Salah satu asrama putra Dayah Terpadu Al-Munjiya yang terbakar.
Salah satu asrama putra Dayah Terpadu Al-Munjiya yang terbakar.

PM, TAPAKTUAN – Musibah kebakaran melanda Dayah terpadu Al-Munjiya (Al-munjiya Islamic Boarding School) di Desa Kuta Trieng, Kecamatan Labuhanhaji Barat, Aceh Selatan, Rabu (9/12) sekira pukul 02.30 WIB. Akibatnya, enam ruangan asrama putra dilantai dua yang berlokasi dalam kompleks dayah terpadu tersebut hangus terbakar.

Angin kencang yang melanda kawasan itu di kesunyian malam, mengakibatkan kobaran api bertambah besar hingga nyaris melalap asrama putri yang berdiri disamping asrama putra, namun beruntung kobaran api berhasil di padamkan sekitar satu setengah jam kemudian atau sekitar pukul 04.00 WIB, setelah armada pemadam kebakaran milik BPBD Aceh Selatan yang di stanbykan di Kantor Camat Labuhanhaji Tengah dan mobil pemadam milik Pemkab Abdya yang di stanbykan di Kantor Camat Lembah Sabil tiba ke lokasi sekira pukul 03.00 WIB dinihari.

Musibah kebakaran ini sempat membuat panik ratusan santri dan dewan Guru yang sedang terlelap tidur di lembaga pendidikan agama modern tersebut. Sesaat pasca kejadian, para santri dan dewan guru termasuk masyarakat sekitar langsung berhamburan keluar.

“Saat mengetahui lantai dua asrama putra terbakar, kami hanya pasrah saja sebab selain lokasinya berada dilantai dua juga tidak ada sarana yang mendukung untuk kami lakukan upaya pemadaman api. Saat itu kami memilih menunaikan shalat tahajud secara beramai-ramai dan sebagian santri lainnya mengumandangkan azan sembari berdoa kepada Allah SWT cepat memberi pertolongan kepada kami,” kata salah seorang santriwati, Agnes Aulia, Kamis (10/12/2015).

Kendati tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut, namun kerugian materil diperkirakan mencapai Rp 1 Miliar, karena lantai dua bangunan yang berkonstruksi permanen itu ludes dilalap api termasuk seluruh barang-barang milik santri didalamnya.

Pimpinan dayah Al-munjiya, H Muhammad Yunus Lc, mengatakan, musibah kebakaran itu terjadi secara tiba-tiba saat seluruh santri dan dewan guru sedang terlelap tidur. Menurutnya, sumber api berasal dari salah satu ruangan dilantai dua paling ujung asrama putra yang diduga akibat terjadi konsleting (arus pendek) listrik PLN.

Yunus menjelaskan, saat kobaran api mulai melalap sebagian ruangan, seluruh santri dan dewan guru langsung berhamburan ke luar ruangan menghindari kobaran api. Suasana keheningan malam yang disertai angin kencang mengakibatkan kobaran api sangat cepat menyambar dan menghanguskan seluruh isi ruangan.

“Dilantai dua asrama putra tersebut terdapat 60 orang santri dan tiga dewan guru. Seluruh barang-barang ludes terbakar, seperti ranjang, lemari, pakaian, laptop dan buku-buku peralatan belajar santri,” sebutnya.

Untuk menenangkan para santri akibat trauma pasca kejadian itu, pimpinan dayah al-munjiya memutuskan untuk meliburkan proses belajar mengajar selama 10 hari atau sampai tanggal 19 Desember 2015.

“Kebetulan saja, mulai hari ini (Kamis-red), para santri baru saja selesai melaksanakan ujian semester satu (ganjil), jadi untuk kebaikan bersama kami memutuskan meliburkan mereka sambil menunggu ruangan yang terbakar itu selesai dilakukan rehabilitasi,” ungkap M Yunus.

Menurutnya, kejadian kebakaran tersebut telah dilaporkan kepada Pemkab Aceh Selatan melalui Dinas terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, BPBD dan Badan Dayah. Pihaknya berharap kepada Pemkab Aceh Selatan dan Pemerintah Aceh segera memberikan bantuan untuk rehabilitasi kembali ruangan yang telah terbakar tersebut.

“Kami berharap kepada pihak Pemerintah segera memberikan bantuan untuk menangani musibah kebakaran ini, sebab persoalan ini menyangkut dengan masa depan anak-anak generasi muda sehingga keberlangsungan dunia pendidikannya harus terjamin,” tegasnya. [PM006]

Komentar