Jalur Kilometer Nol Sabang Kembali Normal

Jalur Kilometer Nol Sabang Kembali Normal
Mobil melintasi jalan nasional di Tanjakan Cot Murong Gampong (desa) Iboih menuju lokasi wisata Tugu Km Nol yang kini sudah kembali normal, Minggu 923/12/18).

PM, Sabang – Lintas nasional di Tanjakan Cot Murong Gampong (desa) Iboih menuju lokasi wisata Tugu Kilometer Nol Indonesia Sabang sudah kembali normal pascalongsor pada Sabtu (22/12).

“Longsor yang menutupi badan jalan Tanjakan Cot Murong sudah dibersihkan dan sekarang sudah kembali normal seperti biasanya,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sabang, Muhammad Amin di Sabang, Minggu.

Badan jalan nasional di Tanjakan Cot Murong menuju lokasi wisata Pantai Gapang, Iboih, serta Tugu Kilometer Nol Indonesia, Sabang, pada Sabtu ditutupi bebatuan dan tanah longsor.

“Baru tadi sore bisa dilintasi kendaraan roda dua dan roda empat,” katanya lagi.

Baca Juga: Ini Empat Penyebab Longsor di Tanjakan Cot Murong Sabang

Petugas BPBD Sabang, Babinsa, Babinkamtibmas dan unsur masyarakat serta dibantu satu alat berat (excavator) dari Dinas Pekerjaan Umum setempat membersihkan longsoran di badan jalan nasional itu.

Sejak Desember 2019 sedikitnya tiga kali longsor menutupi badan jalan nasional tersebut sehingga tidak bisa dilintasi kendaraan roda doa maupun roda empat.

Para pengendara menuju ke Iboih-Sabang dan sebaliknya diarahkan oleh petugas melewati jalur alternatif yakni, melalui balik gunung.

Tanjakan Ujong Morong merupakan kawasan labil struktur geologi karena daerah itu adalah kawasan hutan tropis tingkat kelembaban pada topografi 45 persen dengan ketinggian rata-rata 500 meter dari permukaan laut.

Kepala Stasiun Mereorologi Cot Ba U, Maimun Saleh, Sabang, Siswanto mengatakan, empat faktor menjadi pemicu longsor di Tanjakan Cot Murong lintas nasional menuju lokasi wisata Tugu Kilometer Nol Indonesia di Gampong (desa) Iboih, Sukakarya, Sabang.

“Empat faktor pemicu longsor di Tanjakan Cot Murong yakni, kemiringan terjal sudut 85 derajat, formasi geologi, curah hujan dan getaran,” kata Siswanto.

Ia menjelaskan, parameter kelerangan atau slope dlihat dari sudut kemiringan lerengnya sudah masuk dalam kategori kemiringan terjal dengan sudut > 85 derajat.

Kondisi kelerengan kata Siswanto, cukup terjal dan sangat kuat sekali korelasinya terhadap kejadian longsornya material campuran antara tanah, pasir, kerikil dan bongkahan batu serta vegetasi yang turut terseret.

Dalam kasus longsoran di Tanjakan Cot Murong berdasarkan catatan hujan Stasiun Mereorologi, memiliki intensitas kurang dari 20 mm/hari. Namun, tipe hujan di daerah ini berlangsung beberapa hari sebelumnya dan efektif memicu longsoran pada lereng yang tersusun oleh material batuan kedap air. [Ant]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait