PM, Banda Aceh – Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) per 1 Maret 2023, laju inflasi di Kota Banda Aceh dinilai masih aman dan terkendali. Meski ada sedikit kenaikan menjelang puasa Ramadhan, namun hal itu dianggap masih dalam tahap yang wajar.
“Masih aman terkendali walau naik sedikit dibanding bulan sebelumnya,” ujar
Kabag Perekonomian Setdako Banda Aceh Irwan, mengutip laman resmi Pemko Banda Aceh, Minggu (5/3/2023).
Pada Februari lalu, Banda Aceh mengalami inflasi 0,57 persen (month to month) dengan inflasi tahunannya (year on year) 6,54 persen. “Dibanding Januari 5,58 persen, cuma naik 0,96 persen secara hitungan yoy,” ujarnya.
Berdasarkan data BPS, sejumlah komoditas penyumbang inflasi month to month di Banda Aceh, yaitu ikan tongkol, rokok filter, cabai merah, jeruk dan obat-obatan, serta ikan kembung.
“Kalau yoy ada tambahan seperti bensin, telur, beras, dan angkutan udara,” jelasnya.
Beberapa upaya untuk menangani inflasi, lanjut Irwan, yakni dengan menggelar pasar murah termasuk dengan mobil keliling, serta sidak pasar untuk memastikan stabilitas harga dan ketersediaan pasokan bahan pokok.
Kemudian, melakukan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) dengan kabupaten/kota tetangga produsen seperti dengan Kabupaten Aceh Besar sebagai produsen beras, Aceh Tengah sebagai produsen cabai merah.
“Serta on progress KAD dengan Kabupaten Pidie sebagai produsen bawang merah,” ujar Irwan.
“Selanjutnya kita juga telah mencanangkan gerakan menanam di pekarangan rumah warga hingga merealisasikan anggaran Belanja Tak Terduga yang digunakan untuk subsidi ongkos angkut komoditas. Kita tidak tinggal diam saja, berbagai upaya konkret untuk menekan laju inflasi terus kita lakukan.”
Bila dilihat dari tiga daerah survei BPS penyumbang inflasi di Aceh, Kota Banda Aceh mencatatkan inflasi terkecil dengan persentase 6,5.
“Sementara Lhokseumawe tercatat 6,58 persen dan Meulaboh 7,72 persen. Kalau Provinsi Aceh inflasinya 6,71 persen. Jadi, Insya Allah masih aman terkendali,” sebut Irwan. [*]
Belum ada komentar