Warga Ilie dan Lamteh Nyaris Bentrok

Banda Aceh—Ratusan warga dari Gampong Ilie dan Lamteh, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, nyaris bentrok akibat sengketa tapal batas wilayah yang belum mampu diselesaikan pemerintah kota setempat.

“Pemko Banda Aceh sangat lamban menyelesaikan sengketa tapal batas antara Desa Ilie dengan Desa Lamteh, persoalan ini sudah berlangsung lama. Kami berharap sengketa tapal batas tersebut dapat diselesaikan dengan bijak tanpa ada pihak yang dirugikan atau diuntungkan,” kata Keuchik  Ilie, Iskandar di Banda Aceh, Rabu (9/5).

Menurutnya, pemicu ketegangan antara warga Ilie dengan warga Lamteh akibat pembebasan tanah milik warga di daerah sengketa kepada Pemerintah Kota Banda Aceh yang dikoordinir Camat Ulee Kareng H Aulia R Dahlan.

“Camat selaku pimpinan kecamatan saat pembebasan tanah dikawasan sengketa itu tidak berkoordinasi dengan kami, ia hanya berkordinasi dengan Keuchik Lamteh, seharusnya kami masyarakat Ilie juga diajak bermusyawarah agar tidak terjadi permasalahan dimasa yang akan datang,” kata Iskandar.

Tidak terima dengan tindakan camat, pada 6 Mei 2012 puluhan warga Desa Ilie bergotong royong membuat patok tapal batas namun pada malam harinya patok tersebut dirusak oleh masyarakat yang diduga penduduk Desa Lamteh.

Pada 7 Mei 2012, warga Ilie membangun kembali tapal batas dan para pemuda berserta tokoh masyarakat menjaga patok pembatas wilayah yang dibuat dari semen itu.

Kemudian pada 8 Mei 2012 sekitar pukul 20.00 WIB puluhan warga Desa Lamteh datang ke lokasi dan meminta agar patok pembatas yang dibuat masyarakat Ilie itu dibongkar sehingga ketegangan pun terjadi.

Ketegangan dapat dilerai petugas Kepolisian dan Koramil Ulee Kareng serta Asisten I Tata Pemerintahan Kota Banda Aceh Tarmizi Yahya.

Puluhan aparat keamanan bersenjata lengkap juga dikerahkan untuk mengantisipasi terjadinya bentrokan fisik antara warga dari dua desa tersebut.

Untuk menenangkan emosi massa dari kedua belah pihak, pihak Muspika Kecamatan meminta Keuchik dan tokoh masyarakat desa Ilie dan Lamteh untuk bermusyawarah di Mapolsek Ulee Kareng.

Dalam pertemuan yang juga dihadiri Wakapolresta dan Kasdim 0101/BS berlangsung alot, bahkan kedua belah pihak mengaku kecewa terhadap Pemerintah Kota Banda Aceh yang dinilai lamban menyelesaikan masalah tapal batas tersebut.

“Kami tidak marah dengan masyarakat Ilie, apalagi mayoritas warga  Lamteh mempunyai keterikatan famili dengan penduduk Desa Ilie. Saya sepakat untuk meminta Pemko Banda Aceh menyelesaikan sengketa tapal batas ini,” kata Keuchik Lamteh Isnaini.

Musyawarah yang dikoordinir Asisten I Sekretariat Pemko Banda Aceh dan Danramil Ulee Kareng itu menghasilkan sebuah keputusan yang dituangkan dalam berita acara yang ditandatangai oleh Keucik Ilie, Lamteh dan Pejabat Muspika serta Tarmizi Yahya.

Keputusan tersbut berbunyi “masalah ketegangan antara warga desa Ilie dan Lamteh diselesaikan secara kekeluargaandan kedua belah pihak sepakat mengakhiri ketegangan serta menahan diri untuk tidak memicu ketegangan dan konflik dikemudian hari”.

“Hari ini kami akan menggelar musyawarah dengan keuchik dan tokoh masyarakat dari dua desa itu,” kata Tarmizi Yahya.[ant]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Bupati Aceh Besar Ajak Nelayan Pertahankan Tradisi Khanduri Laot
Bupati Aceh Besar, Ir Mawardi Ali memberikan santunan anak yatim yang diterima imuem mukim setempat pada acara Khanduri Laot di Lhok Kuala Gieging, Lambada Lhok Kecamatan Baitussalam, Sabtu (31/3).(pikiranmerdeka.co/IST)

Bupati Aceh Besar Ajak Nelayan Pertahankan Tradisi Khanduri Laot