Bahan Pertik dan Majik Kuliner Gayo saat Ramadhan. (Foto Anuar Syahadat)
Bahan Pertik dan Majik Kuliner Gayo saat Ramadhan. (Foto Anuar Syahadat)

Selain cuma bisa ditemukan di bulan Ramadhan, kuliner yang dibuat dari dedaunan ini juga menjadi obat tradisional bagi masyarakat Gayo.

Selama bulan Ramadhan, bukan saja mengharuskan masyarakatnya untuk berpuasa dan melaksanakan shalat tarawih. Tepi ada beragam kegiatan dan kegemaran warga yang sudah turun-temurun dilakukan; tidak bisa dijumpai pada bulan lainya atau jarang ada selain di bulan puasa.

Menikmati cicah pertik dan cicah majik misalnya. Kedua jenis makanan khas Gayo ini hanya bisa disantap saat berbuka puasa di bulan Ramadhan. Sangat jarang diracik warga di bulan lain, kecuali untuk mengobati orang yang menderita penyakit di bagian perut.

Pertik dan Majik Kuliner Gayo saat Ramadhan. (Foto Anuar Syahadat)
Pertik dan Majik Kuliner Gayo saat Ramadhan. (Foto Anuar Syahadat)

Cicah pertik atau kerap disebut warga Gayo Lues dengan cicah rebel merupakan makanan yang hanya ada di Gayo Lues. Jikapun ada yang menyerupai di daerah lain, pasti bumbunya berbeda dengan di Dataran Tinggi Gayo.

Cicah pertik merupakan kombinasi daun pepaya, bunga pepaya, dan daun ubi. Penganan ini kaya akan rasa setelah dicampur bumbu bawang merah.

Cicah pertik diyakini bisa mengobati bermacam penyakit, seperti mengobati demam berdarah dan perut kembung,” kata Tiara (32) seorang ibu rumah tangga warga Blangkejeren, Gayo Lues, Jumat (24/06/16).

Menurutnya, mudah saja untuk membuat cicah pertik. Cukup menyiapkan bahan daun pepaya, bunga pepaya, dan daun ubi. Kemudian ketiga bahan tersebut direbus menggunakan pucuk pohon kemiri agar tidak terasa pahit.

Setelah direbus, dedaunan itu dicincang hingga berukuran kecil. Selanjutnya siapkan bawang merah ukuran kecil yang dirajang, bawang putih, kunyit, jahe, serai, lengkuas, santan kental, kelapa gongseng, dan garam; semua bahan itu harus dihaluskan. Kesemua bahan itu diaduk, kemudian bisa langsung dihidangkan.

“Tidak ada yang menjual secara khusus makanan ini, terkecuali ada yang memesan, karena hampir setiap ibu rumah tangga pandai memasaknya, dan disajikan saat berbuka puasa,” jelasnya.

Selain membuat cicah pertik saat berbuka puasa, warga Gayo Lues juga gemar membuat cicah majik. Makanan yang satu ini bisa dipastikan tidak ada di daerah lain karena bahan-bahanya hanya ada di Kota Negeri Seribu Bukit.

Membuat cicah majik tidak serepot meracik cicah pertik. Hanya saja butuh sedikit perjalanan ke daerah pegunungan guna menemukan bermacam pucuk pohon untuk bahan bakunya.

“Kalau membuat cicah majik harus mendapatkan bahan yang segar dan tidak boleh yang layu,” tambah Tiara.

Bahan utama membuat cicah majik adalah majik, yaitu nangka kecil berwarna hijau yang biasa digunakan sekitar delapan buah. Selanjutnya pucuk menet (Gayo_red), pucuk cengkener (Gayo_red), pucuk jambu kelutuk, dan pucuk baro (Gayo_red).

Setelah dibersihkan, majik beserta pucuk dari beberapa tanaman tersebut, ditumbuk hingga halus dengan legen (batu gilingan). Baru setelah itu dibubuhi garam dan sedikit cabai sebagai perasa, ditambah sedikit air jeruk nipis. Cicah majik siap dihidangkan.

“Biasanya cicah majik ini dimakan setelah minum air. Kemudian cicah majik lebih dahulu dimakan oleh kepala keluarga sembari keliling ke anggota keluarga lainya, baru setelah itu makan cicah rebel dan makanan lain,” jelas  Tiara.

Menurut Tiara, cita rasa cicah majik hanya dapat diketahui setelah mencicipinya. Biasanya ada beraneka rasa, seperti kelat, pahit, asam, pedas, dan asin.

Cicah majik diyakini obat tradisional masyarakat Gayo. Warga Gayo Lues sangat yakin bahwa kuliner ini bisa menjadi media untuk mengobati orang yang mencret akibat puasa atau karena terlalu banyak makan daging.

Hingga kini, cicah majik tetap menjadi makanan khas yang bisa dijumpai saat bulan Ramadhan, serta tidak ada dijual di pusat kota tanpa dipesan terlebih dahulu.[]

Komentar