Populasi Gajah Meningkat di Aceh Barat

Populasi Gajah Meningkat di Aceh Barat
Populasi Gajah Meningkat di Aceh Barat

PM, Meulaboh –  Populasi Gajah di Kabupaten Aceh Barat bertambah dalam beberapa tahun terakhir, bahkan tingkat kematian satwa dilindungi tersebut tidak terjadi dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.

Mahout (Pawang Gajah) Conservation Response Unit (CRU) Alue Kuyun, Sofian mengatakan, saat ini hewan dengan bahasa latin Elephas Maximus Sumatrensis itu jumlahnya bertambah, dilihat dari penemuan jejak kaki dan kotoran gajah yang masih kecil saat berpatroli di beberapa wilayah di Aceh Barat.

Diperkirakan populasi gajah bertambah sebanyak 2 ekor dalam 2 tahun terakhir. Dari semula gajah liar di kawasan Aceh Barat hanya 30 ekor, kini diperkirakan menjadi 32 ekor. Apalagi pihak CRU juga sudah melihat langsung aktivitas gajah kecil yang berjalan bersama induknya.

“Dalam dua tahun terakhir bertambah menjadi dua ekor, kita menemukan jejak kaki anak gajah dan juga melihat langsung saat patroli, jadi total gajah di Aceh Barat diprediksi menjadi 32 ekor, tersebar dibeberapa kecamatan,” kata Sofian, Jumat (27/7).

CRU Alue Kuyun kini sedang menggiatkan patroli untuk memastikan tidak ada gajah liar yang masuk dan menyerang pemukiman warga, apalagi perambahan hutan untuk membuka lahan baru menyebabkan gajah liar itu kehilangan jalur lintasan (Home Ring).

Dalam setahun terakhir di Aceh Barat, terang Sofian, setiap bulannya terjadi konflik gajah. Hal itu disebabkan adanya penambangan liar, perambahan hutan untuk pembukaan lahan baru, dan perburuan liar.

“Seminggu sekali kita patroli mengelilingi hutan, untuk memastikan tidak ada gajah yang mendekati pemukiman warga, jika ada maka akan ditangani secara manual,” tutur Sofian.

Pihak CRU memiliki empat ekor gajah jinak yang sering digunakan untuk mengatasi konflik gajah, namun tidak dibawa saat melakukan patroli karema kekurangan biaya.

Meskipun saat konflik petugas CRU tiap hari melakukan patroli, mereka hanya menggunakan mercon untuk mengusir gajah liar yang sudah mendekati pemukiman warga.

“Ada empat ekor, dua jantan dua betina, nama gajah jinak milik CRU yakni Abu, Wingo, Suci, Butet, karena tidak ada biaya maka tidak kita ikutkan saat patroli,” sebutnya.

Sofian juga mengapresiasi masyarakat sekitar yang sudah sadar untuk sama-sama tidak melakukan hal-hal negatif, yang dapat membuat gajah liar di hutan dekat pemukiman warga mengamuk.

Dengan sosialisasi yang rutin dari pihak CRU terhadap masyarakat untuk menanam pohon yang tidak disukai oleh gajah, mereka lebih terbantu untuk mengatasi gajah liar yang sering memasuki pemukiman dan perkebunan warga.

“Ya kita himbau masyarakat untuk menanam pohon yang tidak disukai gajah, jadi kita lebih terbantu,” pungkasnya.

Reporter: Aidil Firmansyah

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait