Direktur Bisnis Bank Aceh, Zakaria Arrahman
Direktur Bisnis Bank Aceh, Zakaria Arrahman

Direktur Bisnis Bank Aceh Zakaria Arahman membantah jika dikatakan Bank Aceh memiliki kredit macet (non performing loan/NPL) yang besar. Menurut dia, per 30 Juni 2016 kredi macet bank tersebut sudah menurun dibanding per 31 Desember 2015.

“NPL Bank Aceh hanya mencapai Rp251,63 miliar. Namun ini menurun dibanding periode lalu yang mencapai Rp273,44,” tutur Zakaria, Sabtu pekan lalu.

Non performing loan atau biasa disebut NPL merupakan kredit bermasalah yang menjadi salah satu indikator kinerja bank. “NPL Bank Aceh masih aman, di bawah 5 persen. NPL rasionya hanya 2,06 persen. Ini menurun dibanding periode lalu yang mencapai 2,30 persen,” sambungnya.

Zakaria sendiri mengaku tengah berada di Medan. Sepulang dari sana, ia berjanji akan menjelaskan lebih lanjut. “Kredit macet Bank Aceh selama 6 bulan (Januari-Juni 2016) membaik (menurun). Dari 2,3 persen per 31-12-2015 menjadi 2,06 persen per 30 Juni 2015,” katanya.

Dikatakannya, perbaikan tersebut terjadi karena proses penagihan yang efektif sehingga beberapa nasabah macet telah melunasinya. Ke depan, pihaknya berjanji untuk terus menekan angka kredit macet.

Disinggung terkait pernyataan Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan laporan dari Dirut Bank Aceh Busra Abdullah bahwa penyaluran kredit usaha Bank Aceh mencapai Rp12 triliun, Zakaria menduga besaran tersebut diartikan dengan pemahaman nilai kredit UKM tempo dulu. “Kredit Rp25 juta hingga Rp500 juta dikategorikan UKM, meskipun itu konsumtif. Tapi itu kredit multiguna. Itu ukuran yang diatur oleh regulator,” ujar Zakaria.

“Saya tidak tahu jika hal itu disampaikan (kredit usaha mencapai Rp12 triliun). Mungkin itu mengacu kepada ketentuan masa lalu. Mungkin lebih pas ditanyakan langsung ke beliau (Busra Abdullah),” sambungnya.

Kredit konsumtif juga digunakan untuk sektor produktif, seperti membuka usaha. Seperti membeli kebun, bertani dan berdagang. “Jadi, saya pikir itu maksudnya. Meksipun diberikan ke PNS, namun tak sepenuhnya ke konsumtif,” pungkas Zakaria.[]

Komentar