Kreatif, Warga Pelihara Ikan di Saluran Pembuangan

Kreatif, Warga Pelihara Ikan di Saluran Pembuangan
Warga Desa Blang Cot Baroh, Kecamatan Jeumpa, Bireuen memberi makan ikan yang mereka budidayakan di saluran pembuangan desa mereka. Pikiran Merdeka | Joniful Bahri

PM, Bireuen – Sejumlah pemuda Blang Cot Baroh, Kecamatan Jeumpa, Bireuen memanfaatkan saluran pembuangan air desa untuk membudidayakan ikan air tawar.

Selain ikan lele jumbo, pemuda desa itu juga membudidayakan ikan nila, ikan gabus, ikan lele gampong serta ikan mujair dan belut.

Fahdi, seorang pemuda Blang Cot Baroh yang memotivasi pemuda lainnya mengaku ada sekitar 800 meter saluran dengan selebar dua meter telah dibudidayakan ikan air tawar.

“Kami memanfaatkan saluran yang telah dibangun pemerintah ini guna mendapatkan peluang bisnis dengan harapan untuk tahap ini bisa panen sekitar bulan Januari depan,” kata Fahdi kepada Pikiran Merdeka, Minggu (15/11/2015).

Wakil Ketua Pemuda Blang Cot Baroh, Munawar yang juga ikut membudidayakan ikan air tawar di desanya itu mengaku, hingga saat ini ada sekitar 1000 lebih ikan yang dibudidayakan para pemuda secara sukarela.

“Setiap pemuda kita arahkan agar ikut membudidaya dan mengelola bisnis ikan air tawar ini dengan tujuan utama saluran itu tetap terjaga dan bersih dari sampah. Kami juga telah membuka satu tambak kusus di sebuah kebun guna membudidayakan ikan nila,” ujarnya.

Ditambahkan Munawar setiap lokasi yang telah dibagi untuk keramba itu harus dibentingi jaring khusus dan tetap bersih serta harus menjaga lingkungan sekitarnya.

“Kedepan, kita harapkan peran Dinas Perikanan dan Keluatan Bireuen membantu bibit ikan air tawar, sehingga pemuda yang mulai memiliki kreativitas bisnis ikan air tawar ini dapat terbantu,” harapnya. [PM003]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Harga Cabai Merah di Meulaboh Naik 40 Persen
Harga Cabai Merah di Meulaboh Naik 40 Persen PM, MEULABOH – Harga beli cabai merah di sejumlah pasar tradisional di Kota Meulaboh, Aceh Barat, sejak sepekan terakhir mengalami kenaikan hingga 40 persen, dari Rp 30 ribu menjadi Rp 48 ribu per kilogramnya. Seorang pedagang sayur-mayur di Pasar Bina Usaha, Meulaboh, Iyan kepada wartawan, Jumat (22/9) menyebutkan, kenaikan harga tersebut akibat minimnya pasokan cabai merah lokal sejak beberapa hari terakhir. Biasanya, kata Iyan, pihaknya menerima pasokan cabai merah dari Nagan Raya hingga mencapai 100 kilogram perhari. Tetapi saat ini pengiriman cabai mereah ini tersendat. Saat ini, pedagang hanya menerima pasokan cabai hanya 40 kilogram dari Sumatera Utara. “Cabai yang kita terima sekarang ini hanya pasokan dari luar saja, itupun dengan jumlah yang sangat sedikit dan harga sangat mahal. Sehingga kami terpaksa menyusuaikan harga jual dengan harga yang kami peroleh dari distributor,” katanya. Dampak dari harga mahal membuat penjualan cabai di pasar Bina Usaha dan beberapa pasar lainnya di Aceh Barat mengalami penurunan. Warga hanya membeli cabai dalam jumlah kecil, sehingga membuat pendapatan pedagang berkurang.[] Harga cabai merah di Kota Meulaboh, mengalami kenaikan hingga 40 persen, dari Rp 30 ribu menjadi Rp 48 ribu per kilogram.(Pikiran Merdeka/Azhar)

Harga Cabai Merah di Meulaboh Naik 40 Persen