Keberadaan puluhan sumur minyak Alue Peuno membuat perekonomian masyarakat setempat meningkat drastis. Warga tidak lagi semata-mata menggantungkan penghidupannya dari hasil pertanian dan perkebunan. Sekarang ini, hasil penjualan minyak mengalir ke semua warga di kawasan itu.
Beberapa warung di Aleu Peuno yang sebelumnya sepi, kini mulai bergairah dan sebagian buka selama 24 jam. Selain warung lama di pertigaan gampong, juga tumbuh warung-warung baru di seputar areal pengoboran minyak yang tersebar di tanah kelahiran Panglima GAM Teungku Abdullah Syafi’i itu.
Salah satunya warung milik Nuraini Mahmud di Dusun Mon Minyeuk. Warung yang berada di antara puluhan sumur minyak itu sebelumnya hanya menyedikan sembako untuk kebutuhan warga setempat. Belakangan, warung tersebut juga menjual aneka makanan dan minuman yang melayani pembeli selama 24 jam.
“Alhamdulillah, kampung kami sekarang ini ‘hidup’ selama 24 jam. Warung-warung yang dulunya sepi, kini selalu ramai pembeli,” sebut wanita berusia 60-an ini.
Bahkan, tambah Nuraini, dirinya kewalahan melayani pembeli, terutama para pekerja pengoboran minyak yang makan-minum di warung miliknya. “Perputaran uang di sini semakin meningkat. Hampir semua warga gampong memiliki tambahan penghasilan dari aktivitas pengoboran minyak,” papar wanita yang getol membantu menyiapkan logistik untuk pejuang GAM di era konflik dulu.
Dia menjelaskan, uang dari hasil pengoboran minyak itu mengalir ke semua warga setempat. Mulai pemilik lahan, pemilik rek (alat pengoboran tradisional), pekerja hingga para kepala keluarga walau tidak terlibat langsung dalam aktivitas pengeboran.
“Makanya warung-warung selalu ramai, karena semua warga keciprat uang dari hasil penjualan minyak,” tandas wanita yang sempat menjadikan rumahnya sebagai markas GAM di Alue Peuno.[]
Belum ada komentar