Pendidikan Anak Usia Dini Kini Semakin Penting

Pendidikan Anak Usia Dini Kini Semakin Penting
Pendidikan Anak Usia Dini Kini Semakin Penting

BP PAUD Dikmas Aceh peserta seminar internasinonal SEAMEO CECCEP

Pendidikan anak usia dini dianggap semakin penting untuk membentuk generasi muda yang utuh. Investasi bagi terselenggaranya pendidikan anak usia dini yang berkualitas dan inklusif bagi semua anak berusia 0-6 tahun harus jadi komitmen negara.

Hal ini mengemuka dalam seminar internasional soal pendidikan anak usia dini (PAUD) dan pendidikan keluarga yang efektif di era digital, Rabu (15/11), di Yogyakarta.
Seminar yang dihadiri sekitar 300 akademisi, praktisi pendidikan, serta mahasiswa PAUD dan keluarga dari negara-negara ASEAN ini diprakarsai oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui Southeast Asian Ministers of Education Organization Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP).

Kepala Badan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (BP PAUD Dikmas) Aceh, As’ari menjadi salah satu peserta menuturkan, seminar ini sebagai media untuk berdialog tentang pengalaman dan praktik terbaik pelaksanaan PAUD dan pendidikan keluarga yang mendukung peningkatan pembangunan manusia di Asia Tenggara.
“Kegiatan ini juga bertujuan untuk memperluas akses pelaksanaan PAUD dan Pendidikan Keluarga dikawasan Asia Tenggara,” ujar As’ari.

Direktur Sekretariat SEAMEO Gatot Priowirjanto mengatakan, pemimpin pendidikan di kawasan ASEAN menempatkan isu PAUD menjadi salah satu prioritas kerja sama pendidikan. Banyak keuntungan bagi pembangunan berkelanjutan dengan memberikan intervensi pada anak usia dini yang holistik.

“Forum ini bertujuan meningkatkan kesadaran semua anggota ASEAN agar mulai menaruh perhatian pada PAUD dan pendidikan keluarga. Juga jadi tempat bagi semua guru PAUD di ASEAN untuk saling berbagi praktik baik dengan memanfaatkan teknologi,” kata Gatot.
Belum optimal

Chair Board of Directors of Asia-Pasific Regional Network on Early Childhood (ARNEC) Sheldon Shaeffer mengatakan, banyak negara belum melihat pentingnya PAUD sehingga intervensi anak usia dini belum optimal.

Padahal, banyak kajian soal pendidikan dan pengasuhan anak usia dini yang berkualitas, inklusif, dan holistik yang menunjukkan manfaat bukan hanya bagi individu, melainkan juga bagi negara dan bagi pencapaian komitmen dunia mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030.

“Bagi anak usia dini dari keluarga miskin, layanan PAUD akan sangat terasa dampaknya. Diharapkan, intervensi ini di masa depan dapat memutuskan mata rantai kemiskinan,” ujarnya.
Merujuk kajian secara ekonomi, Sheldon mengatakan, investasi pada PAUD punya hasil yang baik. Setiap investasi PAUD senilai 1 dollar AS pada usia 27 tahun memberikan hasil 7 dollar AS serta pada usia 40 tahun menjadi 17 dollar. Hal ini dapat menghemat anggaran negara untuk kesehatan karena dengan deteksi dini masalah penyakit dan kecacatan bisa diatasi dari awal.

Direktur Jenderal PAUD dan Masyarakat Kemdikbud Harris Iskandar mengatakan, dengan partisipasi masyarakat yang besar, layanan PAUD terus berkembang. Angka partisipasi kasar PAUD sudah mencapai 72,35 persen dari sekitar 33 juta anak usia 0-6 tahun.

Harris mengatakan, Indonesia ingin memprakarsai agar pengembangan model PAUD yang efektif bisa disebarkan kepada 11 negara ASEAN.
Menurut Harris, dalam Perpres No 59/2017 tentang Target Pembangunan Berkelanjutan disebutkan, anak laki-laki dan perempuan harus dapat pendidikan pra-SD minimal satu tahun, menyasar anak usia 6 tahun. Komitmen pada PAUD di tingkat daerah diperjuangkan lewat standar pelayanan minimal daerah.[***]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait