Kapal tua KMP Tanjung Burang masih melayani penyeberangan penumpang Banda Aceh-Sabang dan sebaliknya. Padahal, kapal itu sering rusak dan rawan kecelakaan.
Sirine Kapal Kapal Motor Penumpang (KMP) Tanjung Burang mengaung-auang. Sesat kemuadian, kapal itu berlabuh di Pelabuhan Ulee Lheu Banda Aceh, setelah menempuh pelayaran hampir tiga jam dari Pelabuhan Balohan Sabang.
Kapal tua itu sudah beroperasi di Aceh sejak tahun 2000. Melalui pelayaran dari Pelabuhan Krueng Raya Aceh Besar ke Balohan Sabang dan sebaliknya. Kemudian melayani pelayaran pulang-pergi Banda Aceh-Sabang melalui Pelabuhan Ulee Lheu dan Balohan. Sebelumnya, kapal buatan Indonesia tahun 1991 itu beropesi di kawasan kepuluan Kalimantan. Hingga sekarang, sudah 25 tahun melayani pelayaran antar pulau.
Sebenarnya, pada tahun 2000 KMP Tanjung Burang hanya diperbantukan untuk pelayaran sementara di Aceh. Namun, sampai saat ini kapal tersebut masih mengangkut penumpang dan barang pulang-pergi Banda Aceh-Sabang.
Catatan Pikiran Merdeka, beberapa kali kapal tua itu sempat mengalami kerusakan di tengah laut, seperti pada April tahun lalu dan Februari tahun ini. Karena itu, warga yang sering pulang-pergi Sabang-Banda Aceh mengharapkan kapal tersebut untuk segera diganti.
“Sudah saatnya KMP Tanjung Burang diganti dengan kapal yang lebih layak. Kapal ini sudah sering rusak,” sebut Abdullah, warga yang setiap hari menggunakan jasa kapal laut untuk pengiriman barang ke Sabang.
Menurut pria brewok ini, pihak PT ASDP Indonesia Ferry harus lebih memperhatikan keselamatan penumpang dengan mengoperasikan kapal-kapal baru yang masih layak. “Jangan sampai peristiwa tenggelamnya KMP Gurita terulang lagi,” katanya.
Saat tengelamnya KMP Gurita tahun 1996, kisah Abdullah, dirinya cuma mengantarkan barang saja ke kapal, namun tidak ikut berangkat ke Sabang. “Kisah itu sangat memilukan, karena itu kapal-kapal tua sebaiknya tidak lagi dioperasikan. Apalagi arus penumpang Banda-Aceh Sabang terus meningkat dari tahun ke tahun,” sebut pria yang sudah melakoni pengiriman barang Banda Aceh-Sabang sejak tahun 1970-an ini.
Menurutnya, saat ini pelayaran Banda Aceh-Sabang hanya dilayani dua kapal lambat, yakni KMP Tanjung Burang dan KMP BRR. “Bila salah satu kapal itu naik dok, baru dioperasikan kapal kecil KMP Papuyu,” katanya.
Dia menjelaskan, KMP Papuyu sangat kecil dan hanya bisa mengangkut belasan mobil. Padahal, kata dia, setiap hari ada 50 kendaraan roda empat yang diberangkatkan ke Sabang. Sementara tiga kapal cepat yang kini beroperasi, yakni Ekspres Bahari, Ekspres Cantika dan Ekspres Bahari 2F, hanya bisa melayani penyeberangan penumpang.
“Karena itu, dengan ditetapkan Sabang sebagai destinasi wisata utama Aceh, soal transportasi laut juga harus diperhatikan,” kata Abdullah.
Dia mengharapkan, Pemerintah Aceh harus peduli dengan saran transportasi ke Sabang, apalagi dengan seringnya digelar berbagai even di Pulau Weh itu. “Kalau transportasi tidak bagus, siapa yang mau ke Sabang. Orang akan takut naik kapal kalau yang dioperasikan kapal-kapal tu,” tandasnya.
Belum ada komentar