Foto: Ammar Awad/Ap Images

Ketegangan antara Israel dengan Palestina mengenai Masjidilaqsa semakin meningkat. Enam orang tewas. Tiga di atntaranya warga Palestina yang meninggal saat bentrok jalanan di Jerusalem dan tiga orang Israel tewas ditusuk di permukiman Tepi Barat.

Pembunuh tiga orang Israel itu memang nekat. ”Dia masuk salah salah satu rumah di Tepi Baray saat tengah malam dan langsung menusuk penghuninya,” ujar kepala jasa penyelamatan Israel seperti dilansir The Guardian, Sabtu (22/7). Kejadian tersebut sebelumnya diawali dengan terbunuhnya tiga warga Palestina saat memprotes peraturan baru yang diberlakukan Israel di Masjidilaqsa.

Aksi yang seharusnya digelar dengan salat Jumat di depan gerbang-gerbang menuju Haram Al Sharif berubah menjadi ricuh. Haram Al Sharif adalah kompleks yang di dalamnya terdapat Masjidilaqsa dan Dome of Rock.

Penduduk Palestina berang karena Israel memasang blokade berlapis agar umat muslim tak bisa sampai ke gerbang Haram Al Sharif. Sejak pagi, seluruh lingkungan tempat tinggal warga Arab Israel di Jerusalem Timur sudah dijaga ketat. Arab Israel adalah warga Palestina yang memilih tinggal di wilayah pendudukan Israel itu.

Polisi juga memblokade jalan-jalan menuju Haram Al Sharif. Mereka yang diperbolehkan masuk adalah orang-orang yang dinilai tidak berbahaya. Yaitu pria yang berusia 50 tahun ke atas serta perempuan segala usia.

Dikutip Reuters, gerbang yang dibuka juga hanya tiga. Yaitu The Gate of the Tribes (Bab Al Asbat), Gate of the Council (Bab Al Majlis), dan The Gate of Chain (Bab Al Silila). Pos-pos pengamanan di sekeliling Jerusalem Timur juga diperketat. Warga Palestina dari Tepi Barat dan berbagai wilayah lain tak bisa masuk. Bus-bus yang mengangkut mereka diusir.

”Sangat jelas, pasukan Israel tidak ingin umat muslim berada di luar Lion’s Gate,” ujar Imran Khan, jurnalis Al Jazeera di Jerusalem Timur. Salat Jumat akhirnya dilakukan di jalan-jalan, bukan secara masal di depan gerbang menuju Masjidilaqsa seperti rencana semula. Dalam salah satu video amatir, tampak polisi Israel menendang salah seorang warga Palestina yang sedang menunaikan salat. Bentrokan pun akhirnya tak terelakkan.

Setelah salat Jumat, kedua pihak saling serang. Tentu saja kekuatan mereka tidak imbang. Sebab, penduduk Palestina hanya menggunakan lemparan batu, ketapel, dan alat seadanya. Di sisi lain, polisi Israel dipersenjatai dengan gas air mata, peluru karet, dan peluru asli untuk menangani massa. Setidaknya ada 3 ribu polisi dan penjaga perbatasan yang ditugaskan untuk mengamankan situasi.

Seorang remaja Palestina yang masih berusia 18 tahun, Mohammad Mahmoud Sharef, akhirnya harus kehilangan nyawa dalam bentrok di Ras Al Amud, Jerusalem Timur. Nasib serupa dialami Mohammad Hassan Abu Ghanem. Pemuda 19 tahun itu tewas dalam bentrok di At Tur. Kericuhan serupa terjadi di dekat Lion’s Gate, gerbang Bab Al Majlis atau Gate of the Council, Jalan Salah Al Din, dan Wadi Joz di Jerusalem Timur serta pos pemeriksaan di Kalandia.

Di Tepi Barat, bentrokan terjadi di Bethlehem, Tulkarm, Jericho, serta Hebron. Palang Merah Palestina mengungkapkan, setidaknya 140 penduduk negeri yang dipimpin Presiden Mahmoud Abbas itu mengalami luka-luka. Korban luka tersebar di Jerusalem Timur dan Tepi Barat.

Potensi bentrok memang terbuka lebar setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memastikan bahwa alat pendeteksi logam yang dipasang di gerbang-gerbang menuju Masjidilaqsa tidak akan dihilangkan. Keputusan itu dibuat setelah dia menggelar rapat dengan kabinet keamanan Kamis malam (20/7). Badan keamanan internal Israel, Shin Bet, menyarankan agar pendeteksi logam itu dihilangkan supaya ketegangan di Jerusalem mereda. Tapi, sepertinya kepolisian dan beberapa pihak lain menginginkan sebaliknya.

Israel juga mengamankan sepuluh aktivis dan tokoh Palestina di Jerusalem sebelum aksi massa berlangsung. Menurut Palestinian Prisoners Club, salah satu yang ditangkap adalah pemimpin kelompok Fatah di Jerusalem, Hatem Abdel Khader. Meski penangkapan, blokade, dan tekanan datang dari berbagai arah, para pemimpin Palestina tetap menyerukan agar aksi berjalan sesuai rencana.

Berbagai pihak berusaha menengahi konflik Israel-Palestina itu. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menelepon Presiden Israel Reuven Rivlin pada Kamis untuk mendesak agar pendeteksi logam yang menjadi perkara tersebut dihilangkan saja. Namun, desakan itu jelas tak berpengaruh. Menteri Luar Negeri Jordania Ayman Al Safadi meminta komunitas internasional ikut turun tangan untuk mendinginkan situasi.[]jawapos/dsb

Komentar