Program Campur Sari Pergantian Rezim

Teuku Kemal Pasya
Teuku Kemal Pasya

PM, Banda Aceh – Pengamat politik Teuku Kemal Fasya menilai, beberapa program yang diajukan Irwandi terlihat ambisius dan wajar menuai kecaman publik. Terlebih, program tersebut telah dicampur aduk antara kegaiatan berkualitas dengan program asal-asalan.
“Saya lihat ada banyak yang campur aduk dalam beberapa program kontroversial yang kini mulai dicecar publik,” kata Kemal, Sabtu pekan lalu.

Seperti halnya Sabang Sail, Kemal mengakui setuju program tersebut. Menurut dia, selama ini Sabang telah menjadi magnet tujuan wisata meskipun belum maksimal. Begitu juga turnamen Tsunami Cup dalam konteks memorialisasi bencana tsunami dan menarik antuasiasme pariwisata, baginya tak masalah. Hanya saja, yang jadi persoalan menurut dia adalah bagaimana nantinya anggaran yang diplot itu bisa menjawab dua hal itu secara tepat.

“Apakah memorialisasi bencana tsunami itu akan tercapai dan apakah minat pariwisata melalui even ini juga tercapai?” ujar Kemal setengah bertanya.

“Jika kemudian Irwandi mengatakan anggaran itu untuk memperbaiki infrastruktur, berarti terlihat program ini semakin bopeng-bopeng,” ujar dia lagi.

Kemal menilai, alasan susulan yang diberikan Pemerintah Aceh terlalu banyak dan bisa mengaburkan tujuan awal program. Dia melihat program itu sudah terjadi inefesiensi, sehingga bisa bermasalah dari sisi akuntabilitasnya.

Lalu dia mencontohkan, tentang rencana pembelian pesawat. “Jika TAPA saja tidak bisa menjelaskan, artinya program ini juga bisa jadi hanya program hura-hura tidak tepat sasaran,” tuturnya.

“Jika mau memperkuat pengawasan perairan mengapa tidak diperkuat pada keamanan laut dan polisi air, termasuk armada yang makin komplit dalam menghela para penjahat di perairan di Aceh, baik urusan illegal fishing, trafficking dan juga illlegal trading (narkoba dan senjata). Jadi, saya pikir program ini dibatalkan saja, dan dibahas secara lebih waras,” sambung Kemal.


Dikatakannya, persoalan itu seharusnya dibebankan kepada anggaran APBN dan juga militer, semisal alutsista Angkatan Laut. “Jadi nggak usah ngoyo untuk mau mengcover anggaran yang bukan kewajiban daerah,” katanya.

Ia menyarankan Pemerintah Irwandi-Nova kembali menerjemahkan kampanye mereka secara bertahap dalam program tahun ini. Dia lantas mengingatkan agar tak mengulang kesalahan pemerintahan rezim sebelumnya.

“Kita sudah lihat proyek Zaini-Mualem banyak yang tidak tepat sasaran dan hura-hura saja. Elitis plus bombastis,” terangnya.

Sosiolog dari Universitas Malikussaleh ini pun meminta Irwandi – Nova melihat kembali visi misi nya dan menerjemahkannya dengan program-program yang punya dampak ganda dan manfaat yang luas. “Ingat janji saat pelantikan, akan membuka telinga dan mata akan keresahan dan penderitaan rakyat Aceh.”

Tak hanya itu, ia juga menyoroti rencana pembelian mobil dinas untuk Perwakilan Aceh di Jakarta sebanyak empat unit. Kabarnya, mobil tersebut diperuntukkan bagi Wakil Gubernur Nova Iriansyah. Selain itu, ia mempertanyakan maksud usulan Irwandi untuk pengembangan kelapa sawit. Masing-masing program tersebut bakal menguras APBA sebesar Rp3 miliar.

“Pengadaan mobil dinas di Jakarta dan sawitisasi? Wah, enggak banget deh,” kata Kemal. “Berapa anggaran untuk mobil dinas di Jakarta? Berapa puluh miliar yang akan dianggarkan? Kemudian belum lagi pemeliharaan. Bagaimana dengan aset yang sudah ada di daerah Menteng? Itu pun jarang digunakan oleh pejabat yang lebih senang menginap di hotel-hotel berlian di Jakarta. Evaluasi dulu, termasuk bahaya bisa menjadi program yang tidak efisien dan efektif.”

Kemal lantas mengingatkan Irwandi terkait janjinya dan slogan Aceh Green yang dia usung. Jika ini dilakukan akan menjadi pengkhianatan terbesar pada program Aceh Green. “Evaluasi secara menyeluruh. Mumpung Bang Wandi belum seratus hari memerintah,” imbuhnya.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait