Personil TNI membersihkan lumpur yang menutupi badan jalan nasiona.(pikiranmerdeka.co/Hendri Meukek)

PM, TAPAKTUAN – Material bekas galian tanah pada proyek pembukaan jalan menuju lokasi pembangunan kampus Politeknik Aceh Selatan (Poltas) di puncak Gunung Ribee, menimbun badan jalan negara lintasan Tapaktuan – Banda Aceh tepatnya di kawasan Gunung Ribee, Gampong Ladang Kasik Putih, Kecamatan Samadua.

Bongkahan tanah yang setiap turun hujan lebat langsung menimbun badan jalan negara di kawasan Gunung Ribee tersebut, sangat meresahkan para pengguna jalan. Sebab, timbunan tanah dan sedimen lumpur mencapai 30 – 50 Cm, sehingga menghambat kendaraan melintas.

Tak jarang, kendaraan yang melintas di kawasan itu mengalami kecelakaan karena terpeleset tanah lumpur yang licin. Kawasan itu bagaikan kubangan lumpur saat diguyur hujan lebat.

Tidak hanya pengendara, kondisi ini juga menyengsarakan sejumlah masyarakat di gampong tersebut. Soalnya, material tanah dan lumpur yang merembes dibawa air hujan dari lokasi proyek Poltas tersebut, juga menimbun sejumlah pekarangan rumah penduduk yang berada di pinggir jalan negara.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Selatan, Cut Syazalisma mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Satker PPK 12 menyangkut material tanah yang selalu menimbun badan jalan negara setiap kali kawasan itu diguyur hujan lebat.

Namun sayangnya, pihak Satker PPK 12 menolak untuk menangani material tanah yang menimbun badan jalan tersebut, karena bongkahan tanah itu berasal dari galian badan jalan di lokasi pembangunan proyek kampus Poltas.

“Pihak Satker PPK 12 sudah menyurati dinas terkait di jajaran Pemkab Aceh Selatan untuk menanggulangi bencana yang dibuat atau diciptakan sendiri tersebut. Sebab Satker PPK 12 hanya akan menangani khusus terhadap kejadian kasus yang benar-benar ditimbulkan akibat bencana alam murni,” ujarnya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh Selatan, Mufti A Bakar menyatakan Pemkab Aceh Selatan telah memprogramkan anggaran untuk menanggulangi bencana timbunan tanah di atas badan jalan negara setiap kali wilayah itu diguyur hujan lebat. Namun karena sudah terlambat, kebutuhan anggarannya terpaksa harus dialokasikan melalui APBK-P 2018 mendatang.

“Ada sekitar Rp 1,5 miliar lebih anggaran yang sudah kita programkan untuk menanggulangi bencana tersebut. Sebab satu-satunya solusi adalah harus segera dilakukan pengerasan jalan, pembangunan tanggul dan saluran drainase termasuk akan mempertimbangkan untuk pembangunan box culvert yang melintangi badan jalan,” kata dia.

Sedangkan menyangkut material tanah yang secara terus menerus menimbun badan jalan negara setiap kali diguyur hujan lebat, lanjut Mufti A Bakar, Pemkab Aceh Selatan telah memerintahkan pihak kontraktor pelaksana proyek untuk menyediakan alat berat beco dan loader di lokasi sehingga jika sewaktu-waktu kembali terjadi tertimbunnya badan jalan bisa segera ditangani untuk dibersihkan.

Mufti A Bakar menyangkal keras tudingan yang menyebutkan proyek pembukaan badan jalan dan pembangunan kampus Poltas di puncak Gunung Ribee tersebut, merupakan proyek gagal yang tanpa kajian dan analisis yang mendalam. Sebab, kata dia, sebelum proyek tersebut dikerjakan terlebih dulu telah dibuat Detail Engenering Desaint (DED) bahkan juga telah dilengkapi dengan kajian UKL/UPL.

“Tentu sudah terlebih dulu ada DED dan UKL/UPL-nya lah. Jika tidak maka tidak mungkin bisa terlaksana proses pelelangan proyek. Sebab dasarnya harus melengkapi documet-document yang lengkap,” katanya.

Saat ditanya, kenapa juga sampai terjadi bencana alam yang sangat meresahkan masyarakat sekitar dan para pengguna jalan dampak dari pekerjaan proyek tersebut?, Mufti A Bakar mengatakan kejadian yang terjadi selama ini diluar perkiraan sebelumnya namun tetap saja masih bisa ditanggulangi.

“Bukan proyek gagal, sebab kajian – kajian yang telah dilakukan sebelumnya termasuk upaya mitigasi atau langkah penanggulangannya. Maka untuk menanggulanginya kita telah memprogramkan anggaran melalui APBK-P tahun 2018,” tandasnya.()

Komentar