Berlabuh ke sejumlah partai nasional, ramai kader Partai Aceh akan maju sebagai Caleg DPR-RI di Pemilu 2019. Berbagai strategi disiapkan untuk meloloskan mereka ke Senayan.

Rapat konsolidasi Partai Aceh yang berlangsung di ruang Fraksi PA gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Selasa (27/3) lalu, menyuarakan arah kebijakan yang cukup berbeda dibanding masa-masa sebelumnya. Semula, pertemuan yang dipimpin oleh Ketua Fraksi PA di DPRA, Iskandar Usman Al-Farlaky ini masih membahas pembenahan internal, persiapan Pilkada bupati/walikota di beberapa daerah, serta strategi partai untuk menghadapi tahun politik 2019.

Di acara tersebut juga tampak hadir tokoh di luar parlemen, seperti Sekjen PA Kamaruddin Abubakar alias Abu Razak, Bendahara PA Hasanuddin Sabon, lalu ada Ayub Abbas, Darwis Jeunieb, dan lainnya. Saat itu, sejumlah petinggi partai bergantian menyampaikan pandangannya masing-masing. Di antaranya, kader yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPRA, Tgk Muharuddin. Kemudian anggota DPRA dari Fraksi PA Azhari Cage juga mendapat kesempatan yang sama.

Mereka menyaring masukan dari seluruh peserta, dari Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW), pengurus Dewan Pimpinan Aceh (DPA), dan anggota DPRK hingga DPRA dari Fraksi PA.

Menariknya, dalam pertemuan tersebut, tiba giliran Ketua Umum PA Muzakkir Manaf untuk menyampaikan arahannya. Mantan Panglima GAM yang akrab disapa Mualem ini menggunakan kesempatan itu untuk menjawab polemik yang berseliweran di sejumlah ranting PA di kabupaten/kota. Yakni, tersebar ihwal keprihatinan para pengurus tentang rencana sejumlah kader PA yang ‘menyeberang’ ke partai nasional untuk maju sebagai Bacaleg DPR RI.

Kendati kabar tersebut belum resmi, namun cukup mengusik, terutama bagi pengurus DPW PA Aceh Timur. Mereka khawatir, jika kabar itu benar, maka PA terancam kehilangan kadernya di Parlemen Aceh.

Sebelumnya, niat untuk melenggang ke senayan dihembuskan sejumlah nama. Beberapa di antaranya, Ketua Komisi I DPRA Abdullah Saleh, Wakil Ketua Komisi I Azhari Cage, kemudian anggota Komisi VII Kautsar, bahkan Ketua DPRA Tgk Muharuddin juga diisukan akan maju ke DPR RI menggunakan kendaraan partai nasional. Agaknya, kekhawatiran itulah yang perlu diluruskan Mualem.

Kautsar yang ikut hadir dalam rapat itu membenarkan ihwal tersebut. Kepada Pikiran Merdeka, Sabtu (31/3), ia mengatakan, Mualem sempat membahas sikap resmi PA untuk mengirimkan kader terbaiknya ke DPR RI.

Kautsar, anggota DPRA Fraksi PA

“PA punya banyak kader handal, jadi kita tak perlu khawatir,” pungkas Kautsar menirukan pernyataan Mualem.

Misi mengirimkan kader ke senayan tampak dijajaki secara serius oleh PA. Informasi yang diterima Pikiran Merdeka, ada beberapa kader lainnya yang turut disiapkan PA. Mereka yaitu Tgk Anwar Ramli, Jufri Hasanuddin, Tgk Usman Muda, dan Efendi Sulaiman.

Sekjen PA, Abu Razak menyampaikan rencana pengajuan kader PA ke DPR RI dalam rapat tersebut masih sangat umum. “Belum ke arah teknis,” kata dia.

Walau demikian, lanjut dia, PA telah memasang target jumlah kursi di setiap legislatif, baik DPRA maupun DPR-RI. “Dari 13 kursi DPR-RI, kita targetkan berhasil mendapatkan empat sampai enam kursi. Kalau untuk DPRA kita akan kejar targetkan setengah dari seluruh jumlah kursi yang ada,” urai Abu Razak.

Mengenai strategi PA untuk memenuhi target tersebut, Abu Razak enggan merincikannya. Nanti, kata dia, usai pelantikan pengurus baru PA pada tanggal 10 April mendatang, hal teknis mengenai kerja pemenangan baru akan dibahas. “Di bulan April juga kita akan tetapkan bakal calon legislatif dari PA,” imbuhnya.

PLATFORM PARNAS

Pada pemilihan legislatif tahun 2014 silam, PA sejatinya telah mengirimkan kadernya untuk melenggang ke DPR RI. Mereka adalah Fadhulllah dan Khaidir. Kala itu, keduanya dititipkan ke partai nasional yang merupakan koalisi dari PA di Aceh, yakni Gerindra.

Dari 13 kursi yang tersedia sebagai representasi dua Daerah Pemilihan (Dapil) untuk Aceh, PA hanya bisa menitipkan dua kadernya. Di Dapil 1, yaitu Bachtiar Aly dari Nasdem, Irmawan dari PKB, M Nasir Djamil dari PKS, M Salim Fachry dari Golkar, Fadhullah dari Gerindra, T Riefky Harsya dari Demokrat, dan Muslim Aiyub mewakili PAN. Sedangkan dari Dapil 2, masing-masing Zulfan Lidan (Nasdem), Firmandez (Golkar), Khaidir (Gerindra), Muslim (Demokrat), Tagore Abubakar (PDIP), dan Anwar Idris (PPP).

Berbeda dengan Pileg yang lalu, untuk tahun 2019 mendatang, PA mulai melebarkan sayapnya ke lebih banyak partai. Sejauh ini, untuk Dapil 1 diperkirakan ada lima kader PA yang akan bertarung, yaitu Jufri Hasanuddin, Abdullah Saleh, Tgk Anwar Ramli, dan Tgk Usman Muda. Sedangkan di Dapil 2, ada Tgk Muharuddin, Azhari Cage, Kautsar, Ermiadi, dan Efendi Sulaiman.

Masing-masing kader menggunakan kendaraan partai nasional untuk dapat melenggang ke senayan. Hingga saat ini, diketahui baru Abdullah Saleh dan Azhari Cage yang secara resmi mengajukan diri untuk Pileg DPR RI. Saleh akan maju sebagai Caleg dari Gerindra, dan Azhari Cage dari PBB.

Sementara Tgk Muhar, Ermiadi dan Kautsar telah memastikan diri, meski belum mengajukan secara resmi ke PA. Tgk Muhar dikabarkan maju melalui Partai Hanura, Ermiadi Abdul Rahman ke PAN, dan Kautsar melalui Partai Demokrat. Sementara calon lain belum dapat dipastikan berlabuh ke partai mana.

Ketua Komisi I DPRA Abdullah Saleh, saat dikonfirmasi Pikiran Merdeka, Sabtu (31/3) pekan lalu, mengaku yakin dan mantap untuk maju sebagai Caleg DPR RI dari Gerindra. Salah satu pertimbangan Mualem untuk mengusung dirinya ke DPR RI, lantaran Abdullah Saleh telah berpengalaman menjabat sebagai anggota di DPRA selama empat periode.

Abdullah Saleh, anggota DPRA Fraksi PA

“Sejak awal (saya) diamanahkan Mualem maju dengan Partai Gerindra, karena salah satunya Gerindra merupakan afiliasi politik dari PA sendiri,” kata dia via telepon.

Di Gerindra, Abdullah Saleh telah disambut baik. Dalam beberapa kesempatan, Ketua Gerindra Aceh Ta Khalid mengumumkan pencalonan Saleh ke DPR RI melalui partai berlambang garuda itu. Seperti pada momen HUT Partai Gerindra beberapa waktu lalu. TA Khalid menghimbau kepada seluruh kader untuk memperjuangkan partai besutan Parbowo Subianto itu agar berhasil memenangkan Pileg 2019. Demikian juga saat agenda pengukuhan DPC Gerindra Pidie, Abdullah Saleh juga ikut diperkenalkan sebagai Caleg DPR RI dari partai tersebut.

“Gerindra sudah umumkan secara terbuka,” katanya. Ia tak sungkan mengaku telah memiliki dua keanggotaan partai, PA dan Gerindra. Menurutnya, hal itu sah-sah saja sesuai dengan aturan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA). “Dibolehkan rangkap anggota dari dua parpol, satu partai lokal dan satu nasional.”

Berbeda dengan Abdullah Saleh, Kautsar maju ke bursa pencalonan anggota legislatif DPR RI melalui Partai Demokrat. Diketahui, pada Pilkada 2017 lalu Partai Demokrat mendukung pasangan Irwandi-Nova, berbeda dengan PA yang mengusung Mualem-TA Khalid. Namun belakangan, keduanya bernaung dalam satu koalisi di DPRA.

“Demokrat bagian dari Koalisi Aceh Bermartabat (KAB) yang PA ada di dalamnya, jadi juga membuka ruang untuk kader PA bisa maju melalui partai ini,” ujar Sekjen PA, Abu Razak.

Saat ini, yang berada dalam koalisi KAB di DPRA yaitu Partai Aceh (29 kursi), Partai Demokrat (8 kursi), Partai Amanat Nasional (7 kursi), dan Partai Gerindra (3 kursi). Lalu ada Partai Golkar (9 kursi), PKS (4 kursi), PPP (6 kursi), dan Partai Nasdem (8 kursi) sebagai koalisi pendukung.

Dari situ pula diketahui, beberapa caleg dari PA akan bergabung dengan partai nasional di luar koalisi KAB, seperti Azhari Cage yang akan maju dari PBB, bahkan ada calon lainnya yang akan maju melalui PKB. Menanggapi hal ini, Kautsar kepada Pikiran Merdeka kembali menegaskan, bahwa Mualem dalam arahannya di rapat konsolidasi lalu tidak mengharuskan kader PA untuk bergabung ke partai tertentu.

“Silakan masuk ke partai mana saja, Mualem akan mendukung kader PA dimana pun, ia tak bicara soal platform tertentu,” ujar Kautsar. Hal itu dikuatkan pula oleh Sekjen Abu Razak. “Tak ada lagi sekat seperti itu (platform partai).”

Strategi PA untuk menitipkan kadernya ke lebih banyak partai nasional, lantaran berkaca dari pengalaman di masa Pileg sebelumnya. “Saat itu, PA hanya mencalonkan kadernya melalui satu partai. Sekarang, lebih tersebar ke banyak partai, jadi peluangnya juga lebih besar,” tandas Kautsar.

Terkait kepastian dirinya diusung Demokrat, Kautsar tak ingin sesumbar. Ia mengaku hingga kini masih melakukan pendekatan. “Sejauh ini hubungan (dengan Demokrat) sangat baik, komunikasi terus berjalan, nanti kalau situasi sudah fix di lapangan, baru akan kita pastikan secara resmi di PA.”

Dengan bergabungnya kader terbaik PA ke Parnas, ada satu hal yang patut dicermati. Terutama soal bagaimana merancang dukungan politik di tingkat lokal saat Pileg 2019 bergulir. Di satu sisi, Parnas dan PA akan ikut mengkampanyekan dukungan terhadap kader mereka yang akan melaju ke DPR RI. Di sisi lain, tentu akan membingungkan bagi massa pendukung masing-masing partai, mengingat baik PA dan Parnas tentu mendukung caleg nya masing-masing untuk meraih kursi DPRA.

“Itu bisa sinkron, masing-masing memilih calon untuk DPRA dari partai sendiri, namun untuk DPR RI, kita punya calon yang sama,” kata Kautsar.

Pengamat sosial politik, Danil Akbar Takwaddin melihat bergabungnya sejumlah kader PA ke parnas sebagai wujud dari keterbukaan yang beberapa waktu lalu dijanjikan partai tersebut. Soal beda haluan, menurutnya, realita dalam politik praktis memang begitu dinamis. “Tidak bisa dikatakan salah, bila berpindah rumah,” kata Danil.

Dalam konteks demokrasi di Indonesia saat ini, hal itu mungkin hal yang lumrah. “PA semakin membuka interaksi keluar dengan partai politik lain, terutama parnas. Mungkin harapannya – andai terpilih, keterbatasan yang dirasakan selama ini dalam mengakomodir kebijakan-kebijakan pro-partai di tingkat pusat dapat terealisasi dengan baik,” katanya pada Pikiran Merdeka, Sabtu (31/3) pekan lalu.

Namun demikian, sambungnya, keterpilihan kader PA belum serta merta mampu mengakomodir kebijakan-kebijakan yang terkait dengan Aceh di level nasional.

ELEKTABILITAS PARTAI

Pengamat Politik Aceh Institute, Danil Akbar Takwaddin

Kekalahan yang mendera PA di sejumlah daerah pada Pilkada lalu, dinilai Danil tak terlalu menyurutkan peluang partai merah untuk kembali berjaya pada Pileg di tahun 2019 mendatang.

“Untuk kontestasi pilpres 2019, dan pilkada serentak tahun ini di Pijay, Subulussalam dan Aceh Selatan, saya rasa kans PA tidak akan menurun drastis, selama ketiga momentum di atas dapat digunakan dengan baik. Artinya kondisi sosial politik di ranah nasional, provinsial, hingga ke bawah, serta “demand” dari pemilih, harus menjadi pertimbangan dalam menyusun strategi pemenangan yang tepat sasaran dan komprehensif,” ujar peneliti Aceh Institute ini.

Apalagi, sebut dia, kesediaan beberapa parnas seperti PBB, Demokrat, dan PAN untuk mengakomodir kader-kader PA menyiratkan bahwa partai ini masih punya potensi besar pada pileg ke depan. Hal ini juga berkaca pada terpilihnya Fadlullah dan Tgk Khaidir melalui partai Gerindra sebagai anggota DPR RI dalam periode 2014-2019. Besarnya dukungan massa jadi pertimbangannya.

“Hematnya, massa dan motor politik PA yang masih potensial di level akar rumput jadi pertimbangan penting bagi Parnas tersebut menerima kader PA untuk bertarung di level DPR RI,” kata Danil.[]

Baca juga: Tekad Memperkuat Nilai Tawar Aceh

Reporter: Fuadi Mardhatillah

Komentar