PM, Banda Aceh – Muhammad Azhar, anak berusia delapan belas tahun penderita lumpuh layu hanya bisa terbaring di atas ranjang tidurnya. Remaja asal Paloh Raya, Kemukiman Ujong Rimba, Kecamatan Mutiara, Pidie, ini menderita lumpuh layu sejak berusia tiga bulan.
Tidak hanya lumpuh layu, putra bungsu dari tujuh bersaudara itu juga kekurangan asupan nutrisi sehingga badannya terlihat kurus. Anak dari pasangan Salamah (50) dan Abdullah (Alm) usianya sudah beranjak remaja, namun, dia tidak bisa bermain dan belajar di sekolah layaknya remaja-remaja lainnya.
Salamah, orang tua Azhar kepada wartawan mencurahkan, sejak lahir putranya tidak memiliki kelainan, sehingga dirinya tidak merasa was-was saat itu. Namun, saat berusia tiga bulan, badannya panas dan selalu menangis.
“Kami bawa ke Puskesmas di Beureunun. Dia hanya diberikan obat penurun panas oleh petugas medis tanpa memberi keterangan apa-apa,” kata Salamah kepada wartawan di warung milik Syukri Adam (56), abang iparnya di Jalan Sudirman, Geucu Inem, Banda Aceh, Senin (27/1/2014).
Sejak saat itu, Salamah bersama almarhum suaminya hanya bisa mengobati saat Azhar mengeluh sakit. “Kami membawanya ke Rumah Sakit Umum Sigli, dan Puskesmas di Beureunun setiap dia sakit,” kisahnya.
Sejak ditinggal sang suami, Salamah, kini tak bisa berbuat banyak. Sehari-hari dirinya hanya menghabiskan waktu untuk mengurus buah hatinya. Apalagi remaja kelahiran 4 April 1996 itu, tidak bisa jauh-jauh dengan orang tuanya.
Saat ini Salamah hanya bisa pasrah dan berharap bantuan dari para darmawan serta pemerintah untuk membiayai pengobatan anaknya.
“Selain mengurus Azhar, saya juga harus menjaga dua orang anak dari adik saya yang sudah meninggal,” kata Salamah.
“Abang saya sudah berkeluarga, ya mereka harus membiayai keluarganya. Tapi, kadang-kadang mereka membantu juga,” ujarnya sembari menambahkan, empat saudara Azhar yang sudah meninggal setelah dia melahirkan.
Salamah bersama putranya yang datang ke Banda Aceh sejak 24 Januari 2014, hendak menyerahkan surat bantuan untuk Gubernur Aceh. Saat ini, surat itu masih ditangannya, dan dia tinggal di warung milik abang iparnya, Syukri Adam.
“Tapi, saya minta kepadanya, surat bantuan itu jangan diserahkan dulu ke Kantor Gubernur. Takutnya, setelah kita serahkan, bantuan hanya diserahkan sekedar saja,” kata Syukri.
Syukri berharap pemerintah membantu keponakannya. “Harapan sekarang bantuan dari pihak pemerintah agar keponokan saya mendapat asupan gizi,” ujarnya.
Bagi yang ingin membantu remaja yatim ini, masyarakat dapat langsung mengirim bantuan dana melalui rekening Bank BRI – 308-01-005685-53-9.
[PM-007]
Belum ada komentar