Oleh: Putra Hidayatullah
Tak terhindarkan, perubahan cuaca dari dataran tinggi yang dingin menuju kembali ke pesisir membuat beberapa tim terserang flu. Sepanjang perjalanan menuju titik Gampong Film selanjutnya di Pidie, bersin seakan tak berjeda.
Setelah empat hari dalam perjalanan muka-muka terlihat sedikit gosong. Ada rasa lelah tersirat di balik setiap keceriaan dan canda tawa. Sepanjang perjalanan mobil harus beberapa kali berhenti untuk ngopi, beli herbal di apotik dan lainnya.
Pada 30 Juni, jelang tengah malam tim Gampong Film tiba di Pidie. Ada waktu yang lebih panjang untuk beristirahat, bukan di penginapan, tetapi di sebuah kampung yang tidak jauh dari Tiro.
Di sana mereka merebahkan badan sambil mengantri untuk mandi. Tubuh yang lelah tak memberi waktu yang lama untuk mata terlelap.
Besok pasang memasang layar akan dimulai lagi, hanya berjarak sekitar 20 menit lagi menuju Desa Ulee Tutue Kecamatan Peukan Baro, Pidie.
Berbeda sama sekali dengan di Jagong Jeget, jelang tengah hari matahari di Pidie terasa seperti pas di atas kepala. Niat awal memasang layar sebelum jadwal salat asar bergeser hingga jam lima lewat.
Pun begitu, udara tetap terasa panas. Mobil barang bertuliskan Gampong Film parkir di dalam area lapangan bola voli yang sekelilingnya dipasangkan jejaring kawat yang tinggi hingga kepala menengadah.
Tim dibantu beberapa pemuda desa merakit layar dan memasangkan layar kain yang entah mengapa terasa semakin ketat. Di salah satu sudut lapangan itu layar dibentangkan.
Untuk sementara waktu tim dipersilakan menggunakan kantor desa untuk beristirahat dan membereskan beberapa hal teknis sebelum pemutaran yang seperti biasa dimulai setelah shalat insya.
Lalu tim dikabarkan ada undangan khusus untuk pihak Muspika sehingga butuh persiapan dan pelayanan khusus seperti jamuan dan lainnya.
Segala keperluan kemudian ditangani sedapat mungkin di dalam sisa waktu dan sumber daya yang ada. Usai Salat Isya, lapangan terlihat masih sepi.
Musik berdentam-dentam mencoba menarik perhatian. Bang Prak yang bertindak sebagai MC memanggil-manggil warga lewat mikrofon.
Sekitar lima belas menit kemudian ibu-ibu dan anak-anak mulai berdatangan. Sementara ibu-ibu dan orang dewasa lainnya duduk di atas kursi, para bocah duduk di atas semen lapangan voli dengan kepala mendongak ke atas layar yang bertuliskan Movie Day 2025 Gampong Film, Layar Tancap.
Tidak lama kemudian, usai kata sambutan mewakili kepala desa dan programmer lokal, film pun diputar. Semua mata tertuju penuh ke layar.
Sebagaimana sebelumnya, seusai sesi film pertama ada diskusi membahas tema korupsi. Ada penyuluh KPK yang diwakili oleh Maulana Rizkiansyah dan Khairul Fahmi selaku akademisi dan pegiat budaya di Pidie.
Diskusi interaktif terjadi dengan warga yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang cukup kritis yang berkaitan dengan hukum yang dinilai tebang pilih atas perilaku korupsi yang dilakukan oleh orang kecil dan orang elit.
Juga warga mempertanyakan pemantauan yang masih lemah terhadap perilaku korupsi yang terjadi di akar rumput.
Didukung oleh KPK RI, ACFFEST 2025 dan kolaborasi dengan Komunitas Beulangong Tanoh acara pemutaran di Gampong Ulee Tutue Pidie berlangsung gangsar.
Jelang tengah malam, tim dan pemuda desa kembali membongkar besi perangkat layar. Satu persatu-satu dimasukkan ke dalam mobil. Usai semua warga membagikan martabak untuk disantap bersama.
Lewat tengah malam, tim Gampong Film tidak menuju ke penginapan, perjalanan dilanjutkan menuju titik pemutaran selanjutnya di Lamsujen, Lhong Kabupaten Aceh Besar. []
Belum ada komentar