HIMPSI: Faktor Psikologis Jadi Penyebab Maraknya Balap Liar Saat Ramadan

Ilustrasi - Balap Liar Foto: Net
Ilustrasi - Balap Liar Foto: Net

PM, Banda Aceh – Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Aceh, Barmawi, mengungkapkan bahwa maraknya balap liar di Banda Aceh saat bulan Ramadan dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis remaja. Ia menilai fenomena ini sangat membahayakan keselamatan, mengganggu lalu lintas, dan berpotensi menimbulkan korban jiwa.

Menurut Barmawi, balapan liar sering kali dipicu oleh dorongan impulsif remaja yang ingin mencari sensasi, pengakuan dari teman sebaya, serta tekanan sosial. Jika tidak ditangani dengan baik, ia khawatir balap liar dapat menjadi “tradisi subuh Ramadan” yang terus berulang setiap tahun.

“Ini adalah perilaku berisiko tinggi yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Jika tidak ada langkah pencegahan serius, dikhawatirkan balap liar akan menjadi kebiasaan tahunan saat Ramadan,” ujar Barmawi, Senin (10/3/2025).

Faktor Pemicu Balap Liar

Barmawi menjelaskan bahwa beberapa faktor psikologis yang mendorong remaja terlibat dalam balapan liar antara lain:

  1. Pencarian Identitas dan Pengakuan
    – Remaja ingin diakui oleh kelompoknya dan merasa lebih percaya diri jika ikut serta dalam balapan liar.

  2. Tekanan Teman Sebaya (Peer Pressure)
    – Banyak remaja terlibat karena dorongan dari lingkungan pertemanannya agar tidak dianggap lemah atau berbeda.

  3. Ekspresi Kebebasan dan Pelarian dari Stres
    – Sebagian remaja menjadikan balapan liar sebagai pelampiasan karena merasa tertekan di rumah atau sekolah.

  4. Sensasi dan Adrenalin
    – Mereka mencari pengalaman mendebarkan yang bisa memberikan rasa euforia dan ketegangan.

  5. Pengaruh Media dan Hiburan
    – Tontonan film, video game, dan media sosial yang menggambarkan balap liar sebagai sesuatu yang keren atau heroik dapat mendorong remaja untuk mencobanya.

  6. Kecanduan Adrenalin dan Dampak Psikologis
    – Aktivitas ini dapat memicu kecanduan terhadap sensasi bahaya, yang dalam jangka panjang bisa berdampak negatif pada pola pikir dan kesehatan mental remaja.

Peran Orang Tua, Sekolah, dan Pemerintah

Barmawi menegaskan bahwa untuk mencegah balap liar, diperlukan peran aktif dari orang tua, sekolah, dan pemerintah:

  • Orang Tua harus menjadi teladan serta lebih proaktif dalam mengawasi dan memberikan edukasi kepada anak tentang bahaya balap liar.
  • Sekolah dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dan keselamatan ke dalam kurikulum, serta menyediakan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menyalurkan minat remaja secara positif.
  • Pemerintah bisa menyediakan fasilitas olahraga seperti sirkuit balap resmi, meningkatkan pengawasan, serta mengadakan sosialisasi tentang bahaya balap liar melalui sekolah dan media massa.

“Tak kalah pentingnya adalah pendekatan psikososial dan kesehatan mental untuk mencegah kenakalan remaja. Dengan langkah yang tepat, kita bisa mengurangi fenomena balap liar dan menciptakan lingkungan yang lebih aman,” tutup Barmawi.

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait