Dirut PIM, Eko Sunarko. Foto : Erwin/PM

PM, Lhokseumawe – Melemahnya kurs rupiah di pasar internasional berdampak terhadap segala sektor ekonomi di tanah air. Tak terkecuali PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) yang harus merugi Rp 50 Miliar per bulan.

Hal ini dikarenakan tingginya harga pembelian bahan baku gas alam cair mencapai  $10 per Matrix Million British Thermal Unit (MMBTU). Artinya, biaya operasional PIM membengkak gara-gara anjloknya nilai tukar Rupiah senilai Rp 14.000 per dolar.

“Kita terpaksa hutang Rp 50 Miliar setiap bulannya dikarenakan imbas kurs rupiah melemah. Habis kita kali ini harus pinjam lagi ke perbankan, karena gas dibeli dengan dolar sehingga harganya ikut naik,” kata Direktur Utama PT PIM, Eko Sunarko menjawab Pikiran Merdeka usai acara penanaman 10 ribu mangrove di area Komplek Perumahan setempat, Rabu (26/08/2015).

Eko menyebutkan, membengkaknya biaya produksi pupuk tersebut dinyatakan dapat mengancam kelansungan perusahaan. Dengan demikian, Pemerintah harus mengkaji ulang kebijakan ekonomi untuk menyelamatkan proyek vital dimaksud.

Apalagi, PIM memiliki kewajiban terkait pendistribusian subsidi pupuk bagi masyarakat tani di kawasan Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), meliputi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau. Sementara harga pembelian bahan baku gas mencapai $10 per Matrix Million British Thermal Unit (MMBTU).

“Kita sekarang bingung bagaimana cara mengatasi krisis keuangan perusahaan ini. Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk oleh pemerintah harus disesuaikan, tapi jangan sampai nanti merugikan petani itu sendiri. Sayang sekali mereka (petani-red),” terangnya.

[PM005]

Komentar