, sekarang sedang kita laksanakan, kecuali beberapa hal. Yang krusial yang belum terlaksana adalah pembentukan Pengadilan HAM untuk Aceh, pembentukan KKR dan penyelesaian sengketa yang belum selesai,” sebut Irwandi.

“Tentang hymne lagu dan segalanya itu, termaktub dalam UUPA. Yang membuat undang-undang untuk penetapan mengenai hymne, simbol, logo dan bendera adalah DPRA hasil pelantikan 2009,” lanjut Irwandi yang disambut gemuruh tepuk tangan para pendukungnya.

Dalam debat kandidat yang dipandu oleh presenter Metro TV Indra Maulana juga memberikan kesempatan bagi pasangan Irwandi-Muhyan untuk bertanya balik kepada pasangan Zaini–Muzakir.

Irwandi mempertanyakan mengenai sikap Partai Aceh dalam menyikapi maraknya aksi teror dan intimidasi menjelang Pemilukada Aceh. “Saya menanyakan, menjelang Pilkada banyak hal yang terjadi seperti intimidasi, teror, dan pembunuhan. Saya ingin bertanya, karena Densus menemukan bahwa pelakunya dari Partai Aceh, sejauh mana Dr Zaini dan Muzakir Manaf mengetahuinya dan menanggapinya,” tanya Irwandi.

Menjawab pertanyaan itu, Zaini mengatakan hal tersebut dilakukan oleh provokator yang mengarahkan Partai Aceh sebagai pelakunya. “Dalam hal teror yang dikenakan adalah Partai Aceh, seakan-akan PA yang melakukannya, dan itu kami serahkan ke Polda yang seharusnya bisa menyelesaikan siapa pelakunya,” kata Zaini Abdullah.

Pantauan Pikiran Merdeka, selain perdebatan kecil terkait hal-hal yang tidak penting bagi rakyat, tidak ada pencerahan apa-apa dari debat kandidat gubernur Aceh itu. Kelima pasangan kandidat tidak menunjukkan bahwa dirinya adalah calon pemimpin yang tepat bagi kebaikan Aceh di masa mendatang.

Kelima pasangan calon yang hadir dalam acara tersebut, Tgk Ahmad Tajuddin dan Teuku Suriansyah, Irwandi Yusuf dan Muhyan Yunan, Darni M Daud dan Ahmad Fauzi, Muhammad Nazar dan Nova Iriansyah, serta Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf.

Acara itu menghadirkan tiga panelis, yakni pengamat politik Prof Fachri Ali, pengamat ekonomi Rhenald Kasali, dan Guru Besar IAIN Ar Raniry Syahrizal Abas. Prof Fachri Ali bertanya soal program pendidikan, Rhenald Kasali lebih fokus kepada perekonomian dan lapangan pekerjaan, serta Syahrizal Abas menanyakan masalah program syariat Islam jika pasangan calon terpilih.[pm/wnd]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Angka Nikah di Aceh Tetap Tinggi di Tengah Pandemi
Sepasang pengantin menikah di tengah wabah Covid-19 di Masjid H. Harun Keuchik di Aceh, Indonesia pada 19 Juni 2020. Pemerintah Indonesia secara bertahap melonggarkan pembatasan sosial dengan mengizinkan pernikahan di tempat umum selama menerapkan protokol kesehatan dan menjaga jarak sosial.| Foto www.aa.com.tr

Angka Nikah di Aceh Tetap Tinggi di Tengah Pandemi