Teuku Kemal Pasya: Golkar Harus Ikhlas Tanpa Jatah Wakil

Teuku Kemal Pasya
Teuku Kemal Pasya

Pengamat Politik dari Universitas Malikussaleh, Teuku Kemal Fasya mengungkapkan, sebagai partai kedua terbesar di Aceh, dukungan Golkar begitu penting bagi Tarmizi. Namun, tidak boleh merombak posisi wakil yang mendampingnya.

Kata dia, dukungan tersebut punya dua makna. “Pertama, dukungan Golkar kepada Tarmizi Karim punya makna signifikan, terutama bagi kekuatan elektoral pasangan ini untuk mengimbangi pasangan Muzakir Manaf–TA Khalid. Kedua, sebagai partai tertua di Indonesia yang masih eksis hingga saat ini, Golkar masih punya pengaruh kuat di tengah masyarakat,” paparnya.

Kemal menyebutkan, Golkar punya instrumen politik agregasi di lapangan. Selain kader yang merata di daerah, Golkar juga memiliki Standard Operating Procedur (SOP) dalam menjalankan politik agregasi atau politik mobilisasi. “Ini sangat menguntungkan pasangan Tarmizi Karim-Zaini Djalil,” ungkap Kemal, Sabtu pekan lalu.

Di sisi lain, tambah dia, masuknya Golkar ke dalam gerbong pendukung Tarmizi bisa mengubah soliditas yang sudah terbangun di tim awal pasangan tersebut. Konon lagi komunikasi yang tidak terjalin baik antara partai pengusung lainnya dengan Partai Golkar. “Terlebih jika calon dari Golkar masuk menggantikan Zaini Djalil. Ini isu yang sedang berkembang di media sosial,” katanya.

Kemal menilai, masuknya Golkar pada saat terakhir bukan hanya memperkuat konsolidasi, tapi juga dapat memecah faksi penting dalam koalisi tersebut, yakni faksi Nasdem. “Perpecahan akan terjadi jika akhirnya Tarmizi dipasangkan dengan kandidat dari Golkar. Karena itu, lebih baik diteruskan komposisi pasangan yang sudah diusung sejak awal, yakni Tarmizi– Zaini,” katanya.

“Kalau merusak pasangan yang sudah digadang-gadang sejak awal ini, bisa menggerus suara dukungan ke Tarmizi Karim. Tapi jika Golkar masuk tanpa mengganti posisi wakil, ini bisa memperkuat dukungan kepada Tarmizi–Zaini,“ sambung Kemal.

Menurut Kemal, kader Golkar di daerah siap menerima keputusan mendukung Tarmizi walau tidak mendapatkan posisi wakil. “Ini dengan catatan para petinggi Golkar Aceh bisa meyakinkan pengurus maupun kader di daerah bahwa dukungan kepada Tarmizi tidak bersifat pragmatis melainkan dukungan yang punya nilai strategis,” katanya.

Strategis itu dimaksudkan untuk melawan kekuatan kandidat petahana yang tidak menjanjikan. Baik Zaini Abdulah maupun Muzakir Manaf alias Mualem yang kini maju lagi, dinilainya tidak memberi harapan baru bagi Aceh. “Ini harus dikomunikan dengan baik kepada kader di darah,” katanya.

Jika komunikasi nantinya tak terbangun dengan baik, sebut Kemal, maka akan terjadi konflik interst dengan adanya desakan bahwa kader Golkar harus menjadi pendamping Tarmizi. “Kondisi ini bisa merusak soliditas partai pengusung,” ungkap dia.

Harus dipahami pula, tambah Kemal, bahwa Golkar masuk belakangan.”Orang yang masuk belakangan tentu punya respect kepada mereka yang sudah membangun konsolidasi terlebih dahulu,” katanya.

Kemal menduga, Golkar masuk belakangan karena upaya mengusung paket sendiri berduet dengan PAN tidak terwujud. “Yang paling lambat menentukan dukungan kepada pasangan calon adalah PAN dan Golkar. Kala itu mungkin mereka berpikir, jika keduanya berkoalisi sudah cukup untuk mengusung pasangan calon,” beber Kemal. “Tapi ternyata itu tak terjadi. Saya tak tahu mengapa akhirnya PAN lebih mendukung Mualem ketimbang memilih berduet dengan Golkar.”

Di menambahkan, mungkin sudah ada hitungan-hitungan bahwa siapapun kandidat yang akan diusung Golkar dan PAN tidak punya peluang menang di Pilkada nanti. “Ini setelah membaca kekuatan tiga kandidat yang sudah ada, yakni Mualem, Tarmizi dan Irwandi. Ketiganya memiliki peluang besar,” tandasnya.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait