PM, Banda Aceh – Provinsi Aceh mencatat defisit neraca perdagangan luar negeri sebesar USD19,22 juta pada Februari 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh mencatat, defisit ini terjadi karena nilai impor jauh lebih besar dibandingkan nilai ekspor pada periode tersebut.
Fungsional Madya BPS Aceh, Oriza Santifa, menyampaikan bahwa total nilai impor Aceh pada Februari 2025 mencapai USD73,16 juta. Sementara itu, nilai ekspor hanya sebesar USD53,94 juta.
“Defisit ini menunjukkan bahwa Provinsi Aceh masih sangat bergantung pada pasokan dari luar negeri, terutama pada sektor energi dan bahan baku industri,” ujar Oriza saat konferensi pers di Banda Aceh, Kamis (10/4/2025).
Meski demikian, Oriza menyebutkan nilai impor bulan Februari mengalami penurunan sebesar 3,51 persen dibandingkan Januari 2025. Adapun negara asal impor terbesar adalah Amerika Serikat dengan total nilai USD30,34 juta, yang sebagian besar terdiri dari komoditas gas.
Selain gas, Aceh juga mengimpor bahan kimia anorganik sebesar USD8,90 juta dan pupuk senilai USD5,29 juta.
Sementara itu, dari sisi ekspor, Aceh justru mencatatkan peningkatan kinerja. Nilai ekspor pada Februari naik sebesar 6,08 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
“Komoditas batu bara menjadi penyumbang terbesar ekspor Aceh, dengan nilai USD32,36 juta atau sekitar 62,71 persen dari total ekspor yang mencapai USD53,94 juta,” lanjut Oriza. Seluruh ekspor batu bara Aceh dikirim ke India.
Selain batu bara, komoditas lain yang turut menyumbang nilai ekspor adalah kopi, produk kimia, dan berbagai komoditas unggulan lainnya.
Belum ada komentar