Jembatan Harapan Masyarakat Ruyueng

Jembatan Harapan Masyarakat Ruyueng
Kepala BPM Aceh Zulkifli HS bersama Koordinator Wilayah Regional Management Consultan (RMC) 1 Jakarta Ismail A Zainuri, Direktur Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat Ditjen PMD Kemendag RI Drs Kun Wildan MBA (alm) dan Koordinator Provinsi RMC 1 Rusli Muhammad Ali, meninjau jembatan gelagar besi yang dibangun dengan dana PNMP dan BKPG. (Foto |Jalaluddin Ibrahim)
Kepala BPM Aceh Zulkifli HS bersama Koordinator Wilayah Regional Management Consultan (RMC) 1 Jakarta Ismail A Zainuri, Direktur Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat Ditjen PMD Kemendag RI Drs Kun Wildan MBA (alm) dan Koordinator Provinsi RMC 1 Rusli Muhammad Ali, meninjau jembatan gelagar besi yang dibangun dengan dana PNMP dan BKPG. (Foto |Jalaluddin Ibrahim)
Kepala BPM Aceh Zulkifli HS bersama Koordinator Wilayah Regional Management Consultan (RMC) 1 Jakarta Ismail A Zainuri, Direktur Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat Ditjen PMD Kemendag RI Drs Kun Wildan MBA (alm) dan Koordinator Provinsi RMC 1 Rusli Muhammad Ali, meninjau jembatan gelagar besi yang dibangun dengan dana PNMP dan BKPG. (Foto |Jalaluddin Ibrahim)

pikiranmerdeka.com – Setelah dibangunnya jembatan gelagar besi di pantai Ruyueng, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, kini nelayan semakin mudah melaut. Mereka tak lagi harus mengarungi sungai.

Pembangunan jembatan itu didanai secara integrasi antara Bantuan Keuangan Peumakmu Gampong (BKPG) dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan.

Nurlela, warga Ruyueng mengungkapkan, sebelum tsunami, di pantai itu hidup sekitar 15 kepala keluarga (KK) dengan 40 orang lebih. Saat tsunami rumah mereka hancur, dan ramai yang jadi korban.

“Karena tidak ada jembatan, ketika tsunami tiba mereka terlambat sampai ke bukit karena harus mengarungi sungai. Karena itulah banyak yang jadi korban,” kenangnya. Kini desa Ruyueng dihuni oleh 845 jiwa dari 203 KK.

Berlajar dari pengalaman itu, warga sepakat untuk mengusulkan pembangunan jembatan menuju pantai Ruyueng. Pada tahun 2006 dibangun jembatan dengan dana daridari salah satu NGO Internasional, namun hanya bertahan tiga tahun saja. Tahun 2009 warga kembali harus mengarungi sungai bila hendak menuju pantai. Karena itu pula, warga Ruyueng sepakat mengusulkan pembangunan ulang jembatan itu dari nol melalui dana BKPG dan PNPM Mandiri Perdesaan.

“Lebih 60 persen penduduk desa kami berprofesi sebagai nelayan. Jembatan itu sangat dibutuhkan, makanya tahun 2010 kami usulkan pembangunannya dalam Musrembang hinga jadi prioritas. Tahun 2013 baru direalisasikan,” ungkap perempuan berusia 45 tahun ini, sambil mengendong anak kecil.

Perempuan yang juga aktif sebagai kader Posyandu itu mengaku senang bisa terlibat program pembangunan gampong. Alasannya pengelolaan dana BKPG dan PNPM untuk suatu pekerjaan sangat transparan, masyarakat juga terlibat langsung di dalamnya. Program yang direalisasi benar-benar aspirasi dari masyarakat, sehingga sesuai dengan kebutuhan.

Lebih terkesan lagi katanya, pada kegiatan pembangunan jembatan gelagar besi. Pembangunannya dilakukan secara swakelola dan swadaya masyarakat setempat. Anggaran yang digelontorkan melalui BKPG dan PNPM sebesar Rp 327.450.000. Dari jumlah itu Rp 311.081.000 untuk fisik, Rp 9.834.000 untuk organisasi pelaksana (OP). Semetara untuk lampu jembatan dipasang melalui dana swadaya masyarakat Rp 1,5 juta, dari ongkos kerja yang dikembalikan untuk desa.

Pembangunan jembatan itu butuh waktu sampai enam bulan, lebih lama satu bulan dari waktu yang direncanakan. Ini pun bukan tanpa sebab. “Lambatnya di pembangunan pondasi jembatan, terkendala hujan dan pasang purnama,” ungkap Nurlela.

Setelah jembatan itu rampung, warga tak lagi harus menyebrang sungai untuk menuju pantai. Nelayan jadi mudah menabatkan boat dan sampanya. Jembatan itu juga menjadi tempat pendaratan ikan. “Setelah jembatan ini ada, ramai orang yang berkunjung ke pantai, apa lagi kalau hari minggu. Malah sering ada artis yang shooting video klip di sini,” lanjut ibu dua anak itu.

Jembatan itu kini bukan hanya dimanfaatkan oleh warga Ruyueng saja, tapi juga warga desa sekitarnya. Setelah jembatan itu ada, kelompok perempuan di Ruyueng mulai menggagas pembangunan lokasi wisata di pantai tersebut. “Pantai di sini sangat bagus, jembatan sudah ada, jadi kami berusaha membangun lokasi wisata Islami di pantai ini,” tegasnya.

Untuk menunjang wisata Islami di pantai Ruyueng, Nurlela mengajak masyarakat tujuh desa lainnya di sekitar situ. Berbagai program pembangunan disiapkan, mulai membangun fasilitas rekreasi, hingga tempat olah raga. Hamparan pasir di sisi barat ujung jembatan malah telah diratakan untuk pembangunan lapangan bola kaki. Pohon kelapa di dalamnya juga ditebang.

Lokasi wisata Islami pantai Ruyueng nantinya akan dikelola oleh Badan Usaha Milik Gampong (BUMG). Untuk itu Nurlela mengatakan akan dibuat qanun gampong agar pendapatan untuk desa menjadi jelas. [adv]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Golkar dan PPP Belum Bersikap
Ketua Umum Partai Golkar terpilih Aburizal Bakrie dan Ketua Dewan Pertimbangan Partai terpilih Akbar Tandjung bersama anggota formatur dan Ketua DPD I Golkar saat Munas IX Golkar di Nusa Dua, Bali, Rabu (3/12/2014). Ical, sebutan Aburizal Bakrie, terpilih secara aklamasi untuk memimpin Golkar periode 2014-2019.|Kompas.com

Golkar dan PPP Belum Bersikap