Di rumah singgah C-Four, Dila berjuang melawan kanker yang menggerogotinya. Kini kondisinya perlahan mulai pulih.
Siang itu, cuaca yang memayungi Kota Banda Aceh tidak begitu panas. Beberapa anak terlihat tertawa bersama di sebuah rumah singgah kanker yang beralamat di Jalan Sepat, Lampriet, Banda Aceh. Pun tak terlihat keluhan kesakitan di raut wajah mera.
Begitu juga kesan yang ditunjukkan bocah perempuan bernama Dila Rina Arianti. Padahal, gadis kecil berusia 9 tahun ini mengalami benjolan besar di bawah mata kanannya. Siang itu, ia asyik bermain bersama teman-temannya, membaca buku dan sesekali melontarkan pertanyaan kepada salah seorang relawan yang sudah seperti keluarganya sendiri.
Ibunda Dila, Ratnawati (30) mengatakan benjolan aneh yang ada pada Dila sudah ada sejak umurnya dua tahun. Menurutnya, benjolan tersebut berasal dari mulut.
Tak ditunggu lama, ia dan suaminya langsung membawa Dila ke Rumah Sakit Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh untuk menjalani operasi dan dilanjutkan dengan kemo.
Belakangan diketahui, benjolan tersebut ternyata kanker Shardobsyarkoma yang awalnya dari mulut hingga menjalar ke mata bagian kanan. “Namun, kondisi demikian tidak menghambat aktifitasnya untuk tetap bermain-main,” sebut Ratnawati.
Kondisi Dila akhirnya terpantau Ratna Eliz dari C-Four yang memang fokus pada penanganan penderita kanker.
Ratnawati mengaku tak bisa membayangkan awalnya kedatangan Ratna Eliza ke rumah sakit untuk menjenguk Dila. Terlebih, Dila bersama ibunya diajak untuk tinggal di rumah singgah C-Four yang dibangun sejak 2015 tersebut.
“Bu Ratna Eliza datang malam-malam ke rumah sakit dengan didampingi beberapa relawan lain. Saya merasa kok baik sekali ibu tersebut,” decak kagum Ratnawati saat itu.
Sejak itu, mereka menetap di rumah singgah tersebut sudah berjalan. “Jadi, sudah dua tahun kami menetap di rumah singgah ini,” kisah wanita asal Kualasimpang ini.
Selama itu pula, lanjut dia, perkembangan Dila semakin membaik. “Meski begitu, Dila tetap menjalani pengobatan kemotrapi sampai saat ini,” katanya.
Menurut Ratnawati, perawatan Dila sudah terjadwal setiap minggunya yaitu pada setiap hari Jumat. Terkadang, Dila akan menginap selama tiga hari di dalam ruangan dan diperiksa perkembangan kesehatannya. “Diperiksa dulu, kalau masih ada benihnya, maka tidak bisa dioperasi dan akan dilanjutkan kemo,” jelas Ratnawati kepada Pikiran Merdeka, Jumat pekan lalu.
Kesehariaan Dila memang menyenangkan. Bocah perempuan ini tidak pernah mengeluh dan merasa kesakitan meski kondisi kesehatannya memprihatinkan. “Kesehariaanya periang. Kecuali setiap usai kemo, dia lemas sampe tiga hari, setelah itu ceria lagi,” ungkap Ratnawati.
Apalagi Ratna Eliza yang mengelola rumah singgah itu selalu mendatangkan keceriaan kepada anak-anak binaannya. “Kita di sini memang selalu menyemangati mereka untuk segera sembuh,” sebut perempuang cantik ini.
Ratna Eliza mengisahkan, saat dirinya menjenguk Dila pertama kali ke rumah sakit sempat tidak mendapatkan sambutan kurang baik dari Ratnawati. “Ketika saya memberi saran agar Dila mengikuti tahapan pemulihan melalui kemotrapi, ibunya marah-marah dan membentak saya,” tuturnya.
Namun, Ratna Eliza tak menyerah. Ia terus memberikan pemahaman dan pengertian lebih lanjut hingga ibu Dila mau mengikuti tahapan kemo tersebut. “Alhamdulillah, kondisi Dila sekarang ini semakin membaik,” tandasnya.[]
Belum ada komentar