Pj Gubernur Bustami Ziarah ke Makam Ayahanda Syekh Abdurrauf Al-Singkili 

IMG 20240427 WA0003
Pj Gubernur Aceh, H Bustami Hamzah sedang mengucap batu nisan ulama besar Aceh, Syekh Ali Al-Fansyuri saat berziarah ke makam ayahanda ulama besar nusantara, Syekh Abdurrauf Al-Singkili, Sabtu (27/04/2024) siang. Foto: Humas

PM, Singkil – Pj Gubernur Aceh, H Bustami Hamzah bersama istri, Mellani Subarni menyempatkan diri berziarah ke makam salah satu ulama besar Aceh, Syekh Ali Fansyuri yang berada disebarang sungai Lae Sinendang kawasan Dusun Uruk Datar, Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil, Sabtu (27/04/2024) siang.

Untuk mencapai makam Syekh Ali Fansyuri yang merupakan ayahanda ulama besar nusantara, Syekh Abdurrauf Al-Singkili, harus menyeberang sungai yang memakan waktu selama sekitar 15 menit dengan mennggunakan rakit.

Ikut dalam rombong ziarah yang turut mendampingi Pj Gubernur antara lain, Ketua DPRA Zulfadli, dua anggota DPRA yaitu, Nurdiansya Alaska dan H Khalili serta Guru Besar Universita Syiah Kuala, Prof Dr Humam Hamid. Kemudian dari jajaran Pemkab Aceh Singkil, Pj Bupati Azmi, Dandim dan kapolres serta Kajari Aceh Singkil Munawar SH.

Kegiatan ziarah tersebut dilakukan usai Pj Gubernur menghadiri upacara puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Aceh Singkil ke-25 yang dipusatkan berlangsung di halaman kantor bupati setempat.

Baca: Pj Gubernur Aceh Ajak Teladani Ajaran Syekh Abdurrauf As-Singkili dalam Peringatan Haul ke-339

Iring-iringan puluhan mobil dari kantor bupati menuju makam di Gampong Tanjung Mas, Simpang Kanan, mulai bergerak sekitar pukul 11.30 WIB. Setelah menempuh perjalanan darat selama sekitar 38 menit rombongan tiba di Gampong Tanjung Mas, Simpang Kanan.

Ratusan masyarakat desa terpencil yang berada dipinggir sungai tersebut langsung dan sudah menunggu sejak satu jam yang lalu langsung menyambut kedatangan rombongan Pj Gubernur Aceh, H Bustami Hamzah dan Pj Bupati Aceh Singkil, Azmi dengan payung kuning dan tarian Dampeng.

Tarian Dampeng sendiri merupakan tarian khusus yang dimainkan para pria yang menggunakan pakaian serba hitam, untuk menyambut tamu terhormat yang mengunjungi desa setempat.

Usai penyambutan secara adat tersebut rombongan langsung diarah ke pinggir sungai, persisnya ditempat tambatan rakit dan perahu yang jaraknya sekitar 55 meter. Pj Gubernur bersama istri Mellani Subarni dan Pj Bupati termasuk iistri lansung menaiki gunung-gunungan (sejenis rumah rakit yang telah dihiasi sedemikian rupa).

Dalam rakit yang memiliki kapasitas cuma 10 penumpang itu, turut juga dtampangi penumpang lainnya antaralain, Ketua DPRA, Zulfadli, Guru Besar Universitas Syiah Kuala, Prof Dr Humam Hamid, serta dua anggota DPRA Nurdiansyah Alaska dan H Khalili serta beberapa tokoh masyarakat lainnya.

Sedangkan, puluhan anggota rombongan lainnya yang juga turut ikut berziarah menumpangi dua rakit dan tiga speed boat karet yang sudah disediakan pihak Pemkab dan warga desa setempat.

Setelah menyusuri sungai sepanjang satu kilometer dengan melawan arus, serta kemudian menyeberangi sungai yang lebarnya sekitar 250 meter, memakan waktu sekitar 14 meni. Kemudian, rombongan baru tiba di lokasi makam yang terletak sekitar 45 meter dari bibir sungai dalam areal perkebunan sawit.

20240427 213503

Dalam lokasi komplek makam tersebut terdapat dua kubah berdekatan yang dibangun dengan kontruksi beton berlantai keramik, bewarna putih dengan atap seng warna coklat.

Dua kubah tersebut merupakan makam orang tua ulama besar nusantara, Syekh Abdurrauf Al-Singkili yaitu, ayah dan ibunya. Satu kubah yang berada didepan merupakan makan Syekh Ali Al-Fansyuri (ayahandanya) dan satu lagi kubu yang berada dibelakang sisi kanan merupakan makam ibundanya bernama, Aminah.

Rombong setelah turun dari rakit usai tiba dilokasi langsung berjalan kaki sejauh 45 meter menuju makam. Saat berada di makam ayahanda ulama besar nusantara, Syekh Abdurrauf Al-Singkili, langsung dilakukan berbagai kegiatan ritual berziarah oleh Pj Gubernur, dan termasuk doa bersama.

20240427 213701

Ziarah Memiliki Makan Cukup Dalam

Pada kesempatan itu, Pj Gubernur Aceh H Bustami Hamzah turut memberi menyampaikan kata sambutan singkat. Dalam sambutan itu, H Bustami Hamzah mengupas tentang makna berziarah.

“Berziarah ini bukan hanya sekedar datang dan berdoa. Tetapi memiliki makna yang cukup dalam bagi insan yang hidup. Karena dengan berziarah mengingatkan kita akan datang saatnya kematian. Sebab dalam proses hidup ini kemarian itu adalah pasti akan tiba. Sedangkan yang lainnya hanya sebuah dinamika dalam kehidupan,” urai Pj Gubernur Aceh H Bustami Hamzah.

Menyinggung tentang sejarah keberadaan ulama besar Aceh, Syekh Ali Al-Fansyuri tersebut, ungkap Pj Gubernur Aceh Bustami, memiliki sejarah dan perjuangan panjang orang tua kita (Syekh Ali Al-Fansyuri dalam menyerbarkan agama dan sekaligus membangun sumberdaya manusia yang handal dizamannya.

“Ulama ini banyak hal yang telah dilakukan dizamannya. Tentu beliau lebih dulu berpikir bagaimana menyebarkan agama dan sekaligus membangun dan menciptakan sumberdaya manusia yang handal dimasanya. Sebaliknya, kita apa yang telah kita lakukan? Maka saya mengajak semua pihak untuk berpikir ulang tentang langkah dan perjuangan kita dalam membangun negeri ini,” ujar Pj Gubernur H Bustami Hamzah.

Disamping, H Busatami Hamzah menegaskan, kebersamaan adalah faktor yanvgg sangat penting untuk membangun negeri ini. “Karena dengan kebersamaan semua akan mampu kita lakukan,” tandas Pj Gubernur H Bustami Hamzah.

Syekh Ali Fansyuri merupakan ulama besar Aceh yang hidup diabad ke-15 di kawasan pedalaman Aceh Singkil, tetapnya Gampong Tanjung Mas, Kecamatan Simpang Kanan. Di sekitar lokasi makam yang berada di Dusun Uruk Datar tersebut, Syekh Ali Al-Fansyuri mendirikan lembaga pendidikan Islam yatu, pesantren.

Menurut keterangan Keuchik Gampong Tanjung Mas Datar, Sadikin Pinto, ulama besar nusantara Syekh Abdurrauf Al-Singkil mengawali tempaan pendidikan agamanya di poesantren orangtuanya di Dusun Uruk Datar, Gampong Tanjung Mas, Simpang Kanan. Baru kemudia beliau merantau untuk menuntut, dan kemudian pulang ke Aceh setelah belasan tahun melalang buana menuntut ilmu di Timur Tengah. Sampai di Aceh, Syekh Abdurrauf Al-Singkil kemudian diangkat menjadi Mukti Besar Kerajaan Aceh diakhir-akhir masa Kesultanan Iskandar Muda atau semasa Sultanah Safiaytuddin berkuasa di abad ke-17.(*)

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

IMG 20230404 WA0035
Sejumlah mahasiswa melakukan aksi ke kantor DPRA, Selasa (4/4/2023) siang, menolak draf revisi UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. [Dok. Ist]

Sambangi DPRA, Sejumlah Pendemo Tolak Revisi UUPA