Matikan TV, Kunci Sukses Melahirkan Hafiz

Hafis Haikal bersama ayahnya Saifullah Foto Ghasyia Navis
Hafis Haikal bersama ayahnya Saifullah Foto Ghasyia Navis

Pria ini membiasakan anak-anaknya tidak menonton televisi sejak usia dini, tetapi menggalakkan mereka untuk menghafal Al-Quran.

Kenakalan remaja yang semakin menjadi-jadi selalu saja menjadi sorotan publik. Tak ayal jika banyak orang tua yang merasa was-was. Namun hal demikian tidaklah dirasakan Saifulllah.

Dia memiliki kiat ampuh yang diyakininya mampu membentengi anak-anak dari efek negatif pergaulan remaja, dengan membekali mereka hafalan Al-Quran. Kiat mulia itu bahkan menjadi keharusan untuk semua anaknya. Contoh saja putra sulungnya, Muhammad Haikal Alfarisi.

Berbeda dari remaja pada umunya, sejak kecil, pemuda yang akrab disapa Haikal itu sudah mulai diarahkan untuk mengahafal Al-Quran. Hingga pada 2012 lalu, ia diperintakan ayahnyauntuk menyambung pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) di salah satu pesantren terpadu di Saree, Aceh Besar.

Meski agak sedikit terpaksa bagi Haikal—karena setamat SD ingin mempelajari kitab kuning di Dayah Mudi Mesra, Samalanga—lama kelamaan ia mulai suka menghafal Al-Quran di samping juga harus mengikuti program akademis seperti sekolah-sekolah pada umunya.

Alhasil, memasuki tahun ketiga, putra kelahiran Aceh, 20 Desember 1999 ini pun sudah mampu menghafal 10 juz Al-Quran dengan lancar.

“Pada saat itu Haikal pun sudah mulai nyaman, sudah mulai hafal jus 1-7 yang dilanjut 29-30,” tutur Haikal kepada Pikiran Merdeka, Rabu (11/5/2016).

Sontak saja, kemampuan Haikal itu membuat orang tuanya semakin semangat. Usai menamatkan MTs-nya, ia pun disekolahkan ke sebuah pesantren ternama di Lembang, Bandung, Jawa Barat.

Disana, bermodalkan hafalannya itu, ia bersama beberapa kawannya mulai melilih program tahfiz yang ditawarkan pesantren. Sementara orangtua dan ustadnya terus memupuk semangatnya. Menduduki semester pertama tingkat aliyah, Haikal sudah mulai mencoba menambahkan sedikit demi sedikit hafalannya.

“Biasanya Haikal sering disemangati sama orang tua, bahkan dengar suaranya aja (melalui hand phone) sudah bikin semangat. Selain itu ustad juga sering kasih motivasi setiap selesai setor hafalan,” aku anak pertama dari 6 bersaudara itu.   

Hafal 30 Juz di Yordania

Berkat kemauan yang dimiliki—memasuki semester dua kelas IX MA—Haikal bersama 12 rekannya dikirim pesantren ke Yordania. Berselang empat bulan, mereka mulai menunjukkan hasil. Tak tangung-tanggung, selain semakin mengerti nahwu dan sharaf, mereka bahkan mampu menghafal 30 juz Al-Quran dengan baik dan benar.

“Kalau sistemnya sama saja seperti disini, pakai kartu murajaah juga. Cuma, bacaan kita harus benar dan teliti,” kata hafiz muda yang gemar mendengar bacaan Syekh Misyari Rasyid itu.

Dikatakan Haikal, pihak pesantren sudah bekerjasama dengan salah satu sekolah di Yordania. Di sana, mereka difokuskan untuk memperbaiki tajwid dengan menghafal Al-Quran dan menyetornya kepada syeh-syeh usai salat farzu selain Magrib. Selain itu, mereka juga mendalami Bahasa Arab serta kaidah-kaidahnya seperti nahwu dan saraf.

Setelah pulang dari Yordania, pesantren juga memberikan bonus jalan-jalan ke Turki bagi dia dan kawan-kawannya yang berhasil mengikuti proses belajar selama di sana, termasuk.   

Matikan TV

Melalui prestasi yang ditorehkan putranya, Saifullah—selaku orang tua—memang patut berbangga. Bagaimana tidak, anaknya yang kini baru berumur 16 tahun itu sudah mampu menghafal seluruh ayat suci Al-Quran melaui dorongan yang terus diberikan.

Namun di balik semua itu, Saifullah juga memberikan kiat-kiat yang dapat membuat hafalan anak bertahan lama, diantaranya dengan tidak membiarkan anak-anak lalai menonton televisi. Menurutnya, menonton TV tidak akan merangsang saraf anak ke arah positif.

“Jadi kalau ingin anak kuat hafalan, matikan TV-nya mulai usia dini. Off sama sekali,” sebut pria yang menetap di Doi, Ulee Kareng, Banda Aceh tersebut.

Selain itu, menurutnya, orang tua juga harus memperhatikan asupan makanan yang akan diberikan untuk sang buah hati. Ia menganjurkan agar selalu memberikan makanan halal dan yang kaya protein agar otak anak dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna, sehingga daya tahan ingatannya pun semakin maksimal.

Namun terlepas dari itu, ada hal lain yang patut ditiru dari ayah inspiratif ini. Selama ia mewajibkan kepada seluruhnya untuk menghafal, ia ternyata tidak pernah menjanjikan hadiah apapun kepada sang buah hati.

“Ya kalau mau beli hadiah ya saya beli aja gitu, tidak pernah saya iming-iming mereka jika mencapai target hafalan, saya hanya mengharuskan mereka menghafal dan membiasakan mereka melakukannya dengan keinginan mereka sendiri,” tuturnya.

Selebihnya, ia berharap kepada orang-orang tua untuk tidak sungkan-sungkan membekali anak dengan ayat suci Al-Quran. Menurutnya, selain dapat membuat jiwa mereka tentram, hafalan tersebut dapat menjadi kunci kesuksesan bagi calon-calon generasi penerus Aceh ke depannya.

“Inilah yang disebut dengan investasi jangka panjang. Kalau kita investasi gedung, ada jangka waktu pemakaiannya. Tapi kalau hafalan ayat suci Al-Quran akan terus membawa manfaat hingga kapan pun, baik bagi mereka maupun orang tuanya,” ujarnya.

Kiat ampuhnya juga telah berhasil ia tanamkan ke dalam benak pikiran putra sulungnya. Ia bahkan berencana untuk membekali seluruh anaknya dengan Al-Quran sebelum mereka menyelesaikan SMA.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait