Kisah Petani Pidie Berangkat Haji Bersama Ibunya Berusia 90 Tahun

1000589750
Kisah Petani Pidie Berangkat Haji Bersama Ibunya Berusia 90 Tahun

PM, Banda Aceh – Hasballah, pria 69 tahun asal Desa Meunasah Lhee, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie menjadi jamaah yang paling beruntung.

Di usianya yang sudah termasuk senja, ia menunjukkan baktinya, karena bisa berangkat haji tahun ini sambil menuntun ibunya, Aminah yang sudah berusia 90 tahun.

Meskipun menekuni profesi sebagai petani di pesisir Kabupaten Pidie, Hasballah dilimpahkan Allah SWT rezeki yang cukup. Sehari-hari, pria ini masih mengurusi sawah dan tambak di desanya.

Ia menyakini semua kemudahan yang ia dapatkan itu tentu berkat andil doa dari orang tuanya.

Menurut Hasballah, dengan yang ia miliki saat ini, tak ada benda atau barang berharga apapun yang akan bermakna bagi orang tuanya, yang kini sudah berusia lanjut.

Sehingga atas rezeki yang dilimpahkan kepadanya, ia pun mendaftarkan empat orang tuanya haji pada 2011 silam, yaitu kedua orang tua kandung dan kedua mertuanya. Termasuk dirinya dan istri, Mirwati Hasan.

Bisa mendaftarkan orang tua haji saja sudah cukup membahagiakan bagi pria asal Simpang Tiga ini.

“Kalau saya mau kasih yang lain, apa yang mau kita kasih untuk orang yang sudah tua seperti ini. Paling wakaf atau seperti ini (menaikkan haji) yang bisa kita berikan,” ujar Hasballah.

Sebenarnya Hasballah dan istri sudah pernah berhaji pada 2003 silam. Namun saat ingin mendaftarkan orang tuanya, ia sangat berat hati untuk melepas mereka berangkat haji tanpa ditemani.

Karena berdasarkan pengalamannya dulu, saat berhaji orang-orang saling dorong dan suhu yang panas, ia khawatir keempat orang tuanya tak bisa melewati kondisi itu.

“Di sana orang saling dorong-dorong, dan sangat nafsi-nafsi, saya takut kalau lepas orang tua saja,” ujarnya.

Hal itulah yang jadi alasan dirinya dan istri kembali mendaftar haji juga pada 2011 lalu.

“Jadi dulu kami mendaftar enam orang, tapi sekarang yang berangkat cuma tiga, mamak, saya dan mamak dari anak-anak saya (istri),” ujar Hasballah.

Setelah mendaftar pada 2011, Hasballah tidak terlalu mengambil pusing kapan berangkat, ia juga tahu jika daftar tunggu haji memang lama.

Namun takdir berkata lain, dua tahun setelah mendaftar, ayah kandungnya dipanggil oleh sang khalik.

Lalu tak lama berselang, hanya hitungan tahun, ayah dan ibu mertuanya juga meninggal dunia. Sehingga dalam manifest haji hanya tersisa, Hasballah, Istri dan ibunya. Mereka pun akhirnya berangkat bertiga.

Hari ini, Hasballah bersama istri dan ibunya sudah tiba di tanah suci. Mereka mendarat di Jeddah, Hasballah yang tergabung dalam kloter 4 langsung bertolak ke Mekkah untuk memulai ibadah haji.

Jamaah kloter 4 asal Pidie yang berisi 392 jamaah ini take off dari Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar, pada Sabtu (1/6/2024) malam. []

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Membajak Secara Tradisional
Sabirin memanfaatkan hewan peliharaannya sapi untuk membajak kebunnya

Membajak Secara Tradisional

Hanya Jenderal yang Mampu Beli Rumah Pribadi
Geladi bersih HUT Ke-70 Tentara Nasional Indonesia di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, Sabtu (3/10/2015). | Foto: Kompas

Hanya Jenderal yang Mampu Beli Rumah Pribadi

Antisipasi Kerusakan, DAS Peusangan Ditanami Pohon
Pihak PT Arun LNG Lhokseumawe, World Wildlife Fund (WWF) Aceh dan Forum Das Krueng Peusangan (FDKP) melakukan restorasi penanaman pohon, penyelamatan Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Peusangan. (pikiranmerdeka.com | Joniful Bahri)

Antisipasi Kerusakan, DAS Peusangan Ditanami Pohon