Aceh memiliki beragam warisan budaya daerah, mulai dari tarian, pakaian, rumah sampai dengan peralatan perang. Rencong merupakan salah satu peralatan perang pribadi jenis tikam. Saat ini, rencong menjadi ikon daerah serta menjadi souvenir dari Provinsi Aceh.

Rencong terdiri dari beberapa bagian, yaitu bilah rencong yang umumnya dibuat dari material kuningan, serta gagang dan sarung umumnya terbuat dari tanduk kerbau.
Sebelumnya, bilah rencong diproduksi dengan teknologi metal forming yaitu dengan cara memanaskan batang logam sampai dengan temperatur sekitar setengah dari temperatur lebur logam kuningan tersebut dalam bara api. Setelah itu, logam tersebut dipukul-pukul menjadi pipih dan dibentuk menjadi bilah rencong.

Tentunya, teknologi tersebut memiliki banyak kekurangan yaitu memerlukan energi manusia yang besar, serta memerlukan ketelitian yang tinggi dari pengrajin dalam membuat bilah rencong. Untuk membentuk bilah rencong, harus menggunakan logam berbentuk batangan (berbentuk silinder atau persegiempat). Hasil yang diperoleh juga beragam, baik dari segi bentuk maupun dimensinya. Jumlah produksinya juga terbatas.

 

Akhir tahun 2013, pengrajin rencong telah mengubah teknologinya dalam memproduksi bilah rencong yaitu dari teknik metal forming ke teknik pengecoran logam sederhana. Teknik pengecoran logam yang digunakan antara lain yaitu dengan memanaskan logam dalam kowi sampai mencair kemudian dituang ke dalam cetakan logam yang berbentuk bilah rencong.

Beberapa kelebihan dengan teknologi pengecoran logam, di antaranya adalah tidak memerlukan energi manusia yang besar, bentuk rencong yang dihasilkan seragam mengikuti cetakan, tidak memerlukan keahlian khusus, logam yang digunakan bisa logam serpihan kecil-kecil dan tidak perlu batangan, serta dapat diproduksi secara massal dan berulang.

Kelebihan teknologi pengecoran logam ini dimanfaatkan untuk memproduksi bilah rencong dari bahan logam kuningan bekas. Seperti yang dilakukan di Desa industri rencong saat ini, yaitu Desa Lampuoet, Sibreh, Aceh Besar.

Univeristas Syiah Kuala yang diketuai oleh Ahmad Farhan dan Akhyar sebagai anggota melakukan pengabdian terhadap dua kelompok pengrajin yaitu pengrajin souvenir rencong Lestari dan Mandiri dalam pengembangan produknya, yang terdiri dari dua segmen produksi. Segmen pertama, difokuskan pada produksi bilah rencong dengan teknologi pengecoran sederhana dengan material logam kuningan bekas yang dilakukan oleh kelompok pengrajin souvenir rencong Lestari. Sedangkan pemberian gagang dan sarung yang terbuat dari tanduk kerbau dan kayu dilakukan oleh pengrajin souvenir rencong Mandiri.

Proses produksi souvenir rencong dengan teknologi pengecoran logam terbagi dalam beberapa tahapan. Mulai peleburan logam kuningan bekas, pengecoran/mencetak bilah rencong, pembuatan gagang dan sarung, dan terakhir finishing.

Tahap pertama yaitu peleburan logam kuningan bekas di dalam kowi dengan menggukan tungku peleburan sederhana. Tungku peleburan logam tersebut menggunakan arang sebagai bahan bakar karena mudah didapat dan harganyapun relatif murah. Sedangkan untuk menaikkan suhu saat peleburan logam kuningan bekas dapat menggunakan blower.

Tahap kedua, setelah logam kuningan bekas mencair maka dilakukan pengecoran dengan cara menuang cairan logam kuningan ke dalam cetakan logam yang berbentuk rencong. Setelah itu dibiarkan sekitar 3 menit, selanjutnya cetakan dibuka dan cairan logam yang telah membeku dan membentuk bilah rencong dikeluarkan dari cetakan logam.

Tahap ketiga pembuatan gagang dan sarung rencong. Gagang dan sarung rencong dibuat dari material tanduk kerbau yang dipotong dengan gergaji dan dihaluskan dengan kikir serta mengamplas. Bilah rencong ditanam kedalam gagang dari tanduk tersebut dengan car dipanaskan.

 

 

 

Tahap keempat yang merupakan tahap akhir dari pembuatan souvenir rencong adalah dengan mengkiri dan mengamplas seluruh bagian souvenir rencong mulai dari bilah rencong, gagang dan sarung rencong. Polishing menggunakan kain/benang dengan cara dioles gel atau cairan sehingga seluruh bagian mengkilap dengan sempurna.

Nilai tambah dari aspek ekonomi yaitu logam kuningan bekas yang terbuang begitu saja dapat ditingkatkan nilai ekonominya setelah dibuat menjadi produk souvenri rencong.

Biasanya, logam kuningan bekas diperoleh dari pemulung dengan harga murah yaitu sekitar Rp20.000 sampai dengan Rp.25.000 per kilogram. Sedangkan satu kilogram logam kuningan bekas bisa memproduksi sekitar 25 sampai dengan 30 buah bilah rencong. Sedangkan satu buah souvenir rencong bisa dijual seharga Rp.20.000 sampai dengan Rp95.000 per buah yang dijual ke toko souvenir di Banda Aceh.

Arang yang kayu dapat diperoleh dari petani arang kayu dengan harga Rp3.000 sampai dengan Rp4.000 per kilogram. Dan, untuk mencairkan 1 kilogram kuningan bekas membutuhkan sekitar 1 sampai dengan 2 kilogram arang kayu.

Kendala yang dihadapi oleh pengrajin adalah terbatasnya ketersediaan tanduk kerbau sebagai bahan baku untuk memproduksi sarung dan gagang souvenir rencong. Karena itu, selama ini menggantikan sarung dan gagang dari bahan kayu, akan tetapi permintaan pasar kabanyakan adalah souvenir rencong dengan bahan sarung dan gagangnya dari tanduk kerbau. Ini dikarenakan nilai estetikanya lebih menarik jika dibandingkan dengan sarung dan gagang dari kayu.[]

Komentar