Mandi uap tidak hanya identik untuk kecantikan perempuan, tetapi setiap orang perlu mencoba terapi sauna terutama bagi yang tidak sempat berolahraga.
Aroma lengkuas bercampur sirih mulai merasuki hidung. Bersamaan dengan itu, hawa hangat pun mulai terasa dari kolong bangku panjang yang terbuat dari kayu. Tidak lama, bulir-bulir keringat pun mulai bercucuran dari pori-pori kulit. Semakin lama semakin banyak.
Pandangan terasa kabur di balik remang-remang cahaya lampu Philip 14 watt yang terhalang uap. Namun tidak membuat sesak nafas, karena Pikiran Merdeka sedang berada dalam ruang sauna Pengobatan Pusaka Indatu Lamtadok.
Suasananya semakin nyaman sambil menghirup nafas pelan-pelan. Setelah 10 menit di dalamnya, Pikiran Merdeka keluar dari ruangan seluas toilet umum. Saat melangkah keluar, suhu hangat badan bersentuhan langsung dengan hawa dingin perbukitan yang juga menimbulkan sensasi tersendiri. Dari jauh, Teungku Chasib (55), pemilik sauna tradisional ini terlihat menuangkan beberapa gelas ramuan yang diseduh air hangat.
“Dek, itu air ramuannya udah siap, diminum aja biar lebih segar badannya,” ujar pria yang juga disapa Cut Lem itu.
Menurut pria paruh baya ini, ramuan itu sebenarnya dianjurkan bagi pria dewasa yang ingin meningkatkan stamina tubuh, juga merupakan salah satu dari 15 manfaat mandi uap di Pengobatan Pusaka Indatu Lamtadok.
Sementara 14 khasiat lainnya, rinci Cut Lem, yaitu mengeluarkan racun dari dalam tubuh, mengurangi lemak yang berlebihan dalam tubuh, menurunkan berat badan, menguatkan sistem kekebalan tubuh, membuat rambut lebih sehat, membersihkan pori-pori sehingga membuat kulit lebih sehat dan cerah, meredakan nyeri sendi, baik, untuk kesehatan jantung, melancarkan aliran darah, menurunkan kadar kolestrol, mengobati migrain (sakit kepala), membuat kulit lebih awet muda, membantu melawan infeksi pada tubuh, serta untuk relaksasi fisik dan mental.
Cut Lem membuka usaha sauna tradisional ini sejak tiga bulan lalu. Awalnya cuma diperuntukkan bagi keluarga dan rekannya yang mengalami kelumpuhan.
Namun, seiring berjalan waktu sauna alaminya itu mulai disukai masyarakat sekitar. “Padahal, dulunya kita hanya iseng-iseng buat ini bersama seorang pria yang juga kawan saya,” ungkap Cut Lem kepada Pikiran Merdeka, Selasa (20/4/2016), malam itu.
Bermodalkan pinjaman dari seorang rekannya, ia dibantu beberapa rekannya, membuat sebuah gubuk berbentuk rumah panggung yang didesain persis berbentuk kamar sauna. Di kompleks yang sama dalam kebunnya itu, dibuat juga balai untuk beristirahat, dapur, dan bangku-bangku kayu untuk pengunjung.
Untuk menghasilkan obat herbal, Cut Lem mencari bahan baku di kaki Bukit Barisan Pulau Sumatera yang berdekatan dengan Desa Lamtadok, Darul Kamal, Aceh Besar, selain yang dicarinya di hutan-hutan sekitar mukim Peukan Biluy. Bahan berupa rempah-rempah itu kemudian diramu untuk dua jenis, satu ramuan untuk diminum pengunjung dan satu lagi untuk dicampur dalam air yang diuapkan.
Menurut Cut Lem, keluarganya sudah terbiasa dengan terapi sauna tradisional itu semenjak kecil. Dulu di rumah mereka, dia masih melanjutkan teknik sauna warisan endatunya yang bersumber dari “Kitab Tajul Mulok” yaitu duduk memeluk kendi yang berisi rebusan rempah-rempah dan tubuhnya ditutup dengan kain.
Belum ada komentar