Sambal peugaga, sambal tradisional Aceh.
Sambal peugaga, sambal tradisional Aceh.

Sambal ini hanya muncul di bulan Ramadhan. Pelengkap menu berbuka yang alami nan berkhasiat.

Takjil atau penganan berbuka seakan menjadi hal yang wajib tersedia sebelum sirine berbuka menggaung kencang. Hal ini jelas terlihat di beberapa sudut kota di Banda Aceh.

Usai shalat Ashar, puluhan pedagang takjil mulai memadati tepi jalanan kota, menawarkan ragam jenis penganan berbuka. Beragam kue kering dan basah sudah diatur rapi di dalam rak kaca: risol, tahu isi, timphan, bakwan hingga puluhan jenis kue kering dan basah lainnya.

Bagi sebagian orang, ragam gorengan yang ditawarkan para pedagang musiman tersebut sudah cukup mainstream untuk dicoba. Selain karena sudah sering tersedia di hari-hari biasa selain bulan Ramadhan, penganan tersebut cukup mudah untuk didapatkan dimana saja.

Baca: Berburu Penganan Buka Puasa Utaman Kesehatan

Pun demikian, bagi Anda pencinta kuliner khas Aceh, janganlah berkecil hati. Meski langka, masih anda satu dua pedagang yang menjual ragam jenis makanan khas Aceh. Contohnya saja, Nurhayati (45) yang saban sore memilih berdagang di tepi jalan T P Nyak Makam, Lampineung, Banda Aceh.

Selain menjual ragam kue kering dan basah, ia juga menyediakan ragam masakan khas Aceh seperti keumamah, kuah pliek u dan beberapa jenis masakan lainnya.

Di antara ragam jenis tersebut, ada satu makanan khas yang sangat susah dijumpai yaitu Sambal Pegagan—atau dalam bahasa Aceh dikenal dengan Sambai Peugaga.

Jika anda membayangkan sambal pada umumnya identik dengan tomat, cabai, dan bawang, maka anda salah besar, karena di Aceh, ada semacam jenis sambal yang bahan dasarnya terbuat dari 44 jenis macam dedaunan dan tumbuhan.

“Dikatakan Sambai Peugaga karena bahan utamanya itu terbuat dari daun pegaga. Sedangkan dedaunan lain hanya sebagai tambahan saja,” ungkap Nurhayati, kepada Pikiran Merdeka, Jumat (17/6/2016).

Ia mengatakan, Sambai Peugaga merupakan menu kuliner khas Aceh yang sudah turun-temurun diracik menjadi menu pelengkap, disamping nasi dan lauk.

Untuk memenuhi permintaan pembeli, Nurhayati saban hari menyiapkan dua puluh bungkus Sambai Peugaga yang dibungkus ke dalam plastik putih bening.

Sambal peugaga, sambal tradisional Aceh. (Foto Pikiran Merdeka Pozan Matang)
Bahan utama sambal peugaga, sambal tradisional Aceh. (Foto Pikiran Merdeka Pozan Matang)

Menurutnya, pembuatan sambal dedaunan ini bisa dikatakan gampang-gampang susah. Karena, setiap dedaunan seperti: daun pegagan, daun mengkudu, sawi hutan, daun sirasani, daun jeruk parut, daun tapak sulaiman, dan pucuk daun jambu muda, harus diiris halus dengan pisau tajam.

Dalam proses pengirisan, pembuat Sambai Peugaga ini juga dibutuhkan ketelitian karena seluruh gulungan dedaunan tersebut harus diiris halus dan rapi. Jika tidak, rasanya akan berbeda.

Tidak sampai di situ saja, seluruh irisan dedaunan tersebut akan diracik sedemikian rupa dengan kombinasi serai, kelapa gongseng, cabai, bawang merah, dan garam secukupnya.

“Biasanya kita mengaduknya itu dalam wadah agar seluruh irisan dedaunan tersebut bercampur dengan bumbu-bumbu tadi,” kata perempuan asal Lambaro Cafe Aceh Besar itu.

Nurhayati (45) yang saban sore memilih berdagang di tepi jalan T P Nyak Makam, Lampineung, Banda Aceh.
Nurhayati (45) yang saban sore memilih berdagang di tepi jalan T P Nyak Makam, Lampineung, Banda Aceh.

Setelah semuanya diaduk merata, hasilnya pun tak tanggung-tanggung. Terbayang rasa gurih dan nikmat mampu menggoyangkan lidah. Apalagi jika dijadikan menu penambah saat berbuka puasa.

“Rasanya itu sangat nikmat. Karena ini terbuat dari dedaunan alami. Tidak dicampur sama bahan kimianya. Yang penting yang buatnya itu pandai, pasti sedap,” tuturnya.

Selain gurih dan nikmat, kuliner berbahan alami ini pun memiliki khasiat bagi kesehatan. Salah satunya daun pegaga.

Menurut salah satu sumber kesehatan, selain tidak mengandung bahan kimia, dedaunan segar ini juga memiliki kandungan gizi yang tinggi. Rumput pegagan misalnya, dapat menjadi antibiotik alami bagi pencernaan manusia.

Serupa dengan daun pegagan, daun jeruk parut juga memilik banyak khasiatnya. Selain juga menjadi antibiotik, daun berbau tajam itu mengandung zat tannin yang dipercaya dapat menghilangkan stres dan rasa lapar yang berlebihan.

Selebihnya, menyantap sambal yang oleh orang Aceh disebut “Lambai” ini saat berbuka juga dipercaya dapat menghilangkan bau mulut.[]   

Komentar