Saluran Sekunder Tak Berfungsi, Kekeringan Makin Parah Di Abdya

Saluran Sekunder Tak Berfungsi, Kekeringan Makin Parah Di Abdya
Saluran sekunder di Desa Ie Lhop, Kecamatan Tangan-Tangan, sudah puluhan tahun dalam kondisi rusak.[Pikiran Merdeka | Syahrizal]

Saluran sekunder di Desa Ie Lhop, Kecamatan Tangan-Tangan, sudah puluhan tahun dalam kondisi rusak.[Pikiran Merdeka | Syahrizal]
Saluran sekunder di Desa Ie Lhop, Kecamatan Tangan-Tangan, sudah puluhan tahun dalam kondisi rusak.[Pikiran Merdeka | Syahrizal]
PM, Blangpidie—Kekeringan sawah di Kecamatan Tangan-Tangan, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), semakin parah. Kondisi itu dipicu rusaknya saluran sekunder yang selama ini mengaliri areal sawah di sana.

Warga setempat sangat mengharapkan pemerintah segera memperbaiki saluran sekunder yang  ada di wilayah tersebut. Di antarnya, saluran sekunder Alue Manggota Daerah Intek (DI) Krueng Susoh, yang sudah puluhan tahun tidak berfungsi normal dan belum bisa dimanfaatkan oleh petani setempat.

Darwis (41), warga Tangan-Tangan Cut, Kecamatan Setia, menyebutkan, petani di daerahnya sangat mengharapkan saluran itu segera diperbaiki, supaya kekeringan sawah dapat teratasi. “Sepertinya saluran ini sudah lama tidak ada perawatan, jadi kami memintak agar Pemkab Abdya melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU) agar  turun ke lokasi untuk melihat kondisi saluran tersebut,” katanya kepada pikiranmerdeka.com, Rabu  (19/2).

Disebutkannya, saluran sekunder itu dibangun sejak tahun 1992, kemudian pernah dilakukan perbaikan pada tahun 2004 dengan anggaran Rp4 miliar lebih. “Namun, saluran itu belum juga mendatangkan manfaat untuk lahan pertanian  warga. Saluran itu hanya mengaliri air dari box 3 sampai box 4, sementara ke box 10 air sudah tidak sampai lagi,” ungkap Darwis.

Menurut dia, selama ini pihak pengawas kurang melakukan pemantauan terhadap saluran tersebut. “Padahal dana pemeliharaan dianggarkan setiap tahunnya. Kadang kala mereka hanya membersihkan rumput yang menutupi badan saluran, padahal mereka harus melihat juga kondisi kerusakan pada saluran itu,” katanya.

Ketua Kelompok Tani Desa Cinta Makmur, Dajidan,  menyebutkan, terdapat 30 titik bocor pada saluran tersebut akibat ulah petani yang usil dan ingin mendapatkan air secara paksa. “Meski sudah ditambal pada saat gotong royong, namun tak berapa lama saluran itu sudah dibolongkan lagi,” katanya.

Kepala Dinas PU Abdya Rahwadi AR yang dijumpai pikiranmerdeka.com, mengaku sudah melaporkan masalah tersebut kepada Dinas Pengairan Provinsi untuk ditangani dengan dana operasional. “Melalui laporan itu, kami akan coba tangani juga dengan dana operasional (irigasi kabupaten, sesuai dengan kemampuan daerah. Sementara ini kami akan cobak cek terlebih dahulu ke lokasi untuk memastikannya,” katanya.

Rahwadi meminta petani untuk saling menjaga dan memelihara fasilitas yang sudah dibangun oleh pemerintah. “Kan tidak ada salahnya bila petani setempat dapat mengambil tindakan pertama dulu apabila ada saluran yang tersumbat. Kalau terlalu berat dan beresiko baru akan kami tangani sesuai dengan laporan,” tandasnya. [Syahrizal]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait