Layar Dakwah di Ulee Alue: Film Sebagai Cahaya di Kaki Gunung

gampong film di Ulee Alue, Samalanga
Pemutaran film yang disaksikan warga di Gampong Ulee Alue, Kecamatan Samalanga, Bireuen. Kegiatan ini bertajuk Gampong Film yang diselenggarakan oleh Aceh Documentary. [Ist]

Oleh: Putra Hidayatullah

PM, Bireuen – Bakda Isya, layar tancap selebar 5 x 4 meter menyala di Kampung Ulee Alue, Samalanga. Tiga baris paling depan tampak anak-anak menatap layar dengan raut wajah ceria.

Ibu-ibu dan pemuda telah berkumpul di atas kursi plastik. Halaman meunasah tampak bertebar bendera warna-warni bertuliskan “Aceh Film Festival” yang berkibar di tengah angin malam, Jumat (27/6/2025).

Panitia telah duduk di mejanya masing-masing. Operator menatap layar laptop bersiap memutarkan gambar bergerak. Di bawah tenda kecil dekat pintu masuk ada kursi lain di mana para santri dan ustadz duduk. Mereka adalah Pemuda Kader Dakwah (PAKAD) yang merupakan santri dari Samalanga yang sejak awal berperan dalam proses Gampong Film.

Sebulan lalu, Aceh Documentary telah mengadakan workshop programming film dengan tujuan para santri dapat diajak untuk melakukan kerja-kerja kuratorial.

Mereka dilatih untuk menelusuri katalog film secara mandiri: membaca sinopsis, mengurai tema-tema kunci, memahami konteks cerita, serta menilai sejauh mana film tersebut sesuai dengan kondisi sosial dan kultural audiens mereka.

Dari workshop ini, mereka kemudian menelusuri kampung yang dianggap layak untuk menggelar pemutaran.

Pemilihan kampung Alue Alue bukan tanpa alasan. “Karena kampung ini jauh dari pusat kota, kampung terakhir di kaki gunung dan merupakan daerah zona merah semasa konflik Aceh berlangsung, 20 tahun silam,” ujar salah satu programmer.

gampong film di Ulee Alue, Samalanga (2)
Warga, termasuk anak-anak, antusias menyaksikan film dokumenter yang diputar dalam acara Gampong Film, di Desa Ulee Alue, Kecamatan Samalanga. [Ist]

Rencana ini juga dapat terwujud setelah ada percakapan dan negoisasi dengan para petinggi desa setempat seperti keuchik, sekretaris desa, tuha peut, hingga imum meunasah. Dari percakapan itu mereka sepakat, bahwa para pemuda desa bakal ikut terlibat menyelenggarakan kegiatan ini.

Mereka menyiapkan kursi desa untuk para warga yang menonton. Anak muda kampung juga ikut memasang bendera dan mendirikan layar untuk ditonton bersama.

Upaya ini sangat efektif dalam memperluas sudut pandang masyarakat, di tengah adanya persepsi yang menganggap bahwa menonton film sebagai tindakan yang cenderung negatif.

Warga tampak terhibur dengan film-film yang diputar dengan berbagai tema: anti korupsi, sejarah Aceh, hingga cerita tentang keluarga dan kehidupan anak muda.

Mereka tidak hanya menonton, tetapi juga ikut berdiskusi dan berefleksi. Sementara itu anak-anak begitu antusias menjawab kuis berhadiah yang menutup malam dengan keceriaan.

Keseluruhan proses ini menunjukkan bahwa film, jika diprogram dan dikurasi dengan tepat, dapat menjadi jembatan pengetahuan, ruang dialog, sekaligus medium pencerahan yang berdampak di tengah kondisi yang selama ini tertutup oleh stigma dan prasangka.

Gelaran Gampong Film di Ulee Alue pun berlangsung dengan semarak dan menyenangkan hati. Seusai penonton bubar, tim Gampong Film melepas kembali layar yang terbuat dari besi. Butuh kerja sama agar semua itu bisa dibongkar.

Bendera Aceh Film Festival dilepas dari tiangnya. Lampu-lampu dimatikan dan kabel-kabel juga layar kembali digulung.

Di malam yang sama, tim Gampong Film beranjak menuju Warung Kopi Rasie, di mana para santri berkumpul.

Di sana sudah ada beberapa guru santri yang sedang bercakap-cakap. Mereka menyambut tim dengan raut wajah yang ceria dan dengan terbuka mengungkapkan rasa terima kasih.

“Ini jalan dakwah yang tidak biasa, dan Insya Allah akan mendapatkan pahala,” ujarnya. []

1 Komentar

Tanggapilah dengan bijak dan bertanggung jawab. (Privacy Policy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Direktur RSJ Aceh dan Tim mengantar 5 pasien jiwa sembuh klinis yang beralamat di kabupaten Simeulue diterima secara simbolis oleh Bupati Simeulue di Aula Poliklinik RSUD Simeulue, Sabtu (15/03/2025). Foto: Humas RSJ Aceh
Direktur RSJ Aceh dan Tim mengantar 5 pasien jiwa sembuh klinis yang beralamat di kabupaten Simeulue diterima secara simbolis oleh Bupati Simeulue di Aula Poliklinik RSUD Simeulue, Sabtu (15/03/2025). Foto: Humas RSJ Aceh

Direktur RSJ Aceh : Semua Pasien Kurang Mampu Semua Kami Terima