PM, TAPAKTUAN – Sekitar lima belas hektar sawah tadah hujan di Gampong Pasie Kuala Asahan, Kecamatan Kluet Utara, Aceh Selatan, mengalami krisis air sejak beberapa tahun terakhir.
Sayangnya lagi, program Pemkab Aceh Selatan membangun proyek sumur bor untuk menyuplai air ke lahan persawahan masyarakat setempat, justru menjadi proyek gagal. Karena, fasilitas yang dibangun dengan sumber DAK APBK tahun 2016 lalu dengan menyedot anggaran mencapai ratusan juta rupiah, terbengkalai dan tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sampai saat ini.
Adami (50) salah seorang petani di Gampong Pasie Kuala Asahan menuturkan, ratusan petani di gampong setempat mengalami kendala sangat signifikan dalam menggarap lahan pertaniannya karena tidak adanya suplai air. Satu-satunya cara untuk bercocok tanam padi adalah harus menunggu datangnya musim hujan.
“Dalam setahun itu, paling maksimal bisa bercocok tanam hanya satu kali yakni disaat datangnya musim hujan. Itupun hasil produksi yang didapat tidak tercapai target, karena tanaman padi banyak yang rusak diserang hama akibat suplai air tidak mencukupi,” kata Adami, Selasa (16/1).
Pemkab Aceh Selatan melalui Dinas Pertanian, telah mengupayakan pengadaan sumber air untuk disuplai ke lahan persawahan tadah hujan milik petani setempat dengan cara membangun sumur bor tenaga surya.
Pantauan di lokasi, ada sebanyak tiga sumur bor yang dibangun di Gampong Pasie Kuala Asahan, Kecamatan Kluet Utara. Masing-masing proyek tersebut menyedot anggaran mencapai Rp 320 juta lebih.
Tapi sayangnya, mulai sejak diserahterimakan kepada gampong setempat akhir tahun 2016 lalu, sampai sekarang tidak berfungsi. “Fasilitas sumur bor tersebut terbengkalai tidak bisa dimanfaatkan sampai saat ini. Masyarakat masih menunggu datangnya musim hujan untuk bercocok tanam padi di sawah,” ungkap Adami.
Memang, lanjut Adami, saat pertama kali dilakukan uji coba sumur bor dimaksud mampu menghasilkan air. Tapi sayangnya, air yang dihasilkan itu tetap saja tidak bisa dimanfaatkan oleh petani karena habis terserap dalam tanah.
“Kami menilai dari sejak perencanaan awal proyek ini sudah gagal. Sebab faktanya di lapangan hanya dibangun sumur bor sementara fasilitas penunjang lainnya tidak tersedia. Ini sama saja menghambur-hamburkan anggaran daerah untuk kegiatan yang tidak bermanfaat. Sebab percuma saja menghabiskan anggaran mencapai ratusan juta rupiah untuk membangun sumur bor yang akhirnya terbengkalai,” sesalnya.
Karena itu, Adami mengharapkan kepada Pemkab Aceh Selatan melalui Dinas Pertanian segera membangun waduk atau bak penampungan air di lahan pertanian milik masyarakat Gampong Pasie Kuala Asahan, untuk menampung sumber air dari sumur bor yang telah dibangun tersebut.
“Satu-satunya solusi untuk menghasilkan air di lahan sawah tadah hujan di kampung kami hanya melalui sumber air sumur bor tersebut. Sebab tidak ada sumber air lainnya yang tersedia. Namun agar air dari sumur bor itu bisa dialiri maksimal ke lahan persawahan harus dibangun fasilitas penunjang lainnya, jika tidak maka sama saja tidak bisa dimanfaatkan,” pungkasnya. ()
Belum ada komentar